Effendy Asmawi Alhajj

Jumat, 23 Maret 2012

AKU DALAM PUISI











puisi



Effendy Asmawi Alhajj

 


Aku Dalam Puisi
Oleh ; Effendy Asmawi Alhajj





Desain sampul            : EA’s Computer
Lay out                       : Juju offset

Hak Cipta dilindungi undang-undang
All right reserved
@EA 2009


Cetakan I, Juni 2009 /J. Awal 1430





Diterbitkan :
Yayasan Paramakkiya Batam
PO.BOX 1002/BTAMN- Batam Island 29432








AKU
(1)

aku
tidak sama dengan kamu
aku, ya aku
berkaca di depan cermin retak seribu
ka-ku
tapi, biarkan aku
membaca huruf-huruf gagu
berirama sendu
namun
di balik itu
semu
biarkan ombak bergelombang
biarkan angin
menerjang




mengukir keindahan bayangan

namun
aku
tetap  aku

menepi
sendu
aku








AKU
(2)

aku
dalam termangu
mengigau sesuatu
mengingat kamu
rindu
namun hidupini
ya seperti ini
bergelimang antara mimpi
kemudian sepi
lalu pergi
kemudia datang lagi
mengukir integritas khayali
berpadu






antara merah dan ungu
antara
jingga- kelabu

semua berpadu
berlalu
dan
akupun membisu









AKU
(3)

aku
ingin bercerita
padamu
tentang sepasang kaki
dan tangan berkelahi
tentang siapa
yang lebih berjasa
ketika pemiliknya sedang tidur

kaki berkata
tanpa dia
orang ini tak bisa jalan
tanganpun menyanggah,tanpa dia
orang ini tak bisamakan


karena
takmau ada yang mengalah
mereka bertempur mati-matian
sementara pemiliknya
tak tahu apa-apa
dan kepala
yang menjadi saksi mata
mencoba menengahi mereka
kata  kepala
kaki dan tangan hanya bergerak
kalau ia memberi perintah
akibatnya
kepalapun
babak-belur,setelah
sepasang kaki dan sepasang tangan
mengeroyoknya
bersatu padu



karenatak punya tenaga
kepala
menyerah kalah
lalu ambil keputusan
lebih baik pergi daripada dianggap
remeh
dan pemiliknya merasa malu
dan kalangkabut
ketika
ia
terbangun tanpa kepala

inilah “satire”kamu
bukan aku
oleh sebab itu
kamu dan kamu



harus berpadu
jangan menggerutu
jangan cemburu,jangan membisu
jangan
dan jangan
biarkan berlalu
pilu

aku ingin mencoba
menengahi seperti kepala
tapi
aku berpikir jangan-jangan
dikeroyok
babak-belur





tapi kalau aku biarkan
merasa malu
dan kalangkabut
seperti badan tanpa kepala
kalau itu nyata
maka
hantu
namanya.










AKU
(4)

aku
ingin bernostalgia
tapi susah
ntuk mengingatnya
tentang setangkai bunga
yang berduri
sukma
membentang
bagai pelangi siang
menabur mega
menuai lara

mengukir alpa
menyimpai sengsara






kucoba
membuka kenangan
lama
menggelora
namun hari
sudah senja, pelangi
tenggelam bersamanya








AKU
(5)

aku
mencoba
menatap langit senja
membentang
fatamorgana,kudengar azan
menggema
memanggil insan
ntuk bersujud kepada-Nya
kurangkai doa
dalam kelam
ilahi,
tangan apa yang kami pakai
dalam suasana  seperti ini
ntuk menutupi rasa malu dan luka hati



kebanggaan
apa yang masih tersisa
ntuk menampakkan sosok
wajah orang
yang mengaku beriman
bahasa apakah yang pantas
kami ucapkan
selain
istighfar dan sujud
kepada-Mu
pikiran
dan rasa apa
yang harus kami pakai
ntuk mengakumenyembah-Mu
dengan penuh rasa cinta
tapi hati kami



cmpang-camping
penuh maksiat diamuk
oleh badai kebodohan dan
kesombongan

ilahi,
kami berlumur noda
tapi kami masih tertawa
kami bersimpuh dalam dosa
sadar sejenak
kemudian lupa

ilahi,
banyak yang kami pinta
namun hanya
angan-anagan belaka



kami hanya pandai
mengucap
setelah itu
lenyap

astaghfirullahal azdim
innallaha ghafurur rahim











AKU
(6)

aku
pagi ini, kutelusuri maknawi
melihat gawatnya suasana
DPR berantam
Ekskutif bungkam
Mahkamah diam
Polisi tawuran
koran-koran mencekam
semua berita
alamak,
guru berdemonstran
pelajar keluyuran
pedagang seenak dewe
penjual menghujat pembeli



aturan nihi
hokum kerdil

aku ya aku
kamu ya seperti itu
habis mau dikemanakan bangsaku
semua a-u-u
ayo kita bertanya
kepada awan
kepada mega
kepada guruh, kepada
guntur
kepada pelangi
kepada pak Long,kepada
pak Ngah, kepada pak Su
semua membisu



akhirnya,aku
bertanya
kepada alif, kepada ba
kepada takepada tsa hatta kepada
hamzah
tapi tak menjawab
hanya nun, nan jauh disana
itupun nyaris
tak bersuara

ayo,kita mulai
dengan ibda’binafsik
walaupun hanya
berbisik




AKU
(7)

aku,
dalam termangu
melihat tatanan kota ini
mulai ruko
hingga
hotel berbintang
penuh dengan ajang yang
menjual, rok mini
lipstick
yang dikebiri
tante, yang menawarkan bibir
om yang suka beer
akhirnya
berputar



tenggelam dalam kelam
hitam-legam
kejam
jahannam














AKU
(8)

aku,
malam ini, semua duduk di sini
aku,dia dan kamu
membincangkan Batam
sebagai bandar dunia madani
ada yang menceber
berdesir
adayang cemberut
berkerut
adajuga yang bertafakkur
lalu mendengkur
menyaksikan berbagai kejadian
kutulis puisi ini
karena aku masih punya



sedikit determinasi
aku tulis puisi ini
karena aku berhutang pada
Tuhanku
aku
berhutang  pada negeriku
aku berhutang pada diriku

aku tulis puisi ini
karena sebahagian besar
orang terlalu disibukkan
oleh persoalan hidup,mencari makan
sehingga sering melupakan tugas
tanggungjawab
dan panggilan hidupnya
sebagaimanusia ciptaan Tuhan



kalau bukan aku
siapa ?
kalau bukan sekarang
kapan ?
akutulis puisi ini
karena aku pernah bernyanyi
padamu negeri aku berbakti
padamu negeri aku mengabdi
bagimu negeri
jiwa raga kami








(9)
aku
tafakkur

ya Allah
aku tak berdayamengukur-Mu
seukuranlebar atau tinggi benda-benda
seukuran bundarnya dunia
seukuran luasnya nebula
seukuran panjangnya aksara
sebab Kau-lah
asalnya segenap jarak
awalnya segenap nada
mulanya segenap sabda
cikalnya segenap warna
yang maha bijak menata ruang
yang maha pandai menggelar pandang
yang mahaperkasamenjalin runtunan waktu



yang maha kuasa mencipta bahkan memupus
kejelmaanku,oleh sebab itu
pupuslah aku
sujud
di sajadah biru-Mu
di sejadah merah-Mu
di sejadah kuning-Mu
yang menggelar dariujung
ke ujung keikhlasan, yang melebar
ke sisi-sisi kesucian, yang menikar di segenap keimanan,yang berbinar dipurus
k.e.b.e.n.a.r.a.n.






(10)
aku
dalam titik hujan

titik-titik hujan terus
mengetuk-ngetuk malam dinginku
mengabarkan kesedihan langit
sekali-kali  kulihat kilat
matanya yang geram tajam
menyeruak pekat
seperti mencariku
hendak menikam
hatiku yang kecil kecut
kupeluk diriku
kencang-kencang
dalam gigil yang semakin



dahsyat
Tuhan,
selimuti aku
dengan rahmat-Mu











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guest Book