Effendy Asmawi Alhajj
NOSTALGIA
YANG HILANG
(Kumpulan
Surat Sahabat)
Oleh : Effendy Asmawi Alhajj
Desain sampul : EA’s Computer
Lay out : Mutiara Offset Batam
Hal cipta dilindungi undang-undang
All right reserved
@ 2007
e-mail : effendy@hmeasmawi.com
Cetakan I, Oktober 2007 / Syawal
1428
Diterbitkan
oleh :
Yayasan Paramakkiya Batam
PO.Box 1002/BTAMN-Batam Island 29444
Telp/Fax : 0778- 7020324 / 451547
Mobile phone : 081536006299
untuk
Seorang SAHABAT
PELANGI PENGALAMAN
ADALAH
NOSTALGIA
KE-HI-DUP-AN
...’tidaklah mungkin
mentari mendapatkan rembulan
dan malampun tidak dapat
mendahului siang
dan masing-
masing
(sabar)
beredar
pada garis
e d a r n y a ...’
(QS. 36 : 40)
“ sungguh
setiap kesusahan
terdapat kelapangan"
Pengalaman
adalah guru yang
banyak diam dan kitalah
yang terlalu banyak
B I C A R A
...” haruslah kamu
berteman karena
teman itu
adalah alat media
di dunia dan akhirat”...
Seribu khayalan
tidaklah sama dengan
satu surat yang kau kirimkan
k-e-p-a-d-a-n-y-a
WHAT IS MORAL TODAY
MUST BE
MORAL
TOMORROW
merangkai
kata
menebar nuansa
dalam
kenangan masa
sesungguhnya
dunia ini
adalah
samudera yang dalam
telah
banyak manusia yang tenggelam
maka
jadikanlah kapalmu di dunia ini
takwa
kepada Allah, muatannya
iman
dan layar/mesinnya
tawakkal,
maka
engkau
selamat
(al-hukama)
Tafakkur Penulis
Al-hamdulillah, tulisan
ini dapat diselesaikan, dalam rangka membagi pengalaman, ketika penulis berada
di Kota Singa Damaskus Republik Arab Suriah. Disebut ”kota singa” sebab pada
waktu itu presidennya Hafidz el-Asad
yang berarti ’tukang pelihara singa’
Banyak sekali
surat yang penulis terima dari
teman-teman di tanah air, khususnya teman-teman dekat (soheb).
Surat yang berisi
tentang berbagai gejolak dan dinamika remaja tatkala penulis dan teman-teman
berada di SLTA pada waktu itu.
Hanya tinggal memilah
dan sedikit memberi warna sehingga menjadi sebuah cerita unik yang sudah tentu
menarik.
Nostalgia yang hilang,
memberikan gambaran ilustrasi kehidupan, bukan hanya dalam pembelajaran tapi
juga dalam interaksi pergaulan sehari-hari plus nilai komunikatif kepada Sang
Khaliq, tempat mengadu segala hamba.
Diharapkan tulisan
seperti ini memberikan motivasi kepada pembaca dalam mengitari makna dan
hakikat kehidupan duniawi yang fana menuju kehidupan yang baqa dalam
”processing clean”
memaknai proses
kehidupan ini dan hidup sebuah perjuangan yang mesti diperjuangkan !
Semoga bermanfaat,
amin.
Batam, Oktober 2007
Syawal 1428
Penulis,
Effendy Asmawi Alhajj
DAFTAR ISI
Halaman
Surat
Pertama
NOSTALGIA
YANG HILANG
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Surat
Pertama
NOSTALGIA YANG HILANG
Sobat,
Teriring doa keselamatan dan kesehatan padamu, juga kesuksesan sehingga
kamu selalu lebih lincah dalam setiap menatap wawasan dan masa depan.
Informasi dan ketajaman wawasanmu kuharapkan, juga doamu, semoga kita semua
selalu sehat dn sukses, aamiin.
Sobat,
Rinduku padamu selalu membayang, terbayang sikapmu, terbayang tabiatmu,
terbayang humormu dan kepandaianmu dalam interaksi pergaulan, sehingga
kepergianmu ke luar negeri, semua teman-teman kita membicarakanmu.
Sehingga kami bak malam tanpa bintang, tanpa badai dan juga sobat air
sungai mahakam tenang setenang kepergianmu.
Kalau boleh aku meminjam istilahmu ”menunggu badai yang memang sudah pasti
berlalu, adalah suratan”.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Tapi kepergianmu
adalah untuk menambah ilmu, membuka wawasan dalam meniti dan menatap masa
depan.
Tadi malam kami
berkumpul di rumahmu, ibumu bercerita tentang tingkah lakumu waktu kecil yang
ganjil, ketenanganmu yang stabil dan emosi yang menggebu-gebu, seolah-olah
ingin menerkam suasana dalam dimensi perputaran masa.
Kami semua
teman-temanmu mengurut dada atas disiplin pribadi dan keuletanmu dalam belajar
bahasa asing (Arab dan Inggris).
Sehingga kata ibumu,
malampun kamu sering mengigau bercerita panjang dalam bahasa asing yang sudah
tentu ibumu dan juga keluargamu yang lain tak mengerti, membuat kami galak
tertawa dan akupun langsung teringat padamu pada waktu kita diskusi tempo hari
tentang apalah arti sebuah nama, apalah arti sebuah makna dan apalah arti
tatakrama bahasa ?
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Kamu diam, seolah-olah
tak tahu-menahu dengan topik yang kami bahas. Banyak pendapat teman-teman yang
lucu, lugu dan juga tak mengerti apa yang tersirat di balik tersurat.
Setelah kami berdebat
sampai kepada bertengkar, berbeda persuasi dalam menerjemahkan makna yang
berarti.
Kamu nyeletuk, kalau
berdiskusi jangan ngalur-ngidul, ikuti jalan pemikiran permasalahan, batasi
ruang lingkup dan berusaha mendapatkan satu persepsi yang mendekati persamaan.
Itulah diskusi, bukan
berdebat memperbesar perselisihan, tapi carilah titik persamaan pendekatan.
Kami yang bertengkar,
tersipu malu, temanku yang ngotot jadi lembut dan kamu juga pasti ingat si Dyah
yang urat lehernya membesar pada waktu itu menangis tersedu, tersipu malu sebab
dialah yang memancing suasana menjadi neraka.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Sobat,
Di situlah aku dan
teman-teman, baru menyadari, kamu memang pantas menjadi Ketua OSIS.
Sifat tenang, wawasan
konstruktif dan teguh terhadap pendirian serta mau mendengar pendapat dan saran
juga memilah halal dan haram.
Sobat,
Aku mencari teman
seperti ini, sekarang langka, aku banyak berkenalan dengan kawan yang lain ;
Ada
yang berlagak seperti kiyai,
padahal
menjadi dukun
berlagak
pandai
padahal
pandir
berlagak
kaya
padahal
dhuafa, berlagak
dewasa
padahal cengeng tatkala
berhadapan
dengan problema
menganggap
diri suci
padahal
hati
berdebu
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
menjadi
pejuang
mencampuradukkan
antara
hak dn bathil juga
mencampur
antara halal dan haram.
Sobat,
Benar
katamu, manusia berilmu pengetahuan tanpa iman akan melahirkan fir’aun
kecongkakan.
Sekarang
aku jumpai sobat, kau pasti ingat, kalau aku sebut namanya, tapi kukira lebih
baik ”of the record” biarlah kupendam dalam lumpur yang dalam sebagai
pengalaman dalam meniti kehidupan, biar tidak terjadi terhadap diriku dan juga
kawan-kawan.
Begini
ceritanya ;
Setelah
kita sama-sama tempo hari menyelesaikan pendidikan SLTA di kota Samarinda, aku
meneruskan pendidikan diploma, kawan kita itupun sama, aku dan dia mengikuti
test pegawai negeri dan alhamdulillah sukses, maka terjadilah lagu lama yang
sering kau ucapkan ”learning by doing” yakni belajar sambil bekerja.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Tapi
sobat, memang itulah keangkuhan, membakar semua kebaikan, hingga pada suatu
hari ia berkirim surat kepada ibunya di kampung, lengkap dengan nomor induk
pegawainya plus bahasa ilmiahnya, seolah-olah lupa bahasa daerahnya, sehingga
teman-temanku menganggap dia sudah bocor ringan.
Ditambah
lagi sobat, dia sudah lupa dengan kita, dia tidak mau berteman lagi, dia tidak
mau mudik kampung lagi, sehingga ibunya pernah menangis tersedu kepadaku,
melihat tingkah polah anaknya.
Pengalamanku
yang menyedihkan, aku berpapasan dengannya tak ada bertegur sapa dan ia
memalingkan mukanya.
Perasaan
sedih, kupendam ke dalam lumpur sungai Mahakam bersama beriaknya air sungai
pertanda dangkalnya nuansa kehidupan ini.
Kemudian
aku teringat ucapanmu, penyejuk kemarahanku, sabar kawan bukankah kita hidup
ini belajar untuk menjadi sabar, sesabarnya mentari menunggu berakhirnya malam
untuk
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
muncul
ke permukaan dan rembulan sabar menunggu giliran malam.
Tuhan
sudah menggariskan ;
”tidaklah
mungkin mentari
mendapatkan
rembulan
dan
malampun
tidak
dapat
mendahului
siang.
Masing-masing (sabar)
beredar
pada garis edarnya”
(QS.36
: 40)
Sobat,
Langsung kuberwudhu’
kubuka al-Qur’an, kubaca berulang tentang ayat yang kautunjukkan itu, aku
sedih, sesedih rembulan yang tidak bisa mendahului siang.
Dan kini sobat, dunia
seolah berputar, nyanyian lamamu sudah berbalik, sehingga kalau kita lihat
pelajar hari ini sudah berubah 180 derajat, belajar bukan untuk mencari ilmu
tapi asal mendapat buku (ijazah).
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Kemajuan iptek (ilmu
pengetahuan dan teknologi) memang kita akui, tapi dampak iptek tersebut
terhadap masyarakat yang belum siap, akan bisa berubah fungsi lebih-lebih lagi
terhadap pelajar, mungkin bisa berubah nilai.
Sebagaimana
terjadi yang dialami oleh kawan kita
yang saya sebutkan di atas tadi.
Sobat,
Dulu kita mengaji
mengisi waktu di malam hari, tapi kini malam digunakan untuk nonton tv, sampai
habis acaranya malah mencari lagi siaran tv lain dengan lewat antena parabola,
hingga berubah fungsi, malam menjadi siang dan siang menjadi malam.
Dan kalau kita dulu,
kau pasti ingat kawan-kawan kita pacaran paling banter lewat surat ini sudah di
tingkat SMP, tapi kini anak-anak SD sudah berani bergandengan tangan, bercerita
tentang masa depan, bercerita tentang gelapnya malam, bercerita tentang bunga
rampai kehidupan, bercerita tentang hubungan suami istri, daki dan mandi.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Sobat,
Maka aku terbayang,
teman-teman kita sekelas tempo hari, banyak nostalgia yang kini bertukar,
berbalik hilang – melayang, ditelan masa digilas zaman.
Akhirulkalam sobat,
Wassalam.
demi
masa
manusia
rugi sepanjang masa
kecuali
mereka
beriman
dan mengerjakan amal saleh
terbiasa,
nasehat menyapa
sesama
dalam
kebenaran
dan
kesabaran
(QS.
103 : 1-3)
surat kedua
HIDUP
PERLU ADA SANDIWARA
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
surat
kedua
HIDUP
PERLU ADA SANDIWARA
-------------------------------------
Sobat,
Bagaimana suasana luar
negeri yang serba menggiurkan, bagaimana suasana pembelajaran dan bagaimana
suasana pergantian musim ? Serta bagaimana canda-ria dan nuansa pergaulan di
sana ?
Ingin aku mendengarkan
ceritamu sekaligus analisismu terhadap tatanan masyarakat dan budaya bangsanya.
Dua hari yang lalu
kuterima suratmu, perasaanku senang bercampur bangga, sebab merupakan surat
yang pertama kali kuterima darimu.
Sentuhan penamu
sekaligus tatanan kalimatnya, membuat aku terbelalak, kau menggunakan bahasa
daerah yang kental, kukira kau pasti menggunakan bahasa keseharianmu di sana.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Ceritamu padat, cukup
puas aku dengan argumentasimu, banyak hal-hal baru yang menjadikanku sedikit
menambah perbendaharaan.
Kubaca berulang kali
suratmu, kusimpan dalam dekapan pengetahuan, sebagai motivasi mengitari arti,
hakikat kehidupan ini.
Sobat,
Benar apa yang kau
katakan, hidup ini adalah rangkaian yang menjadikan pengalaman dan pengalaman
adalah guru yang banyak diam dan kitalah yang terlalu banyak bicara, sehingga
menjadikan kita lupa, selupa embun pagi yang pernah jatuh di daun keladi.
Sobat,
Kau pasti ingat jalan
Kusuma Bangsa Samarinda, tempat kompleks pendidikan kita tempo hari, kalau dulu
kita sekelas diisi dengan dua kesebelasan yakni 11 putra dan 11 putri, kini
sudah membludak, tingkatan yang sama sudah diisi menjadi 11 kelas.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Kau pasti heran atau
mungkin juga tak percaya, tapi itulah kenyataan. Dulu kita pernah mendapat
cemoohan, sekolah yang ketinggalan, kamu pasti ingat waktu kita mengikuti acara
cerdas cermat di sport hall Segiri, sebelum kita bertanding, kita sudah
dipastikan oleh panitia tidak bekal diperhitungkan, sebab lawan-lawan kita
sekolah yang tangguh dan favorit.
Dengan nadamu yang
sabar, kau berucap kepada panitia tersebut dengan suara berat ”kami inikan
hanya sekedar pelengkap”, aku masih ingat betapa sinisnya panitia terhadap
kita.
Tapi waktu itu tampil,
kau langsung mengambil alih jurubicara dariku, padahal pada waktu itu kau hanya
sebagai pendamping, sehingga guru pendamping kita memberikan isyarat tangan
padamu pertanda kurang setuju.
Tapi dengan kelembutan
sifatmu, akhirnya beliau setuju. Dan pada waktu itulah kau babat semua soal
tanpa memberikan kesempatan kapada lawan pada waktu soal rebutan, sehingga
menjadikan kita juara.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Dan setelah juara kau
marah padaku karena aku kurang sabar atas perbuatan panitia terhadap kita, aku
mencoba membalasnya. Tapi kau sobat malah menyalami panitia dengan segala
hormatnya dan kau berucap terima kasih atas motivasinya.
Salah seorang panitia
dan guru pendamping kita menyekat air mata atas sikap dan perbuatanmu.
Maka mulailah sekolah
kita dikenal sekaligus diperhitungkan.
Sobat,
Dari kejadian itu,
sekolah kita heboh, seluruh Guru dan Kepala Sekolah serta Guru BP-nya tidak percaya,
tapi itulah kenyataan.
Aku langsung teringat
dengan anekdotmu November 84, waktu kau bercerita tentang apel malam Minggu
(wakuncar), kau mengunjungi pacarmu dengan pakaian sedikit compang (badut)
sekaligus mukamu sedikit dicoreng, sehingga pacarmu dan orangtuanya tidak
mengenalimu dan bahkan mengusirmu. Tapi kau ngotot, bahwa kau adalah pacarnya,
mereka membanting pintu dan sekali lagi
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
mengusirmu, lalu kau
pergi berlari sambil tertawa lebar, membawa malu – sandiwara berlalu.
Aha, dua jam kemudian
kau datang lagi, tapi tidak seperti yang pertama tadi, kau datang sebagai kau
sendiri, kau dipersilakan dan keluarga pacarmu bercerita, baru saja tadi lebih
kurang dua jam yang lalu mengusir orang yang menyerupaimu dan mengaku-ngaku
pacarmu sebagai pacarnya, jelas ibu marah dan ibu usir dia, kata ibu pacarmu
dengan nada garang. Tapi kau menjawab pelan ”hidup perlu ada sandiwara”.
Sobat,
Seminggu kemudian di
harian pagi MenuntunG (koran pagi di daerah Kaltim) kau menulis cerpen sudut
kiri halaman 5 dengan judul besar ; ” HIDUP PERLU ADA SANDIWARA ”.
Cerpen yang cukup
menarik, menyingkap tabir, menyimpai mimpi, berpadu antara khayal dan realita
kalau orang membaca, pasti tertawa sekaligus pilu, sabar, harap, cemas, cerdas
sekaligus jenaka.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Dengan nama samaran
kau tulis namamu, sehingga orang bertanya siapa penulis cerpen yang baru di
daerah ini yang bisa menggugah perasaan semua pembaca, bahkan koran MenuntunG
laris hari itu bukan kepalang dan dicari sampai ke dasar Mahakam, menyusuri
Teluk Selili dan terus mengalir ke Muara Jawa Kutai Lama.
Sobat,
Di akhir cerpenmu kau
menulis, mimpi suatu yang indah dan fantastis, mengusik kekhusyuk an tidur menjelma suatu khayalan,
berperan dan bagaimanakah mewujudkan mimpi itu dalam kenyataan ? Jawabmu pelan
”bangun”.
Sobat,
Di samping itu juga
aku teringat tentang kau yang manksir cewek bangsawan keturunan Indo. Kata kau
matanya yang biru, memberikan seberkas tantangan dan hidung yang mancung mendatangkan
problema serta kulitnya yang mulus memberikan khayalan. Dalam benakku mengapa
kau naksir ? jawabmu pelan ”sandiwara”.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Lalu kau mencoret
kertas berwarna jingga, berdoa dan tawakkal kepada-Nya, aku salut padamu sobat
ada satu kebiasaanmu yang tidak bisa aku tiru, yakni sebelum mengerjakan
sesuatu kau berdoa begitu khusyuknya.
Kebetulan anak itu
bersekolah di sekolah kita, ia baru masuk sedangkan engkau sudah berada di
penghujung kelas terakhir yang sudah tentu untuk menyiram bunga yang sedang
mekar tidak semudah menyiram keladi di pagi hari, walaupun hanya dengan embun
pagi.
Sobat,
Kertas berwarna jingga
yang kau titipkan, sedikitpun tidak mendapat respon malah kau mendapat hinaan,
tapi kau tetap bertahan, seteguh benteng tembok tugu makam pahlawan Kusuma
Bangsa Samarinda.
Sobat,
Pada hari Senin
setelah upacara, kau dipanggil ke kantor, kami semua disuruh berkumpul di Aula
Serba Guna, jantungku berdetak kuat, sebab aku tahu cewek Indo yang kau taksir
itu mungkin membuat perhitungan.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Kita semua tahu sebab
kalau orang kaya plus bangsawan jangankan darah orang, lautan, daratan dan
angkasawan kalau perlu ia beli.
Sobat,
Lebih-lebih aku pucat,
kulihat orang tua cewek Indo itu bersama bapak Kepala Sekolah dan Majelis Guru
lainnya.
Aku mencarimu sobat,
tapi tak tampak, aku pergi brlari ke masjid di kompleks sekolah kita, benar aku
melihatmu sedang sujud khusyuk dengan berlinang air mata.
Kau ucapkan tasbih
pujian, Tuhan Maha Rahman- Tuhan Maha Rahman, itulah kata yang dapat kudengar
darimu. Akhirnya kau kupeluk dan dalam hatiku apabila kau diusir dari sekolah,
akupun dan teman-temanmu sekelas siap untuk berhenti.
Sobat,
Kau bmbing aku
berjalan menuju aula, kemudian kau masuk dan duduk bagian paling depan
bersama-samaku. Wajahmu tegar, senyumanmu memberikan sinar, mukamu masih basah
bekas air wudhu’ yang belum kering.
Tapi kulihat cewek
Indo itu laksana setan,
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
benci, jelek itulah
umpatanku dalam hatiku waktu itu.
Namun apa yang terjadi
rupanya kau hari itu beruntung, menerima hadiah yang cukup lumayan plus piagam
penghargaan atas prestasi karanganmu di koran MenuntunG tempo hari dan barulah
aku tahu orang tua cewek Indo itu adalah pimpinan koran tersebut.
Dari isak tangisku,
berubah menjadi tepuk tangan dan setelah Kepala Sekolah membuka acara, kemudian
dilanjutkan sambutan pimpinan koran tersebut tentang prestasi sobat dan ia
memperkenalkan anaknya yang Indo itu, sekaligus untuk diajari menulis dan
berorganisasi yang baik.
”pucuk
dicinta ulam tiba”
Sobat,
Barulah aku mengerti
kau bersujud rupanya cita-citamu terkabul. Belum pernah seumur hidupku orang
yang cita-citanya terkabul sujud begitu khusyuknya kepada Tuhan yang sering aku
saksikan adalah apabila orang-orang mengalami kegagalan, ia begitu dekat dengan
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Tuhan sedangkan
apabila ia sukses, pesta bermegah-megahan dan kadang-kadang sampai mabuk.
Dengan langkah tegar
kita tinggalkan aula lalu kita bercerita tentang gadis Indo pujaanmu dan aku
lebih tidak mengerti lagi kau tidak mau menjadikan ia pacarmu, tapi cukup
sebagai persahabatan.
Padahal ia mulai hari
itu surat cintanya bertumpuk di mejamu dan ia sungguh jatuh cinta padamu tapi
jawabmu pelan ”sandiwara”.
Sobat,
Dari kejadian-kejadian
itu, betul-betul memberikan kenangan selama hidupku dan mudah-mudahan muncul
lagi kejadian-kejadian baru yang sudah tentu aku tunggu jawabanmu, suratmu,
anekdotmu dan juga oleh-olehmu.
Wassalam, sobatku !
surat
ketiga
SAUJANA
SENJA
DI
RIBATHUL-KHAIL
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
surat
ketiga
Saujana
Senja di Ribathul-Khail
------------------------------------
Sobat,
Masih ingatkah kau,
waktu kita mandi di tepi sungai Mahakam waktu itu ikan pesut menyamburkan air
ke tepi dan kau menggigil ketakutan dan teman-teman kita yang lain berlari
ketakutan mereka ramai bercerita tentang kejadian ikan pesut itu.
Menurut legenda daerah
Kutai kata teman kita dari Melak bercerita bahwa, pesut itu dulu adalah seperti
kita, ia dua bersaudara laki dn perempuan yang sedang menyaksikan Pekan Erau di
Kutai Lama.
Puncak acara erau
tersebut diadakanlah perlombaan memakan bubur yang lagi panas. Dua orang
bersaudara tersebut tertarik dengan hadiah yang akan di dapat maka mereka
langsung menjadi peserta perlombaan.
Dengan motivasi dan
semangat yang tinggi mereka langsung melahap semua bubur yang ada sampai kepada
bubur yang belum lagi masak di kawah yang lagi mengepul asapnya.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Akhirnya mereka
kepanasan, berlari ke tepi sungai dn menyelam kemudian muncul menjadi ikan
pesut.
Oleh sebab itu kata
teman kita tadi, pesut selalu menyamburkan air dari mulutnya yang asalnya
kepanasan hingga sekarang pesut masih menyamburkan air sebagaimana yang kita
saksikan tadi.
Sobat,
Sekarang ikan pesut
itu sudah jarang kelihatan di sungai Mahakam hanya sekali-sekali saja, sebagai
pertanda bahwa ikan itu sudah langka. Dan kitapun sekarang tidak takut lagi
dengan ikan yang sebenarnya penuh bersahabat dengan manusia dan pandai
menirukan apa saja yang kita ajarkan.
Sobat,
Kepunahan ikan
tersebut sebagaimana hilangnya pelangi yang sering membentang di muara Kutai
Lama karena terpaan panas mentari, sepanas air mendidih yang mengeluarkan
kepulan asap membara melambung ke angkasa, mewarnai ritme dan
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
lagu kehidupan
manusia.
Sobat,
Kau pasti ingat
tentang Ribathul-Khail suatu nama yang fantastik – konotatif yang memberikan
imbas nostalgia waktu kita sama-sama belajar di sana tempo hari. Kita sama-sama
bisa merasakan sekarang terpaannya, pagi hari kita dididik formal, sore hari
kita diberikan pelajaran ketrampilan dan malam hari kita diajar bermuhadharah
(latihan pidato).
Pada awalnya kita
memang kewalahan, sedih dan duka, pilu dan ngeri, bosan dan sepi berpadu di
benak kita dan aku langsung teringat peristiwa aku mau pulang/ berhenti
sekolah, sebab aku tidak sabar menghadapi secuil cobaan. Kau lalu berucap,
”kawan” hidup ini penuh tantangan dan cabaran adalah ujian, ujian juga cuma
sebentar kalau kita sedikit sabar insya Allah akan sukses, kau elus aku dengan
linangan air mata seperti layaknya saudaramu sendiri.
Aku tertegun,
seolah-olah tersentak, sebagaimana layaknya bermimpi yang buruk kemudian kau
yang membangunkanku.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Aku menangis
sepuas-puasnya kau tetap sabar menuntunku, memberikan siraman motivasi,
sehingga aku tabah dan mengurungkan niatku untuk pulang/berhenti sekolah.
Sobat,
Kalau aku teringat
kejadian itu, maka aku selalu menyebut namamu hatta dikeheningan malam, hujan
atau panas terik, kau bagiku adalah guruku, saudaraku dan sahabatku yang sangat
susah aku melupakannya.
Persahabatan adalah
tali yang disimpai dengan satu pengertian, membuka wawasan kesabaran dan
kesabaran membuka hati menuju pintu kesuksesan.
Sobat,
Aku teringat waktu
kita praktik perkebunan, kau begitu rajin dan giat mengikuti petunjuk
instruktur, sehingga kau lulus dengan baik, sedangkan aku hanya pas-pasan.
Aku berucap padamu, apa kita ini mau menjadi tukang
kebun ? jawabmu ringan ”mandor tukang kebun”. Mandorkan harus menguasai
seluk-beluk ilmu perkebunan. Kawan katamu
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
dengan pelan, apa saja
ketrampilan yang diajarkan kepada kita, kita harus mengikutinya dengan baik dan
seksama, sebab kita calon masa depan, sambil kita tertawa bersama.
Kawan, bukankah kita
hidup ini warna-warni yang menuntut kita harus pandai mengaduknya menjadi
pelangi kehidupan ?!.
Bukankah kita dituntut
untuk bersandiwara, jadi pelaku utama atau menjadi penonton yang menunggu
berakhirnya pertunjukkan atau tidak mau berperan apa-apa, laksana batu kerikil
yang setiap hari kita injak di halaman sekolah.
Tapi lain halnya
dengan kerikil kehidupan yang menuntut kita waspada, sehingga tidak tergelincir
ke dalam lembah kehidupan.
Sobat,
Kata-katamu itu masih
terngiang tatkala aku menemui kerikil jalanan, sehingga aku perlu petuahmu yang
merupakan penyegar kehangatan bagiku.
Sobat,
Kau masih ingat di
pagi buta tatkala kita berolahraga, melihat kau asyik bercanda-ria
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
dengan gadis sebaya,
kadang kau mengerling memberikan isyarat penuh arti.
Kemudian kau malam
harinya memanggilku, dengan sedikit perasaan kaku, bibirmu seolah-olah berat
berkata, kau berucap terbata-bata, sehingga aku heran sebab tidak sebagaimana
mestinya.
Kawan, kata kau pelan,
coba kau baca surat ini pelan, akupun tak sabar ingin mengetahui apa yang
terkandung di dalamnya, rupanya kau sedang menerima surat cinta dari seorang
gadis yang menjadi rebutan di sekolah kita. Banyak teman-teman kita yang sudah
jatuh cinta padanya, dia adalah gadis Kutai yang cantik yang kata teman-teman
kita ”bidadari dari kayangan”.
Mataku terbelalak
langsung kuucapkan selamat padamu tapi kau aneh sobat, kau langsung menangis tersedu,
terisak dan yang kudengar istighfarmu berulang-ulang. Akupun
heran, seheran pelangi yang muncul di langit di pagi hari,
Kawan, katamu pelan,
menurut kamus kebiasaan memang tidak ada kucing yang menolak ikan,
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
tak
ada harimau yang tak doyan daging tak respon tan stimulan. Tapi bagiku, bagi kita kamus kebiasaan bukanlah kamus kehidupan.
Aku bertambah bingung
dengan bahasa falsafahmu yang sudah tentu aku kewalahan menterjemahkan arti
sasaran yang kau tuju.
Sobat,
Bagaimana cintanya,
kau tolak ? Aku sedikit cemas, jangan-jangan kau jawab ‘ya’. Kau
termenung sejenak sambil melihatku sekaligus menguasai jiwaku.
Tugasku di sini
belajar kawan, menggali pengetahuan, jawabmu tegar, aku ingin merubah
kehidupanku, keluargaku dan masyarakat. Bukan aku bercinta tak mau, tapi aku
takut terbawa arus cinta yang katanya tak bermuara. Kita hidup ini memang perlu
cinta dan kalau tanpa cinta mana sudi
mentari selalu terbit di ufuk timur memberikan sinar kehidupan dan rembulan
bersinar purnama kesyahduan, mereka begitu asyik mengisi siang dan malam, bercanda-ria demi cintanya kepada Sang Pencipta.
Sobat,
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Gadis manis yang
lincah itu akhirnya mengerti tentang kamu, tentang cita-citamu
dan lebih-lebih lagi tentang isi hatimu, sehingga ia ingin menjadikanmu sebagai
saudara angkatnya, kamupun setuju, berlinang air matanya begitu ikhlasnya
melihatmu mengangguk setuju.
Sampai
orangtuanya memberi tahu Kepala Sekolah
dan Guru bahwa kau adalah keluarganya.
Dan aku masih ingat,
teman-teman mengolokmu, bukan keluarganya tapi calon menantunya,
Sobat,
Setahun kemudian kau
berada di penghujung kelas SLTP dan saudara angkatmu sudah berada di kelas dua tingkatan yang sama.
Suatu senja kau
kulihat sangat gelisah, segelisah gadis
ayu yang pertama kali jatuh cinta padamu. Aku heran dan langsung menyapamu, kau
tak tahu jawabmu seenaknya.
Tak lama kau dijemput
dan sudah tentu kau selalu mengajakku. Aku melihat saudara angkatmu (di benakku
cewekmu) terbaring membujur di bangsal rumah sakit Tenggarong,
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
mukanya pucat,
pandangannya redup dan orang tuanya memelukmu, menceritakan keadaan saudaramu.
Kau tampak tenang, tabah tapi air matamu meleleh di pipimu dengan muka yang
merah kau tahan segala perasaan.
Aku tak tahu
perasaanmu tapi mungkin berpadu antara
kasih, cinta dan cita-cita.
Sobat,
Saudara angkatmu
mengerlingkan mata, aku langsung teringat setahun yang silam ketika kau
bercanda ria di pagi buta tatkala kita berolahraga. Ia berucap pelan sekali,
”gapailah cita-citamu, jadikanlah aku saudaramu, tolong jagalah orangtuaku dan
jangan lupa doakan aku selalu, sungguh
aku mencintaimu, dua kali kalimat itu ia ulang, akhirnya ia genggam tanganmu,
kau bimbing ia mengucapkan kalimah thayyibah ”la-ilaha-illallah” akhirnya ia
tersenyum puas dan menghembuskan napasnya yang terakhir dalam dekapan dan
bimbinganmu, ”innalillahi wainna ilaihi raji’un”.
Sobat,
Tak sanggup
rasanya aku mengungkapkan kenangan itu,
tapi dapat kubaca dalam buku
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
diaryku. Saudara angkatmu (pacarmu) meninggal dunia
sebab kangker darah yang sudah parah.
Ketabahanmu,
ketenanganmu, ketajaman perasaanmu sungguh suatu kelebihan yang menurutku
sangat luar biasa yang langka dimiliki oleh kebanyakan orang.
Sobat,
Aku tak bisa
membayangkan posisimu tatkala itu tapi
kau sangat tenang, bukan hidup dan mati, rezeki dan jodoh adalah urusan Allah,
ucapmu pelan. Kita hanya meniti, menyusuri pantai, menunggu badai melintasi
peristiwa. Siapa menabur makna, menanam cita pasti memetik bahagia dan
sebaliknya siapa menanam alpa, menabur duka pasti menuai derita.
Sobat,
Aku dan teman-teman
turut mengantar ia ke tempat pembaringan terakhir, orang tuanya dan kau sangat
tabah, kutaburkan bunga di atas pusaranya, kau hanya turut memandang, kemudian
kau menunjuk ke atas, menunjuk pelangi berwarna-warni, kau angkat tangan
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
berdoa pelan.
ya
Tuhan, terimalah saudaraku ini
sebagai
orang yang beriman di sisi-Mu
ampuni
semua kesalahan dan kealpaannya
jadikan
ia termasuk hamba-hambamu yang
shalehah
yang cinta tentang hakikat
ayat-ayat-Mu,
kabulkan cita-
citanya
ya Allah
sebagaimana
Engkau
mengabulkan
setiap
permohonan
doa di keheningan
malam
membara, mengusik terlenanya
impian
manusia, memisahkan
antara
benci dan cinta
antara
terang
dan
gelap
gulita
sebagaimana
Kau
atur
pasangan hidup
antara
siang dan malam
antara
mentari dan rembulan
berpadu
di pangkuan-Mu, kelihatannya
mereka
berpisah seolah-olah tak pernah
bertemu,
padahal mereka bersatu
dalam
perwujudan cintanya
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
pada-Mu.
Sobat,
Itulah kenanganku dan
kenanganmu yang mampu kuingat dan tidak bermaksud membangkit kembali kenangan
lama untuk menjadikanmu sedih, tapi aku yakin itulah saujana senja
Ribathul-Khail, menyimpai sejuta kenangan, pahit di kala merasakan tapi indah
di kala mengenang.
Sobat,
Kini Ribathul-Khail
tidak seperti yang dulu jauh berubah baik dari segi prasarana dan juga jumlah
siswanya yang sudah menampung hampir seluruh anak Kaltim, tapi tatanan mutu
pembelajarannya sudah tidak seperti yang dulu.
Sudah sedikit lebih
manja dan mungkin itulah gambaran, kalau anak yang paling tua pasti sedikit
manja, tapi sarat pengertian, pengalaman dan mandiri, sedangkan yang lebih
muda, sedikit lebih manja dan kurang untuk mandiri.
Itulah mungkin suratan
alam menjadi renungan kita dalam meniti kehidupan.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Pelangi pengalaman
Ribathul-Khail, merupakan nostalgia kehidupan sekaligus memberikan
secercah kenangan dalam menggapai cita
menyimpai cinta dalam nuansa titian kehidupan.
Sobat,
Selamat bernostalgia !
surat
keempat
MENGGUGAT
NOSTALGIA YANG HILANG
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
surat
keempat
Menggugat
Nostalgia Yang Hilang
-------------------------------------
Sobat,
Kutulis surat ini
kepadamu, sebagai rasa rindu atas berbagai peristiwa yang kau alami bukan
membangkitkan luka hati, apalagi menjadikanmu sedih, tapi hanya ingin
mengingatkanmu beberapa nostalgia yang hilang sebagai simpai kehidupan.
Apa kabarmu sekarang ?
lebih kurang 20 tahun yang lalu kita berpisah suatu rentang waktu yang cukup
panjang tapi kalau kita jalani rasanya baru kemarin pagi.
Sobat,
Aku merasa bangga
dapat menelpon walaupun susah payah aku mencarinya, namun berkat keuletanku,
akhirnya aku bisa bercakap denganmu walaupun hanya lewat udara. Ada keseriusan,
ada keterbukaan dan mungkin juga terselip beberapa pengalaman sebagai
manifestasi persahabatan.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Setelah itu aku
membuka file lama rupanya banyak rekaman peristiwa, lebih-lebih waktu kita sama-sama sekolah di PPKP
Ribathul-Khail Timbau Kutai.
Walaupun monitor
komputerku terang tapi kadang-kadang ada bagian-bagian yang hilang, dimakan
virus zaman, apalagi virus kehidupan. Untuk mengabadikan peristiwa-peristiwa
lama, menjadi nostalgia maka kutulislah sebagai simpai abadi, bernostalgia
dengan pena sebagai pelipur lara.
Kau dan aku adalah
sama-sama putra daerah yang setelah menamatkan pendidikan dasar (kala itu masih
6 tahun) kita bersama beberapa teman yang lain melanjutkan pendidikan di PPKP
Ribathul-Khail Timbau Kutai.
Ada rasa keberuntungan
sebab di antara teman-teman akulah ranking yang paling akhir dalam kesusahan
biaya kehidupan, sedangkan you termasuk anak yang lumayan.
Beruntung kukatakan,
sebab aku bisa belajar dengan baik maka tidak jarang aku ranking pertama dalam
prestasi dan inilah yang selalu
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
aku syukuri dan aku
yakin betul dengan firman Allah yang selalu kubaca, tatkala aku duka maupun
lara.
”dan
(ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan; sesungguhnya
jika
kamu bersyukur
pasti
Kami
akan
menambah
(nikmat)
kepadamu
dan
jika kamu kafir (mengingkari
nikmat-Ku)
maka sesungguhnya azab-Ku
sangat
pedih” (QS.14 : 7)
Sobat,
Hidup ini
kadang-kadang aneh, penuh fatamorgana sama halnya dengan cinta, hari ini kita
dapat bilang sayang tapi esok mungkin sebel berkepenjangan, apalagi lusa
kadang-kadang merajut makna.
Demikian Tuhan jadikan
insan ada kalbu yang selalu berpasangan dengan perasaan dan ada nafsu yang
selalu penasaran, kompleksitas seperti ini patut menjadikan kita sujud kepala,
sebagai rasa syukur kepada-Nya. Tapi tidak
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
sedikit diantara kita,
kebanyakan lupa, tegak kepala kemudian terlena, lalu sombong dengan prestisenya
maka menjadilah kufur – merana.
Sobat,
Ada pelangi nostalgia
yang ingin aku paparkan padamu, sebuah simpai kenangan tentang teman kita tempo
hari, aku merasa bangga tatkala mendengar darimu, teman kita ada yang jadi
dengan pasangannya semula, ada yang putus di tengah jalan, ada yang sampai kini
masih sendirian.
Padahal kalau kita
perhatikan mereka pada waktu itu sangat susah berpisah atau dipisahkan, laksana
siang dengan malam, berpaut pada fokus integritas alam. Hingga pada waktu itu
aku hanya jadi pengamat, enggan aku bermain peran, sebab aku sadar cerminku
tidak sejernih cermin mereka, maka akupun memfokuskan diri pada pelajaran
semata, tapi walaupun demikian kadang-kadang aku dapat juga kertas berwarna
jingga tapi semua itu kuanggap tiada.
Sobat,
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Betapa indahnya waktu
kita berada di PPKP tempo hari, sungguh indah. Keindahan itu laksana purnama,
membayang kenangan dalam simpai kesyahduan.
Inilah romantika kehidupan,
berintegritas dalam volume kesibukan masing-masing dalam rentang waktu yang
cukup panjang, sehingga menimbulkan banyak simpai kenangan. Dan kenangan itu
perlu dipatri dalam nuansa kunci kehidupan.
Kita kadang-kadang
terlalu berpegang pada kamus kebiasaan dan sebenarnya masih ada kamus
kehidupan. Inilah realita dalam dinamika pergaulan menjadikan kita dalam
menuntun masa.
Sobat,
Ada suasana yang ingin
kuangkat pada kesempatan ini yaitu jalinan asmara antara dua insan sebaya,
kenangan ini cukup syahdu sebab ada pelangi di siang hari, kemudian tenggelam
sebelum senja.
Aku yakin jaringan
asmara seperti ini langka, selangka gerhana matahari dan bulan sebab mereka
berdua sudah berjanji setia, walau
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
kadang-kadang badai
dan topan selalu memberikan terpaan.
Sobat,
Surat ini kudapat dari
tiupan angin yang memberitahukan retaknya jaringan komunikasi dua insan tatkala
aku masih berada di Kota Singa ” Syria ”. Maafkan aku sobat, seluruh bundel
suratmu dan surat dia kuterima via email, walau kadang-kadang cukup membuat aku
termangu.
Kutulis kembali surat
itu sebagai data otentik bahwa dulu dua orang sejoli pernah bersatu, bersemi
dalam simpai yang dalam sebelum terjadi badai keretakan, jauh sebelum krismon
seperti ini.
Surat itu berwarna
jingga, dilipat segitiga, sebagai simbol nuansa perkenalan ;
Yang tercinta,
Ukhti Soraya
di-
meja belajar.
Assalamu alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Terlebih dahulu aku
mohon maaf, karena mengganggu konsentrasimu.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Maksudku, aku hanya
ingin berkenalan denganmu. Sejak kemarin ketika kamu menyapaku dengan sedikit
senyum, sampai saat ini aku tak mampu melupakan peristiwa itu, kadang hal itu
membayang, laksana pelangi di siang hari, mengukir warna dalam keindahan kalbu.
Ukhti,
Mengapa ini terjadi
? Akupun tak mengerti, surat inipun kutulis berpadu antara khayal dan akal.
Tapi aku yakin, kamu pasti mengerti, sebagaimana mengertinya mentari dan
rembulan yang silih berganti tanpa paksaan dan selalu penuh pengertian.
Ukhti,
Aku tunggu jawaban
darimu, walau aku masih termangu.
Wassalam,
ttd
Thyan
Sobat,
Surat ini cukup
singkat, sesingkat warna pelangi di siang hari yang akan sirna ditelan senja.
Tiga hari kemudian
surat itu berbalas dengan nuansa yang cukup mendebarkan kalbu dan kertasnyapun
berwarna biru.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Yang tercinta,
Thyan
di-
meja belajar.
Wa ‘alaikumussalam
warahmatullahi wabarakatuh,
Akupun minta maaf
karena baru sekarang sempat membalas surat ini. Aku cukup mengerti, walau
memerlukan masa dalam menginterpretasi makna, maklum bahasanyapun penuh
bersayap.
Kalaulah hanya
perkenalan bukanlah menjadi persoalan, lebih
dari itupun bisa berkelanjutan, akupun tak keberatan. Sayang, cukup dulu
sampai di sini, lain kali bersambung lagi.
Wassalam,
ttd
Soraya.
Sobat,
Inilah awal surat
perkenalan menjembatani dua insan berpadu dalam mimpi dan kemudian menuai
khayali.
Surat ini ringkas tapi
ternyata membuat batas dalam dinamika jalinan hubungan sijoli, paduan makna
hakiki.
Memang kalau sudah
bersambut, rasanya bergetar seluruh isi alam, hal ini biasa terjadi di kalangan
kawula muda.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Hari berganti minggu,
bulan bersua tahun, ikatan batin dua sijoli ini terus mengalir, laksana air
sungai Mahakam yang bermuara ke Muara Jawa.
Hati siapa yang tidak
bertaut, bertali dalam simpai kasih sayang. Terasa nilai perpaduan antara
gejolak hati dan debaran nurani bertaut dalam integritas janji.
Sobat,
Lebih kurang tiga
bulan kemudian, bersemi rasa rindu terus membara bergejolak bagai api yang
terus membakar dalam bara kerinduan. Kalau sudah rindu,
apapun terasa syahdu, jangankan bertemu lewat suratpun terasa mengasyikkan dan
dapat menggetarkan kalbu.
Desakan hati
memerintahkan kepada tangan untuk menulis rangkaian, mengeluarkan aspirasi yang
penuh kerinduan. Hingga kedua insan ini sama-sama menanggung rindu, mereka
berpuisi dalam untaian yang penuh harapan.
...
kawan,
kutiupkan mantra
dalam semilir angin
yang terbata
menyampaikan
kata-kata bermakna
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
hati ini gundah
sempena gelisah
resah
dalam dekapan
mahabbah
apakah bunga akan
layu
sepi, mendayu
dan akupun rindu
biarkan semua orang
tertawa
atau menangis
sesukanya
namun dalam hati
ini kaulah satu-satunya
(... percik renungan
... Thyan).
...
Sobat,
Dalam bercinta memang
penuh fatamorgana, kadang salam lewat udarapun bermakna dan sampai kepada
tujuan, inilah suatu keajaiban. Soraya-pun menulis untaian dalam kata, sebagai
jawaban kepada Thyan, di balik kerinduan.
...
kawan
indah nian
semilir angin yang
menderu
menyampaikan
kata-kata rindu
kadang ingin
bertemu
namun sedikit malu
mulutpun mengucap
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
namun setelah itu
lenyap
biarkan orang tahu
hingga mereka pilu
tapi kita berdua
tetap merindu
(... jawaban
khayali... Soraya).
...
Sobat,
Waktu terus berlalu,
entah sudah beberapa kali pertemuan, entah berapa surat yang sudah menumpuk.
Perpaduan dua sejoli
ini melahirkan tatanan ikatan dalam dekapan yang penuh harapan. Walau hati
tetap berpadu namun belajar tetap nomor satu.
Inilah kutipan surat
mereka, tatkala waktu itu berjanji setia ;
Dinda
Yang terhormat,
Assalamu alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Doaku padamu tetap
menyertai setiap saat, walau kita saat-saat krisis telah berlalu dan kita dapat
tenang kembali. Ada suatu kebanggaan yaitu patrian simpai gejolak emosional
kita dapat satu kesatuan visi berpadu dalam suatu kalbu, mencoba menggalang
dalam rentang masa yang cukup panjang, tapi aku bertekad untuk tetap setia
walaupun gerhana kehidupan mencabar kita.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Rencana setelah
selesai pendidikanku di sini, aku akan melanjutkan ke propinsi, setelah
berhasil barulah kita mencoba merajut nilai persahabatan dalam dimensi
kehidupan.
Dinda,
Ada suatu kekhawatiran
di kalbu ini, sanggupkah dinda menunggu rentang waktu yang cukup panjang ?
Apalagi pergeseran nilai yang selalu menggoda.
Apakah pelangi ini
tetap bertahan atau sirna di telan mentari senja, namun semua itu tergantung
dinda ?
Betapa
indah rajut benang selama ini kita coba rentang dalam tenunan kehidupan.
Dinda,
Inilah
tekad kanda, menunggu sambil termangu walau semua itu pasti berlalu.
Wassalam,
Ttd
Kanda
Thyan.
...
Setelah
dibaca berulang kali, maka surat itupun diberikan ‘ ...
Hati
masih berdebar, penuh gemetar, kalut antara harap dan cemas, berintegritas
dalam penantian. Surat itupun sampai kepada alamat, lima hari kemudian
surat itu baru berbalas.
...
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Kanda
Yang tercinta,
Wa alaikumussalam
warahmatullahi wabarakatuh,
Hati ini bergetar
dalam kerinduan berpadu antara rasa dan karsa penuh harap menyusun kata, walau
dinda terbata memahami makna, namun masalah kita berdua, dinda mencoba setia
walau apapun kata dunia.
Kanda,
Dindapun ingin
melanjutkan studi ke propinsi mencoba merajut makna, merangkai kata dalam
menyimpai hubungan kita, tapi yakinlah kanda, dinda berusaha sepenuh raga, asal
kanda mencoba selalu setia.
Wassalam,
ttd
Dinda
Soraya.
...
Sobat,
Patrian
nilai dua sejoli ini, sebagai lambang bahwa hidup ini memang sangat unik penuh
dengan simbol-simbol yang perlu diinterpretasikan sebagai siklus dalam
bercinta.
Hidup
ini perlu interpretasi, sebab makro dengan liku-liku, fatamorgana dalam
lingkaran
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
mimpi,
terbangun dibuai khayali, memang kalau sudah cinta bertaut, semua dianggap
patut, gunung tinggi kan didaki, lautan luas kan diseberangi wakau tak pandai
berenang inilah dilematika cinta.
Cinta
menafsirkan segala kesulitan dalam dimensi dunia dan memberikan arahan kepada
tujuan hakikat kehidupan yang penuh fenomena simbol dari alif sampai ya dalam
pengenalan eksistensinya terasa nikmat komunikasi yang indah dan mengasyikkan,
ohoy,... itulah orang bercinta.
Sobat,
Gelombang
dan frekuensi cinta dua sejoli ini terus berlanjut, terasa syahdu bila merindu
ingin rasanya bersama dalam pelukan yang baqa.
Tapi
apakah hari selamanya panas ? tentu tidak, kadang ada gerimis di siang terang,
kadang mendung di siang bolong, ada pelangi di tengah hari.
Demikian
simbolis integritas makna antara denotasi dan konotasi dalam paduan
interpretasi.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Sobat,
Integritas
perpaduan hari demi hari, melahirkan minggu dan minggu menuai bulan terus
berputar dalam pelukan tahun, berharap dengan penuh kecemasan, menunggu sambil
termangu, penuh keluguan yang mencekam.
Memang
benar, pekerjaan yang paling menjemukan “menunggu apalagi sambil termangu”.
Sobat,
Kadang
ada hujan di tengah hari yang melenyapkan panas setahun.
Demikian
dilematik kadang bersemi, kadang juga benci, kadang merindu, kadang juga sebel
melulu, berpadu antara benci dan rindu. Hubungan dua sejoli ini setelah
sama-sama selesai pada pendidikan SLTA (kejuruan), masing-masing sudah mulai
melangkah dengan jalan sendiri-sendiri.
Hal
ini berawal dari kabut di pagi hari, kemudian berlanjut hingga tengah hari.
Suasana
makin berubah, tatkala kilat dan guntur saling menyambar maka alam raya menjadi
gulita, ibarat kapal sudah kehilangan nakhoda, tinggal saat menunggu karam atau
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
tenggelam
di lembah wada’.
Sobat,
Alampun
turut berduka, tatkala dua sejoli ini memilih jalan dan langkah masing-masing.
Seminggu hujan terus berlalu, mengguyur dalam kesyahduan yang lara, hatipun
tidak menentu bertaut dalam kebencian dan kesal yang cukup berkepanjangan.
Siapapun pasti merana, segundah gerhana, namun biarkan semua itu berlalu dalam
putaran masa.
Sobat,
Akhirnya
banjirpun melanda, menggenangi kota Samarinda menghayutkan semua yang ada, sekaligus menghapus noda
dalam kenangan lama, menutup lembaran-lembaran cinta yang pernah bersemi dalam
kenangan pelangi.
Dan
mentaripun cerah, menggugat nostalgia rembulan yang pernah bersemayam dalam
relungan lama yang indah di kala merasa dan sedih tatkala romantika yang tak
sampai ke ujungnya.
Sobat,
Di
akhir surat ini akupun ingin menggugat
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
beberapa
nostalgia yang hilang sebagai ungkapan hati seorang teman agar qadha yang sudah
tertulis dan qadar yang telah terlukis jangan menjadi dua kali karena itu
sungguh menyakitkan sekali.
Cinta bukanlah sesuatu
yang harus dipelajari dari manusia, melainkan sebagai karunia Tuhan dan berasal
dari kasih dan sayang-Nya. Dan jika seseorang telah memiliki cinta, maka dia
tidak lagi tunduk di bawah kekuatan yang lebih besar dari dirinya sendiri,
sebab dia sendiri sudah menjadi kekuatan yang besar.
Love is art and be your self in love (cinta itu
indah, maka kenalilah pribadimu dalam bercinta).
Apa yang kita pikirkan lebih kecil daripada yang
kita ketahui. Apa yang kita ketahui lebih kecil daripada yang kita cintai dan
yang kita cintai jauh lebih kecil daripada yang ada.
Seluruh dimensi ala mini hanya terbagi dua,
mencintai atau dicintai, kalau kita dicintai atau mencintai, maka jangan coba
untuk
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
mengkhianati apalagi pernah berikrar janji karena
itu sangat menyakitkan sekali.
Kalau kamu menatap mentari, maka kamu sendiri
tidak dapat melihat bayanganmu.
Sobat,
Demikian goresanku kali ini, sebagai simpai
persaudaraan diantara kita, sekaligus mengingatkan beberapa nuansa nostalgia
yang pernah bersemi di dada.
“SELAMAT BERNOSTALGIA”
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
sesungguhnya dunia ini
adalah samudra yang
dalam
telah
banyak manusia
yang tenggelam maka
jadikanlah kapalmu di
dunia ini
takwa kepada Allah
muatannya
iman
dan
layar / mesinnya
tawakkal
maka
engkau selamat
(alhukama)
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
tataplah mentari
maka
kamu tidak
dapat melihat
bayanganmu, tapi
tataplah
rembulan
maka
kamu
akan melihat
pelangi
ke
hi
dup
an
surat
kelima
PELANGI
BUAT UKHTI
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
surat
kelima
Pelangi
Buat Ukhti
--------------------------------
Ukhti,
Kutulis surat ini
untukmu, walau nuansa dan suasana jauh berbeda. Tapi kerinduan ternyata
memberikan inspirasi baru dalam menyimpai keindahan kenangan.
Bagaimana kabar dan
suasanamu, semoga selalu sehat dan sukses. Juga bagaimana teman-teman kita yang
lain ? Diharapkan sukses semua, minimal dalam berkeluarga.
Ukhti,
Terlebih dahulu aku
mohon maaf karena surat ini kutulis bukanlah mengangkat kepedihan, tapi ingin
mematri suatu kenangan indah yang perlu lestari dalam nuansa era yang abadi.
Bukankah orang yang pandai
mematri kenangan adalah memberikan kelembutan sekaligus pengalaman. Kenangan
suatu kata yang susah diinterpretasikan, memberikan kesan terhadap pribadi yang
melakukan.
Ukhti,
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Kenangan ini muncul
kembali ketika kamu kemarin menelponku dari kejauhan dengan nada sabar dan
sedikit bergurau aku masih sempat
menanyakan seseorang yang pernah melukis di kalbu kenanganmu dengan tinta emas
yang susah dilupakan.
Seorang teman itu
dalam bahasa Arab disebut „khalil“.
Khalil, bukanlah nama
seseorang tapi hanya sebuah identitas untuk mengingatkan kembali file yang
pernah kau disimpan dalam kalbu memori kenangan.
Walau monitor dan
keyboat komputerku sudah tua, kemarin kubersihkan pelan, untuk mengingat dan
merangkai sebuah kenangan yang pernah kutahu tentang edisi yang pernah bersemi
di lubuk seorang sahabat yang sedang menanti rembulan memancarkan purnama
kesyahduan walau hari ternyata sudah pagi.
Ukhti,
Kuketik tuts dengan
pelan dan layar monitor kucari file khalil, walaupun aku cukup susah
membersihkan tapi ternyata masih bisa dibaca,
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
walaupun aku cukup
susah membersihkan tapi ternyata masih bisa dibaca, walaupun ada sebahagian
yang hilang karena ternyata virus, lebih-lebih virus kehidupan selalu menggeruguti seseorang.
Demikian kenangan yang
kuangkat untuk mengingatkanmu kembali tapi tidaklah semurni peristiwa yang
berlalu, nostalgia itu ternyata sebahagian dihapus oleh virus keterbatasan dan
kelupaan.
Ukhti,
Waktu itu kau dan aku
sama-sama duduk di kelas II (dua) SLTA tahun 1983, kau beruntung dapat
melaksanakan ibadah haji bersama-sama sekeluarga.
Aku dan teman-teman
yang lain hanya dapat bermimpi menginjakkan kaki di kota suci itu. Ada satu hal
yang kutitip khusus padamu, doakan kami semua ke sana dan tolong jangan lupa oleh-olehnya sebagai kenangan
penyimpaian persahabatan.
Ukhti,
Teman-teman kita cukup
ramai membicarakan tentang keberangkatanmu ke tanah suci,
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
seorang gadis yang
cukup manis, kaya, ramah dan hangat dalam pergaulan.
Bukankah kehangatan seseorang
teman dalam pergaulan menjadikan ia dikenang dan menjadi bahan pembicaraan plus
seorang yang kaya lagi. Seorang gadis SLTA yang sedikit berpengetahuan agama, berangkat
menunaikan manasik haji yang tulus menelusuri tepi pantai kehidupan menuju kesempurnaan
rukun Islam.
Heboh kelas kita waktu
itu, seheboh guruh dan guntur yang selalu bersahutan, mengisi ritme alam jagat
raya bertaut dalam kebisingan, menandingi kesibukan manusia.
Ukhti,
Lebih kurang 40 hari
kamu meninggalkan kami, terasa sepi, sesepi malam yang tak berbintang namun
bagaimanapun siang pasti datang, sesuai rotasi perputaran.
Ramai kami mengunjungimu
tatkala kamu telah kembali ke tanah air, berbagai cerita dan oleh-oleh
cendramata, menghiasi kegembiraan bersama, sebagai manifestasi syukur
kepada-Nya.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Di samping itu ada
kegembiraan yang luar biasa yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, di
balik sinar wajahmu tersembunyi sebuah ijabah-mahabbah, kesyahduan yang
mengasyikkan.
Gejolak dan jiwa muda
membara, membakar kekeringan suasana dalam pantai dan ombak kehidupan. Bukankah
kita dalam menelusuri kehidupan pasti terdapat gelombang yang selalu beraksi
dalam tatanan alam.
Bukankah setiap orang
pasti berhadapan dengan sejuta peristiwa baik yang sedih nestapa, maupun
gembira yang asyik dalam belaian cinta kadang merenggut masa dalam mahabbah
sebagai manifestasinya.
Dan jika seseorang
memiliki cinta maka dia tidak lagi tunduk di bawah kekuatan yang lebih besar
dari dirinya sendiri, sebab dia sendiri sudah menjadi kekuatan yang besar.
Demikian
rangkaian hakikat arti kehidupan dalam
manafsirkan tatanan dan dilema, khususnya para kawula muda.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Di samping
kegembiraanku, kau telah berhasil mendapat gelar ’hajjah’ tapi di balik itu ada
yang lebih besar lagi yang dapat
mempengaruhi jiwamu yakni kau dapat berdoa lebih khusyuk di ’raudha’ dalam
rangka memberikan motivasi jiwa menghadapi dilematiknya kehidupan dunia.
Beberapa untaian doa
yang kau ucapkan begitu khusyuknya ;
Ya Allah, Rabb
Penguasa Alam,
Kau tunjukkan
betapa besar nikmat dan anugrah-Mu, berjuta insan menadah tangan, bersujud
dengan linangan air mata, terasa malu atas noda dan dosa.
Tuhanku,
Tangan apa yang
harus kami pakai untuk menutupi rasa malu dan luka hati yang sembilu,
kebanggaan apa lagi yang masih tersisa untuk menampakkan sosok wajah orang
beriman. Bahasa apakah yang pantas kami ucapkan selain istighfar dan sujud
kepada-Mu.
Pikiran dan otak
seperti apa yang harus kami pakai untuk memahami prilaku manusia yang mengaku
menyembah-Mu dengan penuh cinta tapi hatinya compang-camping yang sarat dengan
rasa curiga yang terus membara.
Tuhanku,
Maafkan hamba
manusia dunia yang sering lupa, betapa disetiap pori-pori hamba adalah keringat
penuh dosa yang
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
sering berkata atas
nama syurga, padahal Engkau Maha Tahu, hamba adalah debu-debu yang menderu
diburu nafsu, akar yang tercabut dari batangnya, diamuk oleh badai kebodohan
dan kesombongan.
Tuhanku,
Tempatkan teman dan
sahabatku di “taman firdaus” yang merekah senyum menebar semerbak bunga ataukah
hanya derita, luka dan air mata karena Engkau telah memalingkan muka dan bosan
dengan kata-kata.
Tuhan,
Berilah aku
kenangan khusus do kota Rasul ini sebagai sejarah dalam kehidupanku, amin ya
Allah, wahai Tuhan segala hamba.
Selesai berdoa temanku
tersebut pulang ke pondokan (maktab) dn di maktab ia ditegur oleh seorang
laki-laki Arab yang aduhai dan kemudian berkenalan, walau masih menggunakan
bahasa sama-sama tidak mengerti, maklum temanku ini bahasa Arabnya masih
satusatu.
Ukhti,
Entah dalam hati apa
yang sedang bergejolak, entah malaikat mana yang sedang TurÃn, entah pelangi
apa yang sedang terbentang, entah dan sejuta entah lainnya.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Maklum darah muda,
membakar nadi-nadi percernaan dengan desiran arus pedas ditambah saus tomat
mempercepat membuka tabir dalam keasyikan luapan membara.
Ukhti,
Senyuman memberikan
isyarat multi arti dan bahkan agama kita memberikan tuntunan, senyum berarti sedekah.
Tapi dengan senyuman
dilanjutkan berkenalan kemudian disimpai dengan berkirim surat pertanda ada
harapan yang mendekap dalam rajutan fenomena fantastis khayalan kebersamaan.
Bukankah kebersamaan
melahirkan jiwa bersatu, bersatu dalam pelukan ritme khayali – melahirkan
mimpi.
Mimpi dalam dekapan
kesyahduan menyimpai kenangan yang kadang-kadang menjadikan orang malas untuk
bangun.
Inilah kalau makhluk
Tuhan melahirkan semi khayali bercinta, tunduk dan penuh dengan isyarat
melahirkan simbol ritme dalam pelukan alam raya.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Bukankah seluruh alam ini
pada dasarnya bercinta ?
Ukhti,
Tidak
ada satu makhlukpun di dunia ini tanpa kata cinta. Tapi lain halnya dengan
manusia, makhluk yang sangat multi dimensi penuh akal dan khayal, penuh alas an
dan pandai dalam segala hal, kadang derajatnya lebih tinggi dari malaikat dan
rendahnya kadang melebihi aspal jalanan, tempat yang rendah – hina dan terpuruk
paling bawah, Allah melansir peringatan ;
…”sesungguhnya
Kami telah ciptakan
manusia
dalam bentuk yang
sebaik-baiknya
kemudian
Kami
kembalikan
ke tempat
yang
serendah-rendahnya”…
(QS.
95 : 4-5).
Itulah
tamsil eksistensi manusia, antara stabil dan labil, antara rindu yang kadang
diselimuti benci.
Ukhti,
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Ingá kini temanku itu
bermimpi, berpadu dalam dekapan pelangi, menunggu dan menunggu yang akhirnya
termangu dalam keluguan dan cinta yang tulus penuh harapan.
Akhirnya, hari
berganti minggu, minggu bersua bulan dn bulan berputar tahun, pupus sebuah
harapan, bak layang-layang yang tanpa tali, menarawang dalam posisi awan
tinggi.
Jaringan
pertalian antara temanku dengan orang Arab ini hampir sepuluh tahun berlalu,
setelah itu bisu yang satu tertidur dalam dekapan mimpi keindahan dan yang satu
lagi terjaga tak pernah bermimpi pertanda ‘alamat’ tak bekal bersua.
Inilah
satire kehidupan ;
ada
tukang tumpuk harta
padahal
tidak berhak memakannya
ada
tukang makan padahal bukan pengumpulnya
terkadang
baju digunting oleh yang
bukan
pemakainya atau
dipakai
oleh orang
yang
bukan
pengguntingnya
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Demikian
juga satire bercinta ;
ada
yang mencinta
padahal
tidak dicinta
ada
yang mencinta dan dicinta
tapi
tidak pernah bersama ada yang
bersama
tapi tidak mencinta
Ukhti,
Sungguh
sebuah dilemma bahwa kehidupan ini terasa sebagai panggung sandiwara, kitalah
yang menjadi sutradara, actor atau penonton. Tapi walaupun jadi penonton,
hendaklah penontonpun mengerti tentang skanerio, sehingga tatkala berakhir
sebuah dramatika kehidupan, minimal kita sudah mengerti, arti dari sebuah
eksistensi nilai kehidupan.
Ukhti,
Temanku
ini sungguh luar biasa dalam artian sebenarnya dia tabah dan selalu berdoa
kepada-Nya karena dia yakin dibalik sebuah kejadian mengandung hikmah dalam
kehidupan, sebagai manifestasi pengalaman dan itu lebih meyakinkan tentang
eksistensi keimanan.
Ukhti,
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Pada
suatu masa temanku mendapat kibasan sayap malaikat, sayap yang menggetarkan
tirai kesepian dalam kesendirian. Dia dipinang oleh seorang jejaka, ganteng dan
sedikit berbudi bahasa, ia langsung terima dengan sedikit kesyahduan, maklum
sudah lama tenggelam dalam buaian khayal dan mimpi yang cukup berkepanjangan.
Tapi
sayang, entah apa gerangan, ia memberontak kemudian tertidur lagi, bermimpi
dalam kesyahduan yang menawan bak pelangi di siang hari.
Waktu
terus berjalan, peristiwa telah membentang, pelangi terus berganti, berpacu
dalam dinamika alam, melukis kenangan dalam kekalauan pikiran.
Ukhti,
Kemudian
ia terpikat dengan seorang duda beranak dua, bersemi laksana peristiwa pertama
tapi sayang kedua orangtuanya tidak setuju dan ia dijodohkan dengan seorang
jejaka yang sedikit kurang berkenan di hati.
Kita
tidak habis piker, bahwa zaman boleh berkembang, tapi tradisi lama –adat dijodohkan
dan doa restu orangtua ternyata
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
masih
penentu.
Tenggelam
lagi dalam mimpi, penuh khayal, tegang antara tidur dan mimpi berpadu dalam
malam.
Ukhti,
Dan
malampun akupun bermimpi, melihat kawanku tersebut bersanding dalam mahligai
sehari, penuh canda menyibak pelangi dan mentaripun bersinar merekah,
menandakan mahabbah berpadu dalam impian dan realita kehidupan.
Akhirnya,
akupun berdoa, ya Allah Yang Maha Pemurah, kau perkenankan doaku dapat
menyaksikan secercah kebahagiaan seorang teman dalam menyimpai arti kehidupan
yang lama ia nantikan.
Dan
akupun terbangun karena mendengar azan subuh, membahana memecahkan suasana,
memanggil insan-insan yang beriman untuk tunduk terhadap peraturan Sang
Habiburrahman.
Ukhti,
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Selamat
bernostalgia dan berjuang untuk meniti kehidupan, semoga terwujud cita-cita
yang engkau dambakan, amin.
orang
yang mencintai
akan
selalu taat
kepada
yang
dicintainya
semakin
bertambah
kecintaan
seseorang maka
bertambah
taatlah untuk memenuhi
segala
kehendaknya
surat
keenam
B-A-T-A-M
(Bila
Anda Tabah Akan Menang)
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
surat
keenam
B-A-T-A-M
(Bilan
Anda Tabah Akan Menang)
-------------------------------------
Ukhti,
Kutulis surat ini
sesuai dengan janjiku tempo hari, tatkala kita masih sama-sama di Benua Etam,
Samarinda – Kaltim.
Dan sekaligus untuk
mengatasi kerinduan di antara kita.
Teriring doaku padamu,
semoga kau selalu sehat dan sukses dalam menerpa cabaran dan liku-liku
kehidupan.
Ukhti,
Pada tanggal 24
November yang lalu aku meninggalkan kota Balikpapan “bandara internacional
Sepinggan” menuju ke sebuah daerah kawasan industri yakni pulau Batam.
Kota yang kita
diskusikan tempo hari, ternyata aku sekarang berada di dalamnya. Ingin aku
ceritakan padamu, tentang pulau ini unik dan sangat sensitif sebab di daerah
ini ada
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
dwifungsi pemerintahan
yakni Otorita Batam (OB) dan Pemerintah Kota Batam.
Daerah ini berbatasan
dengan ;
a.
sebelah
utara dengan Singapura dan Malaysia
b.
sebelah
selatan dengan kecamatan Bintan Selatan.
c.
sebelah
barat dengan kabupaten Karimun
d.
sebelah
timar dengan kecamatan Bintan Utara – Tanjungpinang.
Dibagi menjadi 12
kecamatan yang terdiri dari 186 pulau dan baru 80 pulau yang berpenghuni,
sedangkan 106 pulau masih kosong, sehingga
terbenak di hatiku ingin menghuni dan menamai pulau tersebut dengan
namaku.
Ukhti,
Kerinduan ini
memberikan berkas tulisan buatku, sekaligus mengisi waktu Luang karena sekarang
ini (Batam), penduduknya multi hetrogen yang beraneka ragam dalam aktivitas
dimensi dan kegiatan.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Integritas suku dan
bahasa, adat istiadat dan budaza serta tingkah laku dan sikap, bentuk dan polah
serta segudang keganjilan yang muncul bak pelangi di siang hari, memberikan
imbas dan dimensi percaturan integritas alam.
Hidup yang merupakan
rangkaian peristiwa, menunggu proses sebagaimana hari, mulai pagi, siang dan
sore berputar hingga malam sudah tentu
diperlukan sifat ketabahan yang tinggi.
Ukhti,
Ternyata proses
kehidupan ini sangat unik, membentang warna dan ritme, menyimpai rampai dan
kemudian terhambur disusun lagi untuk meniti dan meniti dengan penuh kesabaran
tinggi.
Kalau kita berbicara
tentang kamus kehidupan, aku Madang-kadang termangu karena kamus kehidupan
Madang-kadang berlawanan arah dengan kamus kebiasaan.
Kebiasaan yang
menjadikan kita manja, menjadikan kita terlena dn Madang hangat
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
dengan trepan angin
sepoi basa, membawa arus dan tenggelam dalam mimpi yang panjang.
Sedangkan kamus
kehidupan, mengajarkan kepada kita tentang nuansa terkecil dari dimensi masa,
menjadikan kita bangun terjaga memeras keringat, membanting tulang, menuntut
kesabaran dalam proses kreatif yang ulet, memupuk semangat sekaligus
mencurahkan keringat.
Ukhti,
Terasa nian di sini
aku kadang menyendiri, sekilas membayangkan nuansa yang telah terlewati, kadang
unik, lucu dan kadang meneteskan
air mata. Tapi hari ini lain lagi cerita, menerpa kita untuk lebih dewasa,
menerpa dalam nuansa-nuansa pagi yang direnda hingga sore.
Lain lagi besok, apa
dan bagaimana kita belum tahu tapi yakinlah besok adalah rangkaian yang lebih
baik dari hari ini dan itu adalah sebuah harapan.
Ukhti,
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Memang benar kata
‘hukama’ kemarin adalah nostalgia, hari ini kenyataan dan besok adalah harapan,
itulah rangkaian pengalaman.
Kesibukan verja,
uniknya lingkungan, besarnya tuntunan benar-benar menerpa kita dalam langkah,
menuntun ritme nuansa kedewasaan sekaligus menjadikan kita meniti hari-hari
dengan usa dan amal – itulah bekal.
Ukhti,
Kadang aku bermimpi
pulang kembali ke kampung halaman, melihat tugalan padi di sawah, terus tumbuh
hijau – menguning, merunduk berisi kemudian panen.
Dan aku melihat para
petani berlumpur, berbasah keringat bermandi lelah, menggarap sawah, kemudian
panen tersungging senyuman yang cerah, lupa semua jerih payah. Ketabahan
membawa kebahagiaan.
Kemudian aku terjaga,
dipertiga hening seolah-olah sepi menunggu pergantian pajar menanti siang.
Paginya aku bertemu
dengan ukhti sahabatku, ia kelihatan lesu, lemas seolah-olah tanpa
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
tenaga yang tersisa.
Ia kusapa pelan, tapi tanpa jawaban, terus kudesak dalam kelam, iapun mulai
bercerita dengan nada sendu yang kadang tanpa suara.
Ia mulai bercerita
tapi dengan syarat aku berjanji tidak akan menceritakan pengalamannya sebelum
dia bahagia.
Kujawab tegas, insya
Allah bukankah agama kita mengingatkan, kita dilarang membuka aib kawan dan
kalau perla kita pendam di pantai kenangan yang dalam dan iapun mengangguk
tanda setuju.
Kawan, kita ini hanya
meniti cada menyusuri pantai, menunggu badai. Siapa menabur makna, menanam
cinta pasti memetik bahagia dan sebaliknya siapa menanam alpa menabur duka
pasti menuai derita.
Ia mulai bercerita
pelan kadang-kadang sayup tak kedengaran.
Kemarin sore aku
menerima surat dari orangtuaku dan ia memutuskan aku agar segera pulang dengan
sedikit paksaan, menyuruhku kawin dengan pilihannya.
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Padahal sehari
sebelumnya aku telah berikrar setia kepada si dia, kami sama-sama beristighfar
dan menyebut ‘asmaulhusna’ yang dalam dan kemudian datang surat itu, ia terbata
kemudian menangis, terbuai dalam khayal dan kenyataan.
Berpadu antara angan
dan cita-cita, antara Jodoh dan Nagoya semua mempesona, menunggu terpaan
dilematik kehidupan.
Ukhti,
Sungguh berat beban
kawanku ini, tapi ia selalu tampak ceria dan malah aku yang kadang-kadang lesu.
Dan inikah ujian ?
Hingga setiap shalat aku tidak lupa mendoakannya.
Kalau aku berhenti bekerja tidak menjadi
persoalan, tapi …. janjiku dengannya, masya Allah iapun mengeluh panjang,…
kutepuk pundaknya pelan, kawan hidup ini cobaan, cobaan adalah sebuah prestasi
dan prestise kehidupan, aku sedikit berfilsafah, padahal kalau itu menerpa
padaku, pasti ukhti tertawa akulah yang paling apatis.
Ukhti,
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Kau masih ingat ketika malam Jum’at kita tempo
hari aku hanya ditegur kakakku dengan satire badut jalanan aku sudah
terisak-isak di depanmu apalagi seperti derita kawanku tadi, mungkin aku sudah
pingsan berulang kali.
Untunglah Tuhan Maha Adil, Dia tidak memberikan
beban kepada hambanya, di luar kemampuannya.
Ukhti,
Kukutip kumpulan lirik sebuah karya temanku orang
Batam dalam bukunya “Cinta (dalam perspektif TasauF), berucap begini ;
tertawa sebagai tanda
bahagia
dan menangis sebagai
lambing kesedihan
atas kehilangan
yang kita
cintai
keduanya
menurut pandangan Sufi
adalah tanda mementingkan
diri
sendiri, oleh sebab itu
mereka tidak
akan tertawa dan juga
tidak menangis
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
sabar dan ikhlas
demi wujud cinta
kepada-Nya
Ukhti,
Kamu pasti tertawa geli atau takjub
berkepanjangan, kapan saya mendalami ilmu-ilmu tasauf yang sangat filsafi
maknanya.
Itulah kegiatan kami di sini, setiap minggu penuh
dengan sarapan kerohanian sekaligus juga melahap ilmu-ilmu makrifah dan ahkam
yang sesuai dengan tuntutan kerohanian.
Sebab kalau tidak demikian kapan lagi kita bisa
menggali dan mengamalkan nilai-nilai Islamy.
Ukhti,
Walaupun Batam terkenal dengan gebyarnya, tapi
ternyata penduduknya sangat intrest terhadap nilai agamis, walaupun di
sana-sini integritas maksiat dan mungkarat memberikan cabaran terhadap nilai
keimanan dan itu kapan dan dimanapun di belahan bumi ini.
Ukhti,
Hampir aku lupa kembali menceritakan tentang
pengalaman dan kejadian yang menimpa
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
kawanku tadi. Hingga pada suatu hari, temanku tadi
memanggilku kembali dengan penuh kesal, benci dan rasa hormatnya pada
orangtuanya, ia terpaksa kembali ke kampung halamannya dan tiga hari lagi akan
dinikahkan.
Dan akupun terkesima sekaligus beristighfar dan
mendoakan semoga kawanku selalu tabah dan sukses, amin.
Hingga pada saat itu kami terdiam bisu dan
bercerita melipur lara, cerita tentang masa depan, tentang pelangi, cerita
tentang Hikayat Hang Tuah dan Hang Nadim, cerita tentang Nagoya dan Jodoh,
Mukakuning dan Batu Aji, Tiban Housing hingga Nongsa sebagai suasana dalam
kegundahan yang dalam.
Ukhti,
Keesokan paginya temanku berangkat ke Hang Nadim International airport Batam pulang kampung, naik pesawat
Jatayu tapi sebelumnya dia berpesan, tolong beritahu si dia tentang kondisi dan
suasanaku ini.
Aku hanya mengangguk kaku, bisu diterpa suasana.
Dan sebelum berangkat kami berdoa
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
bersama
memohon kepada Sang habiburrahman agar memberikan kasih dan keselamatan
kepada kami.
Tuhan, berilah kami keselamatan tunjuki kami
dengan penuh kesabaran dan hikmah di balik mauidzah dengan rahmah dan
maghfirah, amin. Tak sanggup lagi aku berucap, apalagi kawanku itu ia lemas
menaiki tangga pesawat sebagai rasa haru yang mendalam.
Tiga hari kemudian, si dia temanku tadi datang dan
dia sudah tahu persis kejadian yang menimpa kawanku tadi, tapi ia seolah-olah
berpikir lain dengan raut muka dalam kekusutan pikirannya.
Maka akupun tak perlu lagi bercerita panjang
tentang nuansa dan suasana kawanku tadi.
Ukhti,
Ternyata si dia mempunyai sisi perhitungan yang
lain yakni “black majic” ia pergi ke dukun, membalas dendam, menipis iman,
membongkar rahasia gaib dengan bantuan setan.
Ukhti,
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Rupanya kawanku telah menikah dengan pilihan
orangtuanya tapi apa yang terjadi, qadha boleh tersurat, takdir telah terjadi
tapi permainan dan godaan setan juga berperan pertanda tipisnya iman.
Ukhti,
Mulai ijab-qabul hingga malam pertama sampai malam
ketujuh dia benci dengan suaminya dan suaminya benci kepada istrinya ditandai
dengan tidak bertegur- sapa, masing-masing bisu terbuai dengan pikiran alam
masing-masing.
Akhirnya, kawanku itu kembali ke Batam dan yang
satu lagi kembali ke Jakarta,
masing-masing hampa – membawa derita, tertutup pelangi menyimpai warni,
berkabung dalam kekalutan antara sayang dan benci terpatri.
Ukhti,
Si dia dari kawanku tadi sudah tak berada lagi di
pulau Batam entah pergi kemana, membawa segenggam cinta yang sudah bercampur
nila.
Pada suatu hari kawanku itu bercerita lagi,
tentang panasnya mentari, susahnya
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
membentang pelangi kelihatannya indah berjaya,
tapi sebenarnya derita menuai sengsara.
Ia berkata, kawan tolong berilah aku seonggokan es
penyejuk, jamahlah aku dengan memilah bara, debu dan api dengan segelas air
yang memberikan kesejukan hati.
Ukhti,
Aku, mungkin juga kamu, pasti kurang percaya
tentang ilmu-ilmu hitam yang menjadikan dimensi gelap, mengarah kufur, tapi
itulah kenyataan, kekuatan black majic kadang-kadang cukup menakjubkan,
pantaslah dulu koran-koran kita ramai membicarakan tentang undang-undang
per-santet-an untung itu tidak jadi.
Ukhti,
Kadang aku melihat kawanku itu lucu di satu segi
aku kasihan, sebab kadang-kadang pengendalian dirinya kurang stabil, kadang
termenung, kadang senyum, kadang diam membisu, kadang bercanda seenak dia,
Sehingga teman-teman senang menggodanya, sebab
kadang ia memberikan sebuah tamsil,
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
arti dari integritas pengalaman dengan kenyataan.
Dan kadng-kadang kami menyebutnya dengan “janda
perawan” sebab sejak diikrarkan ijab-qabul pernikahan hingga malam ketujuh dan
lebih sadis lagi hingga kini belum pernah disentuh. Kamu pasti tertawa sebab
ini dapur rahasia.
Ukhti,
Waktu terus berlalu hampir kurang lebih satu tahun
terlewati, si suami tak pernah memberikan kabar, si istri gelisah, sebab belum
pernah dijamah.
Sehingga ia menulis surat untuk keluarganya sebagai protes dan
akhirnya ayahnya defresi, ia kembali menengok ayahnya membawa gelora hati
integritas antara haru dan lugu, antara cemas dan lemas, antara cinta dan duka
berintegritas dalam kalbu merana.
Ukhti,
Seandainya kamu tahu pasti tak dapat membuka mata,
bisu mengikuti irama, Ia kasihan melihat ayahnya, ia kasihan melihat
keluarganya maka dia berdoa pasrah kepada
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
Sang Pengatur Kehidupan dengan khusyuk dan
tawakkal kepada-Nya.
Ukhti,
Ia sabar menanti, menunggu mulai mentari terbit
hingga tenggelam kemudian disusul rembulan – malam. Ia tabah, pasrah tak
berdaya – menyerah.
Kesabaran dan usaha merubah duka menjadi ceria,
setahun lebih berlalu pada suatu siang ia mendapat interlokal dari sang yang
dicari, maka berlakulah “pucuk dicinta ulam tiba”.
Pada siang itu aku gembira melihat kawanku
bahagia, lama ia bercerita tentang apa arti rembulan, bercerita tentang mandi,
tentang sana
dan sini mencoba mengobati kerinduan, meluapkan kekesalan, mengumbar antara
sedih dan senyuman.
Ukhti,
Sampai habis obrolan, Tanya sana dan sini tentang bulan dan hari,
mencoba memupuk kerinduan, antara khayal
dan kepastian. Tapi aku bahagia dari dua hati yang membenci
----- NOSTALGIA YANG HILANG -----
bersemai benih-benih cinta yang abadi.
Dan telpon terus berdering, menyatukan hati di sana dan di sini,
berjanji bertemu dengan harapan kemudian bersatu.
Dan malamnya akupun bermimpi, melihat kawanku
bersatu, bercumbu dalam integritas kehangatan, membangun mahligai harapan masa
depan dengan penuh cinta dan kedamaian.
Akupun berdoa kaku, Tuhan ! Kau perkenankan doaku,
menyimpai duka menjadi bahagia dalam pelukan mesra dan cinta membara.
Dan akhirnya aku terbangun, tatkala mendengar azan
memanggil insan-insan untuk menghadap al-Khaliqul Alam dalam meniti dan
menyusuri pantai panjang kehidupan.
Ukhti,
Inilah B-A-T-A-M yang berarti Bila Anda Tabah Akan
Menang.
Selamat Berjuang !
NOSTALGIA
YANG HILANG
memberikan tamsil dan
iktibar
makna kehidupan
masa-masa
muda
yang amat luar biasa &
setiap kita pasti
merasakannya
integritas pengetahuan
dan pengalaman
serta jiwa
sosial
melahirkan kenangan
bukan saja cerita tentang
percintaan atau persahabatan
yang melekat dalam kepribadiaan, tapi
sebuah karakter dinamis dalam simpai estetis
bukankah masa yang paling
indah
adalah masa-masa yang
bergejolak meniti
jati diri
menjadikan
be a good personality
yang membentangkan pelangi
pengalaman dalam nostalgia kehidupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar