QOU VADIS PENDIDIKAN KITA ?
(Sebuah Renungan menjadikan Pendidikan Masa Depan)
OLEH : EFFENDY
ASMAWI ALHAJJ
Pendidikan merupakan kebutuhan
sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan
dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan
manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan tertinggal. Dengan demikian
pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan
moral yang baik (akhlak mahmudah), yang etis dan estetis.
Tujuan pendidikan yang kita harapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis, dan toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa dan bukannya perpecahan.
Mempertimbangkan pendidikan
anak-anak sama dengan mempersiapkan generasi yang akan datang. Hati seorang
anak bagaikan sebuah plat fotografi yang tidak bergambar apa-apa, siap
merefleksikan semua yang ditampakkan padanya.
Empat pilar pendidikan sekarang dan
masa depan yang dicanangkan oleh UNESCO yang perlu dikembangkan oleh lembaga
pendidikan formal, yaitu: (1) learning to Know (belajar untuk mengetahui), (2)
learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini kita dituntut
untuk terampil dalam melakukan sesuatu, (3) learning to be (belajar untuk
menjadi seseorang), dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani
kehidupan bersama).
Dalam rangka merealisasikan
`learning to know`, Guru seyogyanya berfungsi sebagai fasilitator. Di samping
itu guru dituntut untuk dapat berperan sebagai teman sejawat dalam berdialog
dengan siswa dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu.
Learning to do (belajar untuk
melakukan sesuatu) akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk
mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya.
Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan namun tumbuh
berkembangnya bakat dan minat tergantung pada lingkungannya. Keterampilan dapat
digunakan untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan
daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan
seseorang.
Pendidikan yang diterapkan harus
sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau kebutuhan dari daerah tempat
dilangsungkan pendidikan. Unsur muatan lokal yang dikembangkan harus sesuai
dengan kebutuhan daerah setempat.
Learning to be (belajar untuk
menjadi seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik
dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang
agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup
luas untuk berkreasi. Sebaliknya bagi anak yang pasif, peran guru dan guru
sebagai pengarah sekaligus fasilitator sangat dibutuhkan untuk pengembangan
diri siswa secara maksimal.
Kebiasaan hidup bersama, saling
menghargai, terbuka, memberi dan menerima (take and give), perlu
ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses
“learning to live together” (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Penerapan pilar keempat ini dirasakan makin penting dalam era globalisasi/era
persaingan global. Perlu pemupukkan sikap saling pengertian antar ras, suku,
dan agama agar tidak menimbulkan berbagai pertentangan yang bersumber pada
hal-hal tersebut.
Dengan demikian, tuntutan pendidikan
sekarang dan masa depan harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan
intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral manusia
Indonesia pada umumnya. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang
demikian diharapkan dapat mendudukkan diri secara bermartabat di masyarakat
dunia di era globalisasi ini.
Mengenai kecenderungan merosotnya
pencapaian hasil pendidikan selama ini, langkah antisipatif yang perlu ditempuh
adalah mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat terhadap dunia
pendidikan, peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, serta perbaikan
manajemen di setiap jenjang, jalur, dan jenis pendidikan. Untuk meningkatkan
mutu pendidikan di daerah, khususnya di kabupaten/kota, seyogyanya dikaji lebih
dulu kondisi obyektif dari unsur-unsur yang terkait pada mutu pendidikan,
yaitu:
(1) Bagaimana kondisi gurunya?
(persebaran, kualifikasi, kompetensi penguasaan materi, kompetensi
pembelajaran, kompetensi sosial-personal, tingkat kesejahteraan);
(2) Bagaimana kurikulum disikapi dan
diperlakukan oleh guru dan pejabat pendidikan daerah?;
(3) Bagaimana bahan belajar yang
dipakai oleh siswa dan guru? (proporsi buku dengan siswa, kualitas buku
pelajaran);
(4) Apa saja yang dirujuk sebagai sumber belajar oleh guru
dan siswa?;
(5) Bagaimana kondisi prasarana belajar yang ada?;
(6) Adakah sarana pendukung belajar
lainnya? (jaringan sekolah dan masyarakat, jaringan antarsekolah, jaringan
sekolah dengan pusat-pusat informasi);
(7) Bagaimana kondisi iklim belajar yang ada saat ini?.
Mutu pendidikan dapat ditingkatkan
dengan melakukan serangkaian pembenahan terhadap segala persoalan yang
dihadapi. Pembenahan itu dapat berupa pembenahan terhadap kurikulum pendidikan
yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan dasar minimal, menerapkan konsep
belajar tuntas dan membangkitkan sikap kreatif, demokratis dan mandiri. Perlu
diidentifikasi unsur-unsur yang ada di daerah yang dapat dimanfaatkan untuk
memfasilitasi proses peningkatan mutu pendidikan, selain pemerintah daerah,
misalnya kelompok pakar, lembaga swadaya masyarakat daerah, perguruan tinggi,
organisasi massa, organisasi politik, pusat penerbitan, studio radio/TV daerah,
media masa/cetak daerah, situs internet dan sanggar belajar.
dan GURU harus
mempunyai sifat
FOR CHILDREN yakni ;
Fleksibel –Objektif –Responsif
Cekatan – Homuris – Intelek – Lembut
– Dinamis- Rileks - Emphaty &
Nge-frend
dan menanamkan sifat
kepada peserta DIDIK ;
dinamika – estetika –
etika
logika dan praktika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar