RAMADHAN
BEING ME ON MINE
EFFENDY ASMAWI ALHAJJ
bismillahirrahmanirrahim
RAMADHAN
BEING ME ON MINE
oleh : Effendy Asmawi Alhajj
Desain Sampul : EA’s Computer
Lay Out : Mutiara Offset
Hak cipta dilindungi
undang-undang
All right reserved
@ 2009 EA
http ://www.hmeasmawi.com
e-mail : effendy@hmeasmawi.com
Cetakan I, Agustus 2009 / Sya’ban 1430
|
Diterbitkan oleh :
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Batam
PO. Box 1002/BTAMN-Batam 29444
Telp. 0778 – 7020324 HP. 08127002701
Fax, 0778 – 451547
buat shaimin dan
shaimat
good luck for you
SELAMAT
MENUNAIKAN IBADAH RAMADHAN
Renungan
Ramadhan,
kau simpai makna kehidupan ;
--- dalam kerendahan hati ada ketinggian budi,
--- dalam kemiskinan
harta ada kekayaan jiwa,
--- dalam kesempitan
hidup ada keluasan ilmu,
hidup ini indah jika
Allah selalu di hati. ---------
keep Ramadhan !
rekreasi terbesar
adalah bekerja,
misteri terbesar
adalah kematian
kehormatan terbesar
adalah kesetiaan
karunia terbesar
adalah anak shaleh dan
sumbangan terbesar
adalah berpartisipasi. -----
Ramadhan mengajarkan ;
EDIT khilaf with
muhasabah,
DELETE dosa
INSERT kebaikan
tekan ENTER pilih YES
maka akan muncul
di komputer hati anda
RAMADHAN MUBARAK
bulan terbesar adalah Ramadhan,
dosa terbesar adalah
ketakutan
keberanian terbesar
adalah kesabaran
musibah terbesar
adalah keputus-asaan
modal terbesar adalah
kemandirian
guru terbesar adalah
pengalaman .---------------
Ramadhan,
ibarat MENTARI yang
sinarmu membuat hatiku sebening XL dan nge-FREN mengajarkan sifat yang
FLEXI-bel kau mampu BEBAS-kan manusia dari tirani jahiliyah.
Kesabaran dan
keteguhanmu menjadikan Tuhan berSIMPATI padamu, hingga kau dijadikan STAR ONE
dan satu-satunya bulan yang mendapat acungan JEMPOL dari-Nya, semakin dekat
denganmu, semakin banyak HOKI salah satunya adalah syurga yang kenikmatannya,
IM3 (no limits). -----------------------------------------
Jika hati sejernih air, jangan biarkan ia keruh,
jika hati seputih
awan, jangan biarkan ia mendung, jika hati seindah bulan, hiasi ia dengan iman.
MARHABAN YA
RAMAADHAN
Ramadhan is
like a computer ;
he ENTERS our live, SAVES you her heart
FORMATS our problems, SHIFTS you to opprtunities
and never DELETES you frim her memory.
-------------------------------------------
keep Ramadhan !
harta yang paling menguntungkan adalah sabar,
teman
yang paling waspada adalah diam,
bahasa
yang paling manis adalah senyum
dan
ibadah yang paling indah adalah ikhlas. -----
Warning of Ramadhan
!
yang tidak berpuasa,ingat !
dosa
dapat menyebabkan kanker hati,
serangan
gelisah, impotensi iman, gangguan
keamanan
dan zaman. -----------------------------
AWAL KALAM
Alhamdulillah, tulisan ini dapat diselesaikan sebagai rasa suka-cita
menyambut kedatangan bulan suci RAMADHAN sekaligus sebagai evaluasi terhadap
langkah dinamis kita dalam menyusuri makna dan hakikat puasa kita
masing-masing.
Tulisan ini merupakan rasa ta’dzim menyongsong kedatangan Ramadhan. Berpuasalah
kamu niscaya SEHAT, menggelitik kita untuk mencoba mencari makna dan merupakan
isyarat IMANIYAH dan ILMIYAH kita dalam
mencari ”the power of puasa” kita masing-masing.
Tulisan ini amat sederhana, tapi mudah-mudahan dapat memberikan motivasi
kepada kita untuk rajin melaksanakan amaliah dan silabus Ramadhan demi
perbaikan kehidupan dalam menggapai nilai-nilai takwa.
Semoga bermanfaat, amin.
Batam, Agustus
2008
Sya’ban 1429
Penulis,
Effendy
Asmawi Alhajj
RAMADHAN
BE MINE
kita sibuk setiap Ramadhan
tiba
berteriak sekuat tenaga
harga semua
bahan
pokok makanan
melambung tinggi, NAIK
namun
kita tidak pernah teriak
tentang ke-NAIK-an
harga diri
kita
di hadapan Allah swt
puasa kita rasanya
hanya sekadar mengubah jadual
makan, minum dan saat istirahat
tanpa menggeser acara buat syahwat
ketika datang lapar dan haus
kitapun manggut-manggut
lalu bersungut
o, beginilah rasanya
dan kita
sudah merasa
memikirkan
saudara-saudara kita
yang melarat
m.a.s.y.a. A.l.l.a.h
DAFTAR ISI
halaman
Al-Ihda 5
Renungan 7
Awal Kalam 11
Ramadhan be Mine 13
Munajat Ramadhan 19
- Iftitah 25
- Mengapa Puasa Disyariatkan ? 31
- Pesan Moral Ibadah Ramadhan 37
- Ramadhan & Orientasi Hidup 43
- Puasa dan Nilai Kepekaan 49
- Puasa dan Kualitas Ibadah 55
- Ramadhan & Maghfirah Tuhan 61
- Puasa & Hidup Sederhana 67
- Ramadhan dan Kebahagiaan 73
- Ramadhan & Lailatul Qadr 79
- Ramadhan mnuju Fitri Kehidupan 83
- Serba – Serbi Ramadhan 91
- Daftar Pustaka 95
MUNAJAT RAMADHAN
MUNAJAT RAMADHAN
Ya Allah, Tuhan Seru Sekalian
Alam,
kami diberi kesempatan bersua Ramadhan
bulan agung yang dirindukan
bagi insan yang
mengaku beriman
berbagai
aktivitas dikerjakan
memenuhi tuntutan
Ramadhan
coba menggapai tangga ketakwaan
rindu
lailatulqadr yang Engkau janjikan
mushalla dan masjid
penuh jamaah
bahkan sampai melimpah
semangat beribadah
mengharap maghfirah
tapi
ini hanya minggu pertama
kedua
dan ketiga lain lagi ceritanya
mulai
sepi menjunjung tanda tanya
ada
apa di balik itu semua
inilah insan, manusia dunia
sadar sejenak kemudian
lupa
masih bangga berbuat
dosa
bahkan sambil tertawa
ILAHANA, Tuhan Alam
Semesta
jauhkan itu dari kami
semua
kami ingin ramadhan
bersama
walaupun kami masih
terbata
ya
muqallibal qulub
tsabbit
qalbi ala dinika wa ’ala tha’atika
ilahi anta maqshudi,
waridhaka mathlubi
ya Rahman
kami ingin mencapai
puncak Ramadhan
lailatulqadr yang
Engkau janjikan
itulah dambaan
namun
kami terasa malu
puasapun
kadang tak tentu
kadang
lupa pula mengingat-Mu
Engkau-lah
yang Maha Tahu
pantaslah ujian dan
bencana silih berganti
sebagai peringatan
tapi kami tak peduli
sedikit sekali yang
mengerti
namun itupun masih
sirri
bahkan
kami percaya dukun dan paranormal
walaupun
kadang tidak masuk akal
jin
dijadikan pengawal
tapi
itu masih dianggap tawakkal ?
subhanallah
tawakkaltu
alallah
laahaula
walaaquwata illa billah
ada kiyai yang
berlagak dukun
ada dukun yang
berlagak kiyai
ada
pelacur yang berlagak pengusaha
ada
pengusaha yang berlagak pelacur
ada ustadz jadi
politisi
politisi jadi ustadz
inilah
insan, manusia dunia
sadar
sejenak kemudian lupa
masih
bangga berbuat dosa
bahkan
sambil tertawa
astaghfirullahal azdim
alladzi laailahailla
huwal hayyul qayyum
wa atubu
ilaih.-------------------------------------
ya
Allah, ya Adzim
ya
Wasialmaghfirah, anta Rabbuna,
rabbul
Arsyistawa,
kami
sadar, banyak yang kami kerjakan
melanggar
aturan
kami berharap ya Rabb
tuntunlah kami di Ramadhan yang mubarak ini
sehingga kami mendapatkan ke-fitri-an sejati
bersih laksana bayi
yang baru dilahirkan oleh rahim ibu kehidupan
walhamdulillahi
rabbil alamien.
1.
IFTITAH
- Iftitah
Ramadhan
adalah
bola api yang dinyalakan Allah
dalam
hati kekasih-kekasih-Nya
dan
membakar seluruh
isi
yang ada
berjuta
kecemasan,
bermacam keinginan
berbagai
rintangan
dan
beragam
kebutuhan
... ”dan berpuasa
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”... (QS. 2 : 184)
Sebagai orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kedatangan Ramadhan selalu kita rindukan,
bukan saja berbagai fadhilat / keutamaan yang terkandung di dalamnya, tapi juga
juga memberikan tips hidup sehat sekaligus sebagai penyeimbang dari makna
kehidupan kita.
Ahlan bika ya
Ramadhan,
Engkau kembali datang
setelah penantian selama setahun penuh. Pada tahun ini telah
meninggal sekian orang
dan telah lahir sekian bayi ; sebahagian orang menjadi kaya, sebahagian lainnya
menjadi miskin, sebahagian orang berbahagia sementara sebahagian lainnya
nistapa dan sebahagian orang mendapat petunjuk sementara sebahagian lainnya
tersesat.
Ya Ramadhan,
Engkau datang untuk
berkata kepada mata agar berpuasa dari melihat hal-hal yang haram sebelum sang
Raja yang Maha Perkasa murka
mencampakkannya ke api yang teramat panas (neraka).
Selain itu engkau juga
berkata agar mata berpuasa dari memandang yang haram dan memerintahkannya untuk
menangis di tengah kegelapan malam.
Engkau juga berkata
kepada lisan, wahai lisan, berpuasalah dari ghibah (membicarakan orang lain) dan
namimah (mengadu domba), kata-kata keji dan kotor, begitu juga dari
ungkapan-ungkapan cabul dan senda gurau.
Lisanmu ! jangan sebut dengannya rahasia
orang lain, setiap kita juga punya
rahasia, sedang manusia
punya lidah.
Jagalah matamu !
Jika ia memperlihatkan kepadamu
aib suatu kaum, maka katakanlah wahai mata
orang lain juga punya mata.
Engkau datang wahai
Ramadhan, untuk berkata kepada tangan, wahai tangan, berpuasalah dari memukul,
membunuh, mencuri dan korupsi.
Berpuasalah dari
perbuatan risywah (suap-menyuap) sebelum datang suatu hari nanti, engkau
direbus dalam keadaan terbelenggu, yakni pada hari dimana tidak bermanfaat lagi alasan yang
dikemukakan oleh orang-orang zalim, bagi mereka laknat dan tempat kembali yang
buruk.
... ”pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah
kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa
yang dahulu mereka lakukan”....
(QS. Yasin : 65)
Engkau datang wahai
Ramadhan, untuk berkata kepada kaki, wahai kaki ! berpuasalah dari berjalan
menuju yang haram juga berpuasalah dari berjalan menuju tempat-tempat maksiat
lagi sesat dan dari pulang –pergi dalam kemurkaan Rabb langit dan bumi dari
jalan-jalan yang tercela, rendah serta hina !
Engkaupun datang untuk
berkata kepada perut agar berpuasa dari memakan yang haram dan hasil penipuan
sebelum engkau bertemu Allah Yang Maha
Mengetahui segala rahasia dari segala yang tersembunyi.
Al-Bukhari dan
al-Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r a berkata bahwa Rasul saw bersabda
dalam sebuah hadits qudsi Allah
berfirman ;
... ”semua amal bani Adam adalah untuknya sendiri
kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya.
Ia tinggalkan makanan, minuman dan syahwatnya hanya karena Aku”...
Puasa adalah perisai
menjadikan kita untuk stabil dalam mengarungi makna kehidupan ini.
SUBHANALLAH
!
2.
MENGAPA PUASA DISYARIATKAN ?
2. Mengapa Puasa Disyariatkan ?
Banyak rahasia di
balik sesuatu yang disyariatkan Allah swt kepada makhluknya yang mengandung
hikmah di balik hukum-hukum yang Allah tetapkan baik yang diketahui oleh
manusia atau yang tidak terjangkau oleh akal-pikirannya.
Berkenaan dengan
sebahagian hikmah puasa Allah berfirman ;
...” hai orang-orang yang beriman telah
diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa”...
( QS. 2 : 283 ).
Jadi puasa adalah
jalan menuju ketakwaan kepada Allah swt dan orang yang berpuasa adalah orang
yang terdekat dengan Allah.
Saat perut kosong,
hati bersih dan ketika hati merasakan kepuasan, saat rongga perut merasakan
lapar, matapun tertunduk menangis.
Maka puasa mempunyai implekasi nilai syariat sebagai
berikut ;
1.
Puasa
mempersempit aliran makanan dan darah yang notebene merupakan aliran setan
sehingga dengan demikian bisikannya menjadi sedikit.
2.
Puasa
melemahkan syahwat, hasrat jahat dan keinginan maksiat sehingga ruh menjadi tak
ternoda.
3.
Puasa
mengingatkan orang tentang nilai lapar dan haus yang berorientasi nilai kepada
orang-orang yang kurang mampu agar kita selalu peduli dan eksis terhadap
mereka.
4.
Puasa
adalah media pendidikan jiwa, pensucian hati, pengendalian pandangan dan
menjaga anggota tubuh dari dosa.
5.
Puasa
adalah rahasia antara hamba dengan Tuhannya.
Dalam
sebuah hadits Qudsi Allah berfirman ;
...” setiap amal bani Adam
untuk dirinya kecuali puasa. Ia adalah untukku dan Aku sendiri yang akan
membalasnya”...
Para salafus-shaleh mengenal puasa
sebagai
media pendekatan kepada Allah, medan pacu dalam kebaikan, musim berbuat
kebaikan, maka mereka menangis karena gembira menyambutnya demikian juga
tatkala berpisah dengannya.
Para
salafus-shaleh tahu benar tentang
puasa, maka mereka mencintai
Ramadhan, berusaha keras menjadikan ramadhan sebagai bulan ibadah dan
dakwah.
Puasa dijadikan sebagai hal yang
amat menyenangkan mata dan menenangkan jiwa sebagai tarbiyah insaniyah.
6.
Puasa
sebagai alat pemersatu ukhuwah kaum muslimin dalam persaudaraan dan
kesetiakawanan.
7.
Puasa
sebagai penghapus kesalahan dan perisai kejahatan.
8.
Puasa
itu sehat sebab menjadikan perut kosong dan semua materi yang destruktif,
mengistirahatkan pencernaan, membersihkan darah, menormalkan kerja hati, ruh
mnjadi cerah, jiwa yang brsih dan akhlak menjadi terbina karenanya.
9.
Puasa
menjadikan diri menjadi kerdil di hadapan Allah swt, hatinya mudah trenyuh,
rasa rakusnya menipis, syahwatnya sirna, sehingga dengan demikian doanya makbul
insya Allah.
10.
Puasa
melahirkan ketaatan terhadap perintahnya dan tuntuk terhadap syariatnya.
11.
Puasa
adalah ekspremen luar biasa bagi jiwa dalam beribadah, beramal saleh,
menghidupkan gerakan infak, sedekah dan berzakat serta berkorban lainnya demi
jihad fi sabilillah.
Dengan isyarat inilah
syariat puasa menjadi sebuah paket unggulan yang amat luar biasa plus ”lailatul
qadr”-nya menjadikan ibadah ini selalu dirindu sebagai manifestasi imany kita
kepada-Nya.
3.
PESAN MORAL IBADAH
RAMADHAN
3. PESAN MORAL IBADAH
RAMADHAN
Ibadah puasa (shaum)
seperti halnya ibadah-ibadah yang lain di dalam Islam, merupakan salah satu
cara mendekatkan diri kepada Allah swt.
Dan puasa merupakan
ibadah ”riyadhah” untuk olah moral kita dalam mengasah
nurani taqarrub kepada-Nya.
Setiap ibadah, baik
ibadah shaum ataupun ibadah lainnya di dalamnya terkandung pesan moral.
Bahkan begitu mulianya
pesan moral ini sampai Rasul saw menilai harga suatu ibadah itu dinilai sejauh
mana kita menjalankan pesan moralnya. Apabila ibadah itu tidak meningkatkan
akhlak kita, Rasul menganggap bahwa ibadah itu tidak bermakna. Dengan kata lain, kita tidak melaksanakan pesan moral ibadah itu.
Dalam suatu hadits
diriwayatkan bahwa pada bulan Ramadhan ada seorang wanita sedang mencaci maki
pembantunya dan Rasul saw mendengarnya. Kemudian beliau menyuruh seseorang
untuk membawa makanan dan memanggil perempuan itu.
Lalu Rasul saw
bersabda ; makanlah makanan ini, perempuan itu menjawab, saya sedang berpuasa
ya Rasul.
Rasul saw bersabda ;
”bagaimana mungkin kamu berpuasa pada hal kamu mencaci-maki pembantumu. Sesungguhnya
puasa adalah sebagai penghalang bagi kamu untuk tidak berbuat hal-hal yang
tercela.
Betapa sedikitnya orang yang shaum dan betapa
banyaknya orang yang kelaparan.
Ketika Rasul saw
mengatakan ” betapa sedikitnya orang yang shaum dan betapa banyaknya yang
kelaparan ” Nabi menunjukkan kepada kita bahwa orang-orang yang hanya menahan
lapar dan dahaga saja, tetapi tidak sanggup mewujudkan pesan moral ibadah itu,
tidak lebih sekadar orang-orang yang lapar saja.
Dalam hadits lain,
Rasul saw bersabda ; ”banyak sekali orang yang berpuasa tetapi tidak
mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga”.
Seseorang bisa saja
melakukan ibadah puasa, dia sanggup mematuhi seluruh ketentuan fiqih, tapi dia
tidak sanggup mewujudkan pesan moral puasa itu.
Oleh sebab itu, kita
temukan orang-orang yang tidak sanggup berpuasa, di dalam al-Qur’an, kita
diharuskan untuk untuk membayar fidyah buat orang-orang miskin. Jadi pesan
moral Ramadhan ialah menyantuni para fakir dan miskin.
Sekali lagi, semua
ajaran Islam itu mengandung pesan moral dan pesan moral itulah yang
dipandang sangat urgen dalam tatanan
akhlak dan ubudiyah kita kepada-Nya.
4.
Ramadhan dan Orientasi
Hidup Orang yang Beriman
4.
Ramadhan dan Orientasi Hidup
Orang yang Beriman
Dalam sebuah Hadits
yang diriwayatkan oleh Imam a-Bukhari, at-Turmuzi dan Ahmad dari Ibnu Umar,
Nabi Muhammad saw bersabda ;
...”bahwa orang mukmin
makan dengan satu usus (perut) sedangkan orang kafir makan dengan tujuh
usus”...
Hadits ini jangan
dipahami secara tekstual, sebab secara kedokteran tidak ada perbedaan mendasar
anatomi tubuh manusia, apalagi berdasarkan iman dan kufur.
Pernyataan Nabi ini
hanyalah simbolis dan harus dipahami secara kontekstual.
Perbedaan usus (perut)
dalam teks (matan) hadits ini menunjukkan perbedaan cara pandang dan sikap
hidup antara orang mukmin dan kafir terhadap nikmat Allah.
Orang mukmin tidak
melihat apa yang disediakan oleh Allah sebagai tujuan hidup karena itu dalam
mencari harta ia akan senantiasa menjaga rambu-rambu dari-Nya.
Ia akan bersifat
selektif tidak melakukan penipuan dan sejenisnya.
Orang mukmin akan selalu bersikap istiqamah & qanaah,
merasa cukup dengan karunia yang telah diberikan Allah dan selalu bersikap
sederhana.
Namun demikian, bukan
berarti bahwa orang mukmin tidak memiliki motivasi untuk berusaha dan malas
bekerja. Ia akan tetap giat dalam
mencari rezeki dari Allah swt.
Islam tidak
menghalangi umatnya untuk mencari nikmat sebanyak-banyaknya.
Dalam surah al-Jumuah,
62 : 10, Allah memerintahkan hambanya untuk bertebaran di muka bumi mencari
karunia Allah, setelah mereka menunaikan shalat Jum’at akan tetapi di akhir
ayat tetap dikunci dengan perintah untuk mengingat Allah sebanyak-banyaknya
supaya beruntung.
Menurut Buya
HAMKA dalam karyanya Tafsir Al-Azhar Juz
28, dengan selalu mengingat Allah, orang beriman dapat mengendalikan diri
sehingga tidak terperosok kepada
perbuatan yang tidak diridhai-Nya.
Ia akan selalu menjaga
rambu-rambu-Nya.
Dalam sejarah Islam,
kesederhanaan dan kerelaan berkorban untuk sesama saudaranya diperlihatkan oleh
kaum Anshar Madinah terhadap kaum Muhajirin dari Mekkah.
Kaum Anshar menolong
dan lebih mengutamakan kaum Muhajirin, padahal mereka sendiri hidup dalam
kesusahan.
Demikian gambaran
ukhuwah para sahabat, benar-benar ”ta’awun”/tolong-menolong yang tinggi hanya karena Allah.
Nabi saw mengajarkan
kepada kita bahwa kecintaan kepada saudara adalah barometer keimanan seseorang.
Puasa juga merupakan alat
pendidikan yang sangat efektif dalam mengarahkan kembali orientasi kehidupan
mukmin bahwa harta yang mereka miliki harus mampu berfungsi sosial.
Orang mukmin akan
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Oleh sebab itu
harta yang dimilikinya akan dijadikannya sebagai alat untuk membantu
saudara-saudaranya yang kurang beruntung.
Dengan demikian
seseorang yang beriman, dimanapun ia berada akan selalu menjadi sumber
kedamaian dan kebaikan bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Di sinilah pentingnya
kita menghidupkan kembali nilai-nilai kesederhanaan dan kebersamaan dalam
masyarakat kita.
...”mereka memberikan makanan yang mereka sukai untuk
orang miskin, anak yatim dan tawanan perang (mereka berkata) ; sesungguhnya
kami memberi makan ini hanya mengharap keridhaan Allah dan tidak menghendaki
balasan atau ucapan terima kasih”... (QS. al-Insan : 7 –
10).
5.
Puasa dan Nilai
Kepekaan Kita terhadap sesama
5. Puasa dan Nilai
Kepekaan Kita terhadap sesama
...”barangsiapa yang berpuasa ramadhan karena iman dan
mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu
”...
(HR. Bukhari- Muslim,
at-Tarmizdi, An-Nasa’i dan lainnya).
Rasul saw bersabda :
...” wahai manusia ! siapa yang
memperbaiki akhlaknya pada bulan ini, kelak ia akan melintasi shirat (dengan mudah), ketika semua
kaki tergelincir pada waktu itu !
Siapa yang meringankan
beban hamba sahaya pada bulan ini, maka Allah akan meringankan hisab baginya.
Barangsiapa yang mencegah perbuatan buruk, Allah tidak
akan murka dengannya saat bertemu nanti dengan-Nya.
Ibadah puasa merupakan
ibadah yang sangat banyak mengandung kebajikan, diantaranya yang sangat penting
adalah bahwa ibadah puasa dapat meningkatkan rasa kepekaan dan kepedulian
kepada sesama.
Itu sebabnya Nabi saw
menyebut bulan Ramadhan sebagai ” syahrul muwasat” (bulan kepekaan terhadap
sesama).
HR. Ibn Khuzaimah.
Kepekaan itu timbul
karena orang yang berpuasa pasti merasakan lapar dan dahaga seperti yang biasa
dirasakan oleh orang-orang yang tidak mampu yakni fakir-miskin dan kaum dhuafa
lainnya.
Jadi ibadah puasa sesungguhnya
memiliki fungsi penting yaitu mengasah
dan mempertajam rohani manusia sehingga ia dapat melihat dan merasakan
penderitaan orang lain.
Bukti mengengai
kepekaan itu dapat dilihat dari perintah Nabi saw agar kaum muslimin di bulan
Ramadhan ini banyak memberi makan atau menyediakan buka bagi orang yang
berpuasa.
Rasul saw bersabda ;
...”barangsiapa memberi makan atau menyediakan buka bagi orang yang berpuasa,
maka hal itu dapat menjadi tebusan atas
dosa-dosanya dan pembebasan dirinya dari api neraka, ia juga beroleh pahala
seperti pahala orang yang berpuasa itu
tidak berkurang pahalanya barang sedikitpun”...
Mendengar pernyataan
Rasul saw di atas, para sahabat meminta penjelasan lebih lanjut dari beliau.
Mereka berkata, tidak semua orang dari kami memiliki kemampuan untuk memberikan
makan kepada orang yang berpuasa ?”
Lalu Rasul saw
menjawab : ...” Allah swt telah menyediakan pahala besar untuk kalian. Apakah
kalian tidak sanggup menyediakan buka walau hanya sebutir kurma, segelas air putih atau
secangkir susus ?”. Kemudian beliaupun menegaskan kepada para sahabat bahwa kepedulian
kepada orang yang berpuasa itu dapat membuat seseorang meraih rahmat dan
ampunan dari Allah swt...”
(HR. Baihaqy dan Ibn
Hibban).
Nabi Muhammad saw
sendiri, seperti tersebut dalam Hadits Bukhari, dikatakan sebagai orang yang
paling peka terhadap kebaikan dan kepekaannya itu mencapai puncaknya di bulan
Ramadhan.
Dikatakan, kepekaan Rasul saw ”ibrat angin
kencang” (karrihil mursalah).
Kebaikan Rasul saw, menurut Ibn Hajar al-Asqalani,
diserupakan dengan angin karena ada aspek kesamaan antara keduanya.
Dikatakan, angin itu angin syurga yang diutus oleh
Allah untuk menurunkan air hujan, sehingga membasahi dan menghidupkan bumi yang
kering dan mati.
Kebaikan Nabi sama dengan air hujan itu juga,
menyejukkan dan memberikan kesejahtraan bagi seluruh umat manusia.
Kepekaan terhadap sesama ini menjadi problem
tersendiri bagi kita sebagai umat dan bangsa. Tanpa kepekaan seperti ini akan timbul kerawanan-kerawanan sosial
yang memberikan gap dan perbedaan (disparitas) antara si kaya dan si miskin
akan semakin besar.
Dalam situasi demikian, maka penyakit lama akan
segera timbul yaitu kecemburuan sosial yang setiap saat dapat menyulut
permusuhan dan kerusuhan.
Rasa permusuhan ini
tentu dapat mengganggu ketentraman kita sebagai umat dan bangsa.
Untuk itu, kita perlu
belajar mengasah dn mempertajam kepekaan sosial kita melalui ibadah puasa.
Ibadah puasa dapat
membuat kita sehat, tidk hanya sehat
secara pribaadi tapi juga sehat secara sosial – sesama kita. (wallahu a’lam).
6.
Puasa dan Kualitas
Ibadah Kita
6. Puasa dan Kualitas
Ibadah Kita
semoga 12 bulan mendatang
penuh keimanan
52 minggu
penuh
ketakwaan, 365 hari
dengan ibadah, 8.760 jam
penuh ke-ihsan-an dan 525.600
menit penuh dengan ke-ikhlas-an.
Saat ini kita sudah
melaksanakan ibadah Ramadhan. Bagi banyak Muslim, puasa Ramadhan tahun ini
merupakan puasa untuk yang kesekian kalinya.
Alangkah baiknya puasa
yang telah dilakukan tersebut dievaluasi agar diketahui kualitas
pelaksanaannya.
Ada tiga tingkatan
kualitas puasa yang dilakukan kita sebagai orang Muslim.
Pertama ;
Puasa yang dilakukan
kebanyakan orang atau disebut ”shaum al-umum”, biasanya puasa yang dilaksanakan
kelompok ini sekadar menahan diri dari makan, minum, melakukan hubungan seksual
dan segala yang membatalkan puasa dari terbit pajar hingga terbenam matahari.
Kedua ;
Puasa orang-orang
shaleh atau disebut pula ”shaum al-khusus”, puasa yang dilakukan kelompok ini
bukan semata menahan lapar dan dahaga
tapi diiringi dengan memuasakan diri mereka dari segala perbuatan dosa dan
hal-hal yang bisa merusak puasa.
Ketiga ;
Puasa para Nabi,
Shiddiqin dan muqarrabin. Puasa ini disebut dengan ”shaum khusus bil khusus”.
Mereka yang termasuk
kelompok ini berhasil memuasakan diri
mereka dari keinginan yang bersifat duniawi dan memikirkan keduniaan serta hati
mereka selalu ingat kepada Allah swt.
Selaku orang yang
berusaha menjadi muslim sejati, kita tentu berupaya agar puasa Ramadhan tahun
ini bergeser dari puasa kebanyakan orang
menuju puasa orang shaleh, meskipun belum mencapai kualitas puasa para Rasul.
Untuk itu ada beberapa hal yang harus dipenuhi, antara lain ; kita harus
menundukkan pandangan dari melihat yang tercela, dilarang agama dan melihat
segala sesuatu yang melalaikan hati dan ingat kepada Allah.
Rasul saw bersabda ;
...”pandangan mata
kita bisa dimasuki oleh unsur iblis laknatullah, siapa yang mampu mengendalikan
pandangannya karena takut kepada Allah, niscaya Allah rasakan kepada orang itu
manisnya iman di dalam hatinya”...
Kita dituntut pula
memelihara lisan dari ucapan yang tidak dibolehkan agama, seperti bohong,
bergunjing dan fitnah.
Lisan digunakan hanya
untuk mengucapkan perkataan yang baik, seperti zikir dan membaca al-Qur’an.
Daripada mengucapkan
kata-kata kotor dan dilarang agama lebih baik diam, sebagaimana disabdakan
Rasul saw ; ...”siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
mengucapkan perkataan yang baik atau lebih baik diam”... (HR. Bukhari).
Untuk mencapai puasa
berkualitas, kita perlu mengendalikan pendengaran dari mendengarkan yang makruh
dan diharamkan agama. Hal ini diikuti pula oleh upaya menahan dan mengendalikan seluruh anggota
tubuh dari melakukan dosa dan melanggar larangan agama.
Selain itu kita
dituntut bersikap sederhana dan tidak
berlebih-lebihan ketika berbuka puasa. Ini penting karena orang yang penuh
perutnya menjadi berat dan malas beribadah, khususnya mendirikan malam-malam
Ramadhan dengan berbagai amalan ibadah.
Karena itu, sikap
berlebih-lebihan dalam berbuka tidak disenangi Allah swt.
Puasa Ramadhan
seharusnya melatih kita untuk merasakan keprihatinan orang-orang miskin yang
biasa lapar dan serba kekurangan.
Secara matematispun
dengan berkurangnya frekuensi dan juadual makan seharusnya secara ekonomi,
pengeluaran selama ramadhan semakin berkurang.
Andaikan melonjak
pengeluaran rumah tangga, labih banyak karena digunakan untuk menyantuni
fakir-miskin dan kepentingan di jalan Allah lainnya.
Dengan memperhatikan
beberapa pedoman tersebut, mudah-mudahan puasa kita tahun ini lebih berkualitas
dari tahun-tahun sebelumnya.
wallahu a’lam.
7.
Ramadhan &
Maghfirah Tuhan
7. Ramadhan &
Maghfirah Tuhan
...”
fa-iza azamta fatawakkal alallah”...
Rasul Muhammad saw
sebagai teladan terbaik bagi umat manusia telah mengajarkan kepada kita bahwa
sejatinya setiap manusia harus memohon ampunan Allah atas segala dosa yang
dilakukannya.
Rasul
mencontohkan dalam sehari minimal beliau
beristighfar sebanyak 100 kali.
Dalam sebuah hadits
Rasul saw bersabda ; ...”bertobatlah kamu kepada Allah dan beristighfarlah
kepada-Nya, sesungguhnya aku bertobat
kepada Allah dalam sehari 100 kali”...
Sebagai manusia yang
terbatas usianya, maka wajib bagi kita untuk menyegerakan memohon ampunan
kepada Allah swt.
Hal ini disebabkan
pada kenyataan bahwa kematian kita tidak bisa diprediksi dan tidak bisa
dimundurkan ataupun dimajukan.
Allah swt mengingatkan
; ...”dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan seseorang apabila
telah datang waktu kematiannya dan Allah
Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan”...
(QS. 63 : 11).
Dalam ayat
lainnya Allah swt memerintahkan ; ...”
dan bersegeralah kamu kepada ampunan
dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” ... (QS. 3 : 133).
Bulan ramadhan adalah bulan
ampunan Allah, namun tidak semua orang yang berpuasa mendapat ampunan Allah. Paling
tidak ada dua hal yang menyebabkan puasa mendatangkan ampunan Allah.
Pertama ;
Berpuasa dengan
landasan keimanan dan dalam rangka mencari pahala dan keridhaan Allah. Iman
merupakan landasan utama apakah sebuah perbuatan atau amal ibadah bernilai di
sisi Allah. Tanpa adanya iman, maka suatu perbuatan atau amal tidak akan
bernilai di sisi Allah, artinya puasa yang tidak dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan tidak akan mendatangkan ampunan Allah swt.
Hal ini sejalan dengan
perintah puasa sendiri yang Allah nyatakan
dalam firman-Nya ;
...”hai orang-orang
yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa”...
(QS. 2 : 183).
Kedua ;
Berpuasa dengan
sebenar-benarnya puasa. Maksudnya, puasanya tidak
hanya sekadar menahan lapar dan dahaga. Rasul saw bersabda ;
...”dan puasa itu
adalah perisai, jika salah seorang diantara kamu berada pada hari puasa, maka
janganlah berkata atau berbuat kotor, fasik dan bodoh, jika ada seseorang
mencelanya atau hendak membunuhnya, maka katakanlah, saya sedang berpuasa”...
(HR. Bukhari – Muslim).
Semoga Allah swt membimbing kita untuk dapat berpuasa dengan
landasan keimanan dan berpuasa dengan landasan keimanan yang sebenar-benarnya
sehingga kelak di akhir Ramadhan kita mendapatkan ampunan dari Allah swt. --- wallahu a’lam ---
setetes
hidayah Allah
jauh
lebih berarti
dari
kumpulan
mutiara
di
laut
yang
dipunyai
oleh
para saudagar
kehidupan
dan hidayah Allah
hanya
diberikan kepada
orang-orang
yang
selalu
taqarrub
kepada-
Nya
maka
bangunlah
pribadimu
dengan melaksanakan
seluruh
amaliah ramadhan
tanpa
sedikitpun
terlewatkan
yang
sudah
tentu
melahirkan
brilian
ubudiyah
kita kepada Allah swt
8.
Puasa dan Hidup
Sederhana
8. Puasa & Hidup
Sederhana
...”bertakwa dan taatlah kalian
kepada Allah. Jangan
kalian mentaati
perintah
orang
orang yang suka
berlebih-lebihan yaitu
mereka yang sering melakukan
kerusakan tanpa mau memperbaikinya”...
(QS.
26 : 150 – 152)
Ramadhan adalah bulan
pengekangan diri dari segala macam
keinginan hawa nafsu negatif dengan mengurangi makanan atau minuman.
Karena orang yang terlalu banyak makan
dan minum maka nafsu atau keinginannya untuk berbuat hal-hal yang negatif cukup
besar. Untuk itulah sebagai langkah kontrol terhadap keinginan-keinginan
tersebut Allah mewajibkan berpuasa.
Kewajiban puasa lebih
jauh ternyata tidak saja dimaksudkan
untuk mengontrol hawa nafsu diri sendiri namun berfungsi juga mengontrol
prilaku sosial seseorang.
Orang yang berpuasa
akan merasakan kelaparan dan kehausan seperti halnya yang dialami orang-orang
miskin.
Dengan berpuasa,
seseorang akan menjadi makhluk empatik yang merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain.
Ketika empati ini
semakin membesar pada diri seseorang, ia akan cepat menyadari bahwa ternyata
kekayaan yang dimiliki, sejatinya bukan hanya untuk diri sendiri tapi ada
bagian orang lain yang mesti ditunaikan.
Hidup sederhana
menjadi salah satu tujuan utama yang ingin digapai ibadah puasa. Orang yang
sederhana dalam penampilannya merupakan titik tolak kesadaran tertinggi dalam
kehidupan sosial.
Dengan demikian, sikap
atau gaya hidup berlebihan, glamour dan sombong adalah lawan yang harus
dimusnahkan dalam sikap hidup keseharian seseorang. Karena orang yang suka
berlebihan merupakan tanda sikap individualistik yang hanya mementingkan diri
sendiri tanpa mempedulikan nasib orang lain di sekitarnya.
Gaya hidup
berlebih-lebihan inilah yang sering Allah kecam dalam al-Qur’an karena sikap
ini adalah awal bencana dalam kehidupan
sosial.
Jika dalam diri
seseorang telah tertanam ambisi untuk memperkaya diri sendiri ia akan sangat
mudah terseret untuk menghalalkan segala cara demi meraih apa yang ia
cita-citakan.
Dan ini sangat
berbahaya bagi kehidupan sosial. Dampak negatif yang ditimbulkannya tentu cukup
besar. Orang akan makin asyik dengan prilaku negatif yang dilakukannya.
Akhirnya, jika gaya
hidup berlebih-lebihan terus dipupuk lambat laun ia akan menjadi budaya yang
berakar kuat dan sulit dicabut.
Rasul saw adalah suatu
teladan mulia yang memperihatkan sikap sederhana. Meskipun beliau memiliki
kedudukan terpanang di masyarakat Arab kala itu, beliau sama sekali tidak
terobsesi dan beringinan untuk memamerkan kedudukannya.
Rumah beliau sangat
sederhana, alas tidurpun hanya pelepah daun kurma yang membekas di pipi beliau
setiap kali bangun tidur.
Sikap hidup sederhana
ini pulalah yang dibudayakan oleh para
Khalifah sepeninggal Rasul saw.
menahan makan dan
minum pada sang hari di bulan Ramadhan merupakan cara efektif melatih seseorang
menjadi sosok-sosok manusia sederhana dalam kehidupan sosialnya.
Seseorang yang
sederhana dalam hidup akan mudah bergaul
dengan masyarakat segala lapisan. Interaksi ini pada akhirnya akan mengantarkan
pada tercapainya keseimbangan dalam kehidupan sosial.
Jika keseimbangan ini
terjadi, maka besar kemungkinan problematika yang sedang dihadapi akan dengan
mudah terselesaikan.
Allah swt berfirman ;
...”ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang
berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah
kami terhadap orang-orang yang kafir”... (QS. 3 : 147).
wallahu a’lam
9.
Ramadhan &
Kebahagiaan
9. Ramadhan &
Kebahagiaan
hidup ini bukan ditentukan oleh
panjangnya usia kita tapi
banyaknya manfaat
bagi orang
lain
dan itulah
suatu kebahagiaan sejati.
Kebahagiaan, menurut
filosof muslim al-Farabi, adalah kebaikan tertinggi (tamamul khairat) yang di
atasnya tidak ada lagi sesuatu yang lebih tinggi atau lebih berharga.
Sebagai kebaikan
tertinggi, kebahagiaan adalah kebaikan yang dicari untuk dirinya sendiri, ia
adalah ”ghiyatul hayat” (tujuan hidup) dan merupakan keinginan terakhir
manusia, sehingga apabila seseorang telah berhasil menggapai kebahagiaan itu
maka ia tidak membutuhkan lagi sesuatu
yang lainnya.
Kebahagiaan sebaga
kebaikan tertinggi dibentuk oleh kebaikan-kebaikan yang sangat banyak
jumlahnya.
Filosof Aristoteles
menyebut beberapa diantaranya ; kecantikan, kesehatan, kekayaan, kekuasaan,
kecerdasan, ilmu pengetahuan dan
kearifan (wisdom).
Semua nilai ini
dipandang sebagai komponen-komponen yang dicari dan dikejar oleh manusia untuk
mendapatkan kebahagiaan.
Dalam satu pengertian,
seperti banyak dikemukakan para ahli agama, kebahagiaan (saadah) adalah lawan
dari penderitaan (syaqawah). Dalam pengertian ini orang yang bahagia adalah ”ahluts-tsawab”
(orang yang banyak mendapat pahala dari Allah) sedangkan orang yang menderita
adalah ”ahlul iqab” (orang yang mendapat siksa), dengan kata lain, orang yang
bahagia adalah orang yang berdasarkan janji Allah dipastikan mendapat syurga,
sedangkan orang yang menderita adalah orang yang berdasarkan ancaman Allah
pasti masuk neraka.
Dari sudut pandang
ini, maka orang yang berpuasa adalah termasuk orang yang bahagia. Betapa tidak
? kepada mereka yang berpuasa dijanjikan oleh Allah pahala yang sangat besar
berupa kasih sayang Allah, pengampunan dan
syurga atau pembebasa
dari api neraka. Jadi orang yang
berpuasa jelas tergolong ”ahlults-tsawab” yaitu orang yang bahagia karena
dijanjikan kepadanya syurga nikmat Allah yang terbesar.
Dalam hadits shahih,
Rasul saw menjanjikan dua kegembiraan (kebahagiaan) kepada orang yang berpuasa.
Sabda beliau, ”bagi
orang yang berpuasa itu ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan pada waktu
berbuka puasa dan kegembiraan pada waktu berjumpa dengan Allah swt”...
(HR.Bukhari & Muslim).
Kegembiraan yang
pertama, menurut Ulama Al-Azhar, Mahmud Syaltut adalah kegembiraan karena
kemampuan menjalankan tugas atau kewajiban agama (farhatul qiyam bilwajib).
Sedangkan kegembiraan yang kedua dipahami sebagai kegembiraan karena yakin dan
optimistis dengan pahala yang berlipat ganda yang disediakan oleh Allah swt
(farhatul isiqah bihusnil jaza’).
Bagi Mahmud Syaltut,
kedua hal di atas yakni kemampuan
menjalankan tugas dan harapan yang besar
terhadap pahala dari Allah, merupakan dua faktor yang secara psikologis amat
berpengaruh bagi kebahagiaan manusia.
Pertama ;
Kemampuan melaksanakan
tugas dapat menimbulkan ketenangan jiwa
(thuma’ninatun-nafs).
Kedua ;
Harapan
mendapatkan dapat meningkatkan dorongan
dan motivasi untuk bekerja dan beramal shaleh.
Maka ketika umat Islam
berhasil mengakhiri Ramadhan dengan baik dalam arti mengisinya dengan banyak
beribadah dan beramal, mereka akan benar-benar bahagia.
Mereka bahagia karena
pahala dan ampunan. Lebih bahagia lagi karena sebentar lagi Idul Fitri akan
tiba yang merupakan pangkal tolak untuk memulai hidup baru yang lebih baik.
wallahu a’lam.
10.
Ramadhan &
Lailatul Qadr
10. Ramadhan & Lailatul Qadr
Keselamatan,
kesejahtraan dan kedamaian adalah tujuan utama pencarian dan pertemuan kembali
dengan ”lailatulqadr” (malam kemuliaan), suatu malam di bulan Ramadhan yang lebih baik daripada
seribu bulan.
Firman Allah ;
...:keselamatan/kesejahtraan di malam itu hingga terbit pajar”...
(QS. 97 : 5).
Secara bahasa,
keselamatan dan kesejahtraan memang di malam itu saja, karena malam dimulai
dari tibanya waktu shalat maghrib hingga terbit pajar.
Namun itu juga berarti
mereka yang tidak mendapat keberkahan-Nya di malam itu takkan mendapatkannya di
hari dan malam lain, kecuali taubat dan memohon maghfirah agar tahun depan untuk mendapatkannya dan
memberikan maghfirah-Nya.
Rasul saw bersabda ;
...”di dalamnya (bulan ramadhan) ada satu malam yang lebih baik dari seribu
bulan, barangsiapa yang tidak diberikan kebaikan (di malam itu), maka sungguh
dia tercegah dari menerima kebaikan”...
(HR. An-Nasai).
Lailatulqadr memang
mulia, sebab dengan mendapat sekali lailatulqadr seakan-akan seumur hidup telah diberkahi karena seribu
bulan setara dengan 83 tahun lebih, padahal amat jarang manusia mencapai umur
itu.
Manfaat lailatulqadr
memang hanya bagi orang tertentu yakni orang-orang yang menjadikan apa yang
diturunkan Allah di malam itu yakni Al-Qur’an, sebagai imam kehidupannya.
s.u.b.h.a.n.a.l.l.a.h
11.
Ramadhan Menuju
ke-Fitri-an kehidupan
- Ramadhan Menuju kefitirian Kehidupan
----Allahuma
sallimna liramadhana wasallim ramadhana lana, wasallimhu minna mautaqabbala.-----
Semoga 12 bulan mendatang
penuh keimanan
52 minggu
penuh
ketakwaan, 365 hari
dengan ibadah
8.760jam
penuh
keikhlasan
dan 525.600 menit
penuh dengan keikhlasan
Manusia pada asalnya
suci, bersih tak bernoda, apalagi
berdosa.. Demikian bunyi satu hadits yang nabi
saw sampaikan ; ...”setiap anak itu terlahir sebagai makhluk yang suci
dan bersih”... (HR. Bukhari – Muslim)
Namun faktor
lingkunganlah yang kemudian mempengaruhinya, hingga ia menjadi Muslim atau non
Muslim.
Inilah yang
digambarkan lebih lanjut oleh Nabi saw :
...”maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu sebagai seorang Yahudi,
Nasrani atau Majusi”... (HR. Bukhari – Muslim).
Fitri atau fitrah
bermakna suci, bersih dan tak
bernoda. Fitrah manusia sejatinya adalah
suci karena ia berasal dari Zat Yang Maha Suci, Allah swt.
Kesucian manusia ini lalu Allah kemudian memuliakannya
dibanding makhluk-makhluk lainnya.
...”sungguh kami telah
muliakan anaak keturunan Adam, lalu Kami tempatkan mereka di daratan dan di
lautan, kemudian Kami beri mereka rezeki
dari jalan-jalan yang terbaik, Kami
unggulkan derajat mereka dibandingkan dengan makhluk-makhluk Kami yang
lain”....
( al-Isra’ :
71)
Kelahiran manusia yang
suci, lalu berubah menjadi sosok-sosok yang beragam.
Ada yang teguh
mempertahankan kesuciannya ada yang berubah menjadi kotor lalu menyucikan diri dan ada pula yang kotor tapi
tidak mau membersihkankotoran-kotoran dosa itu hingga kematian menjemputnya.
Semua itu adalah
proses yang mesti dialami dan dilalui oleh umat manusia di alam dunia ini.
Dunia adalah ladang
proses yang menentukan arah dan tujuan manusia ke tempat asalnya semula, yaitu
Allah swt.
Orang-orang yang
selalu berusaha membersihkan dirinya dari dosa, maka ia akan berjumpa dengan
Allah swt dalam keadaan yang juga bersih dan suci seperti awalnya.
Namun jika jiwa
kotor maka ia akan menghadap Allah swt dalam
kekotorannya dan sesungguhnya Allah
tidak menerima hamba-hamba-Nya yang kotor. Ia akan menerima jiwa-jiwa yang tenang dan bersih :
...”wahai jiwa-jiwa
yang bersih dan tenang, kembalilah kepada Tuhan sejatimu dalam keridhaan.
Masuklah kalian ke dalam golongan hamba-hamba-Ku yang akan masuk syurga”...
(al-Fajr : 27 -30).
Itulah titik ujung
perjalanan umat manusia sesungguhnya.Menjadi hamba-hamba Allah swt yang suci
kembali setelah melewati berbagai macam cobaan dan godaan di alam dunia.
Puasa merupakan salaah
satu alat untuk membimbing orang-orang beriman ke jalan kesucian hakiki, karena
dalam ibadah, seseorang yang berpuasa berpotensi besar mampu meraih kesuciannya
kembali dengan catatan bahwa ibadah
puasa itu tidak hanya untuk menahan lapar dan dahaga.
Akan tetapi, puasa
dilakukan untuk mengekang keinginan-keinginan kotor nafsu yang setiap
bergejolak.
Berpuasa dengan
demikian adalaha jalan efektif meraih kembali kesucian jiwa yang telah lama
ternoda oleh dosa yang selal bergelora.
Nafsu di bulan puasa
dikekang semaksimal mungkin untuk itu semua. Ketika nafsu sudah terkontrol jiwa
akan mudah terisi penuh dengan sinaran cahaya Allah swt yang suci.
Karena itu, orang yangberpuasa
yang sukses hakikatnya ia telah meraih kebahagiaan sejati sebab telah menemukan
kesuciannya kembali.
Sabda rasul saw :
...”orang yang berpuasa itu memiliki dua kebahagiaan,pertama ketika berbuka puasa dan kedua kebahagiaan ketika
bertemu dengan Tuhannya”... (HR.Bukhari-Muslim dan lainnya).
Bahagia ketika sukses
menyucikan jiwanya dengan berpuasa dan juga bahagia ketika kesucian jiwa itulah yang mampu mempertemukannya dengan Allah yang Maha Suci. (wallahu a’lam).
12.
Serba-serbi Ramadhan
12. Serba-Serbi
Ramadhan
PUASA RAMADHAN :
- Definisi
Puasa atau shaum ialah
menahan diri dengan niat beribadah kepada Allah dari perkara yang membatalkan
puasa sejak terbitnya fajar shadiq hingga terbenamnya matahari.
- Hukum
Sesuai kesepakatan
(ijma’ Ulama) puasa Ramadhan adalah wajib lelaki dan perempuan yang sesuai dengan syarat yang
ditentukan.
- Rukun
- Niat
- Imsak (menahan diri dari yang membatalkan puasa).
- waktu yakni pada siang hari Ramadhan
- Adab
- Makan sahur dan mengakhirkannya
- Berbuka dan mensegerakannya
- Menjaga lisan
- Menahan emosi & syahwat
- Hal-hal yang Merusak Puasa
- Makan dan minum dengan sengaja
- Muntah dengan sengaja
- Bersetubuh
- Suntikan yang mengandung makanan
- Haidh dan Nifas
- Keluar air mani
- Murtad
BERPUASALAH !
INSYA ALLAH, SEHAT
Jika bulan puasa tiba
maka seluruh pintu syurga dibuka
dan seluruh pintu neraka ditutup serta
setan-setan dibelenggu (HR. Muslim)
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
- Ayo, Buruan Puasa
H.M.E. Asmawi
Perhimpunan KB.PII tahun 2006
- Ramadhan be agood personality
Effendy Asmawi Alhajj
MUI Kota Batam tahun 2007
- Misteri Bulan Ramadhan
Yusuf Burhanuddin
QultumMedia tahun 2006
- RamadhaN bersama Rasul
Atthiyah Muhammad Salim
Citra Media tahun 2007
- Puasa
Muhammad Rusli Malik
Pustaka Zahra tahun 2003
- ber-Puasa-lah
Salman Nano
Al-Huda tahun 2006
- Ramadhan
Agar
Puasa tak sekadarlapar dan dahaga
A’idh
al-Qarni, DR.M.A
Aqwam tahun 2007
- 30 Renungan Ramadhan
A’idh
al-Qarni, DR
Al-Kautsar
tahun 1996
- Ramadhan dan pencerahan Spritual
Muhammad
Iqbal
Erlangga
tahun 2005
- Renungan di Bulan Ramadhan
Aidh
Abdullah al-Qarny
Cakrawala
tahun 2006
- Untuk Apa Berpuasa
Agus
Mustofa
Padma
Press tahun 2006
- Sahur Bersama Quraish Shihab
Mizan
tahun 1977
Ramadhan,
ibarat MENTARI yang
sinarmu membuat hatiku sebening XL dan nge-FREN mengajarkan sifat yang
FLEXI-bel kau mampu BEBAS-kan manusia dari tirani jahiliyah.
Kesabaran dan
keteguhanmu menjadikan Tuhan berSIMPATI padamu, hingga kau dijadikan STAR ONE
dan satu-satunya bulan yang mendapat acungan JEMPOL dari-Nya, semakin dekat
denganmu, semakin banyak HOKI salah satunya adalah syurga yang kenikmatannya,
IM3 (no limits). -----------------------------------------
|
Effendy Asmawi Alhajj
http:www.hmeasmawi.com
email
: effendy@hmeasmawi.com
Fax
:0778 - 451547
HP.08127002701
Penerbit
: MUI Kota Batam
PO.Box 1002 / BTAMN-Batam 29444
Memo :
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Memo :
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar