puisi
Effendy Asmawi Alhajj
Aku Dalam Puisi
Oleh ; Effendy Asmawi Alhajj
Desain sampul :
EA’s Computer
Lay out :
Juju offset
Hak Cipta dilindungi undang-undang
All right reserved
@EA 2009
Cetakan I, Juni 2009 /J. Awal 1430
e-mail : effendyasmawi@yahoo.com
Diterbitkan :
Yayasan Paramakkiya Batam
PO.BOX 1002/BTAMN- Batam Island 29432
AKU
(1)
aku
tidak sama dengan kamu
aku, ya aku
berkaca di depan cermin retak seribu
ka-ku
tapi, biarkan aku
membaca
huruf-huruf gagu
berirama
sendu
namun
di balik
itu
semu
biarkan
ombak bergelombang
biarkan
angin
menerjang
mengukir
keindahan bayangan
namun
aku
tetap aku
menepi
sendu
aku
AKU
(2)
aku
dalam
termangu
mengigau
sesuatu
mengingat
kamu
rindu
namun
hidupini
ya
seperti ini
bergelimang
antara mimpi
kemudian
sepi
lalu
pergi
kemudia
datang lagi
mengukir
integritas khayali
berpadu
antara
merah dan ungu
antara
jingga-
kelabu
semua
berpadu
berlalu
dan
akupun
membisu
AKU
(3)
aku
ingin
bercerita
padamu
tentang
sepasang kaki
dan
tangan berkelahi
tentang
siapa
yang
lebih berjasa
ketika
pemiliknya sedang tidur
kaki
berkata
tanpa dia
orang ini
tak bisa jalan
tanganpun
menyanggah,tanpa dia
orang ini
tak bisamakan
karena
takmau
ada yang mengalah
mereka
bertempur mati-matian
sementara
pemiliknya
tak tahu
apa-apa
dan
kepala
yang
menjadi saksi mata
mencoba
menengahi mereka
kata
kepala
kaki dan tangan hanya bergerak
kalau ia memberi perintah
akibatnya
kepalapun
babak-belur,setelah
sepasang kaki dan sepasang tangan
mengeroyoknya
bersatu padu
karenatak
punya tenaga
kepala
menyerah
kalah
lalu ambil keputusan
lebih
baik pergi daripada dianggap
remeh
dan pemiliknya merasa malu
dan kalangkabut
ketika
ia
terbangun tanpa kepala
inilah “satire”kamu
bukan aku
oleh sebab itu
kamu dan kamu
harus
berpadu
jangan
menggerutu
jangan
cemburu,jangan membisu
jangan
dan
jangan
biarkan
berlalu
pilu
aku ingin
mencoba
menengahi
seperti kepala
tapi
aku berpikir jangan-jangan
dikeroyok
babak-belur
tapi kalau aku biarkan
merasa
malu
dan
kalangkabut
seperti
badan tanpa kepala
kalau itu
nyata
maka
hantu
namanya.
AKU
(4)
aku
ingin
bernostalgia
tapi
susah
ntuk
mengingatnya
tentang
setangkai bunga
yang
berduri
sukma
membentang
bagai pelangi siang
menabur mega
menuai lara
mengukir alpa
menyimpai sengsara
kucoba
membuka
kenangan
lama
menggelora
namun
hari
sudah
senja, pelangi
tenggelam
bersamanya
AKU
(5)
aku
mencoba
menatap
langit senja
membentang
fatamorgana,kudengar
azan
menggema
memanggil
insan
ntuk
bersujud kepada-Nya
kurangkai
doa
dalam
kelam
ilahi,
tangan
apa yang kami pakai
dalam
suasana seperti ini
ntuk menutupi
rasa malu dan luka hati
kebanggaan
apa yang
masih tersisa
ntuk
menampakkan sosok
wajah
orang
yang
mengaku beriman
bahasa
apakah yang pantas
kami
ucapkan
selain
istighfar dan sujud
kepada-Mu
pikiran
dan rasa apa
yang harus kami pakai
ntuk
mengakumenyembah-Mu
dengan
penuh rasa cinta
tapi hati
kami
cmpang-camping
penuh maksiat diamuk
oleh badai kebodohan dan
kesombongan
ilahi,
kami berlumur noda
tapi kami
masih tertawa
kami
bersimpuh dalam dosa
sadar
sejenak
kemudian
lupa
ilahi,
banyak yang kami pinta
namun hanya
angan-anagan belaka
kami hanya pandai
mengucap
setelah itu
lenyap
astaghfirullahal azdim
innallaha ghafurur rahim
AKU
(6)
aku
pagi ini, kutelusuri maknawi
melihat gawatnya suasana
DPR berantam
Ekskutif bungkam
Mahkamah diam
Polisi tawuran
koran-koran mencekam
semua berita
alamak,
guru berdemonstran
pelajar keluyuran
pedagang seenak dewe
penjual menghujat pembeli
aturan nihi
hokum kerdil
aku ya aku
kamu ya seperti itu
habis mau
dikemanakan bangsaku
semua
a-u-u
ayo kita
bertanya
kepada
awan
kepada
mega
kepada
guruh, kepada
guntur
kepada
pelangi
kepada
pak Long,kepada
pak Ngah,
kepada pak Su
semua
membisu
akhirnya,aku
bertanya
kepada
alif, kepada ba
kepada
takepada tsa hatta kepada
hamzah
tapi tak
menjawab
hanya nun, nan jauh disana
itupun nyaris
tak bersuara
ayo,kita mulai
dengan ibda’binafsik
walaupun hanya
berbisik
AKU
(7)
aku,
dalam
termangu
melihat
tatanan kota ini
mulai
ruko
hingga
hotel berbintang
penuh dengan ajang yang
menjual, rok mini
lipstick
yang dikebiri
tante, yang menawarkan bibir
om yang suka beer
akhirnya
berputar
tenggelam
dalam kelam
hitam-legam
kejam
jahannam
AKU
(8)
aku,
malam
ini, semua duduk di sini
aku,dia
dan kamu
membincangkan
Batam
sebagai
bandar dunia madani
ada yang menceber
berdesir
adayang cemberut
berkerut
adajuga yang bertafakkur
lalu mendengkur
menyaksikan berbagai kejadian
kutulis
puisi ini
karena
aku masih punya
sedikit
determinasi
aku tulis
puisi ini
karena
aku berhutang pada
Tuhanku
aku
berhutang pada negeriku
aku
berhutang pada diriku
aku tulis
puisi ini
karena
sebahagian besar
orang terlalu disibukkan
oleh persoalan hidup,mencari makan
sehingga sering melupakan tugas
tanggungjawab
dan panggilan hidupnya
sebagaimanusia ciptaan Tuhan
kalau bukan aku
siapa ?
kalau bukan sekarang
kapan ?
akutulis puisi ini
karena aku pernah bernyanyi
padamu negeri aku berbakti
padamu negeri aku mengabdi
bagimu
negeri
jiwa raga
kami
(9)
aku
tafakkur
ya Allah
aku tak berdayamengukur-Mu
seukuranlebar atau tinggi benda-benda
seukuran
bundarnya dunia
seukuran
luasnya nebula
seukuran
panjangnya aksara
sebab
Kau-lah
asalnya
segenap jarak
awalnya
segenap nada
mulanya
segenap sabda
cikalnya
segenap warna
yang maha
bijak menata ruang
yang maha pandai menggelar pandang
yang mahaperkasamenjalin runtunan waktu
yang maha kuasa mencipta bahkan memupus
kejelmaanku,oleh sebab itu
pupuslah aku
sujud
di sajadah biru-Mu
di
sejadah merah-Mu
di
sejadah kuning-Mu
yang
menggelar dariujung
ke ujung keikhlasan, yang melebar
ke sisi-sisi kesucian, yang menikar di
segenap keimanan,yang berbinar dipurus
k.e.b.e.n.a.r.a.n.
(10)
aku
dalam titik hujan
titik-titik hujan terus
mengetuk-ngetuk malam dinginku
mengabarkan kesedihan langit
sekali-kali
kulihat kilat
matanya yang geram tajam
menyeruak pekat
seperti
mencariku
hendak
menikam
hatiku
yang kecil kecut
kupeluk diriku
kencang-kencang
dalam gigil yang semakin
dahsyat
Tuhan,
selimuti aku
dengan rahmat-Mu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar