Effendy Asmawi Alhajj

Senin, 01 Juni 2009

BUNGA-BUNGA TAQWA

Bunga-Bunga Taqwa
Oleh : Effendy Asmawi Alhajj


Desain sampul : EA’s Computer
Lay out : Mutiara Offset Batam



Hal cipta dilindungi undang-undang
All right reserved

@ 2007

http://www.hmeasmawi.com
e-mail : effendy@hmeasmawi.com




Cetakan I, Oktober 2007 / Syawal 1428


Diterbitkan oleh :
Yayasan Paramakkiya Batam
PO.Box 1002/BTAMN-Batam Island 29444
Telp/Fax : 0778- 7020324 / 451547
Mobile phone : 081536006299

bagi petualang
yang mencari kebahagiaan


”andaikan, penduduk bumi
merasakan sedikit
saja dari
apa
yang diperoleh
orang bertakwa pastilah
mereka menggigit jari”

kebahagian
adalah cita-cita
setiap insan maka bunga-bunga
taqwa adalah jalan menuju
k e s a n a

...’jika sekiranya penduduk
negeri beriman dan
bertakwa
pasti
Kami
limpahkan kepada
mereka berkah dari langit
dan bumi tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu
maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya’...
(QS. 7 : 96)

“ bertakwalah kepada Allah
dimana saja kamu
berada
barengilah
perbuatan jelek itu
dengan kebaikan agar dapat
menghapus (perbuatan jelek)
berprilakulah kepada
sesama manusia
dengan
akhlak yang
t e r p u j i “
(HR. Tarmidzi)



Tafakkur Penulis

Al-hamdulillah, tulisan ini dapat diselesaikan, walaupun di sana-sini masih terdapat beberapa kejanggalan tapi itulah trapi seni menulis.

Bunga-Bunga Taqwa ini, memberikan kreasi kita tentang konstruktivitas kehidupan, baik dalam melaksanakan ibadah maupun muamalah.

Demikian nikmat menggapai ‘bunga-bunga taqwa’ harum semerbak mewangi memberikan sari kehidupan menuju maqam tertinggi al-Khaliqul Alam.

Dengan sifat ihsan yang khalis, bunga itu mekar menuju muslih kehidupan insan muttaqin.

Semoga bisa kita hayati, kemudian mengorbitkan dalam tingkah laku kita sehari-hari, semoga, amin.


Batam, Oktober 2007
Syawal 1428
Penulis,


Effendy Asmawi Alhajj


DAFTAR ISI
Halaman

1. Iftitah

a. Jalan Menuju Syurga :

Setiap muslim mempunyai harapan untuk menggapai syurga Allah swt. Tak peduli apapun profesi dan jabatannya selama itu merupakan pekerjaan yang halal.

Ada orang yang masuk syurga karena kebaktiannya yang tak putus-putusnya kepada Allah. Merekalah para ”abid” (ahli ibadah).

Ada pula orang yang dijamin masuk syurga karena keberanian dan kerelaannya mempertaruhkan nyawanya dalam perjuangan menegakkan kebenaran agama. Dia meninggal sebagai ”syahid” (syuhada) dan orang yang mati syahid dijamin masuk syurga.

Ada yang dipanggil ke syurga kelak karena rajin menyampaikan ilmu kepada orang lain, termasuk dalam kelompok ini guru, dosen, ustadz dan muballigh.
”Tinta ulama lebih baik dari darah syuhada”. Demikian tegas Nabi saw.

Suatu hari, ketika hendak pergi berperang, Nabi saw mengingatkan agar jangan seluruh anggota masyarakat Islam pergi berperang.
”hendaklah ada sebahagian di antara kamu yang belajar mengenai agamamu dan mengajarkannya kepada umat”.

Ada pula yang meraih syurga karena taatnya kepada orangtua. Nabi saw pernah menolak seorang pemuda yang ingin ikut berperang karena pemuda itu mempunyai orangtua yang harus ditanggungnya.
Kata Nabi saw, ”uruslah orangtuamu”. Sesungguhnya bakti kepada orangtuamu sama nilainya dengan jihad”.

Demikian juga salah satu jalan menghampiri syurga dengan menyisihkan sebagian rezeki untuk kegiatan-kegiatan di jalan Allah.
Contohnya ; menjadi donatur pembangunan masjid, mushalla, yayasan yatim piatu, majelis taklim, klinik Islam, sekolah-sekolah Islam, menjadi orangtua asuh dan lain-lain dalam rumusan ”fastabiqul khairat”.
Di sinilah orang-orang Muslim yang kaya, para pengusaha dan ekskutif diajak oleh Allah swt untuk berkiprah.

Sebagai orang-orang yang sibuk dalam bisnis, mereka mungkin tak punya cukup waktu untuk mengerjakan amal ibadah sunnat.
Namun dengan harta yang mereka miliki yang pada hakikatnya merupakan titipan Allah, mereka berkesempatan memasuki syurga dari pintu yang lain.

Dewasa ini kita membutuhkan para muslim kaya yang dermawan dan senang berzakat, berinfak dan bersedekah.
Begitu banyak kegiatan pembangunan Islam yang mendambakan uluran tangan mereka.

Untuk para dermawan yang tulus, Nabi saw telah menjanjikan kebaikan yang akan mengalir selamanya.
...”jika mati seorang anak Adam, maka putuslah amalnya kecuali ada tiga hal ; - sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang selalu mendoakannya”...

..... ”wallahu a’lam”.....

isilah iman di dada
pengetahuan di kepala
kaki dan tangan dengan etika




semoga 12 bulan
penuh keimanan, 52 minggu
penuh ketakwaan, 365 hari dengan
ibadah, 8.760 jam penuh keihsanan
dan 525.600 menit
penuh dengan
keikhlasan


b. Mardhatillah

katakanlah !, sesungguhnya
AKU hendak memperingatkan kepadamu
suatu hal saja yaitu supaya kamu
menghadap Allah dengan
ikhlas, berdua-dua
atau
sendiri-sendiri
kemudian kamu pikirkan
(tentang Muhammad) tidak
ada penyakit gila sedikitpun pada
kawanmu itu. Dia tidak lain
hanyalah pemberi
peringatan
bagi
kamu sebelum
(mendapat) azab
yang keras
(QS. 34 : 46)


Firman Allah tersebut di atas memberi hikmah kepada kita bahwa segala perhitungan dalam kehidupan kita semata-mata hanya untuk mendapat ”mardhatillah” atau keridhaan Allah.

Dengan cara berpikir seperti itu kita akan terhindar dari prilaku yang hampa dan kosong yang tak memberi kejelasan untuk apa hidup di dunia ini.

Memperbaiki prilaku memang harus dimulai dengan cara berpikir, membangun persepsi dan konsepsi hidup dan kehidupan.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as ketika ia mencari Tuhannya.
Namun ketika kita sudah menemukan persepsi dan konsepsi tentang tujuan hidup, semuanya harus kita pasrahkan hanya untuk Allah Sang Khaliqul Alam.

Seorang ahli sufi al-Junaid dalam kitab al-Hikam mengatakan ;

bahwa ’mardhatillah’
harus melalui beberapa tahap
yaitu harus mengenal Allah
dengan makrifah
yang dalam
sehingga
tak
ada jarak
(hijab) dengan
Allah subhanahu wata’ala.


Kemudian berakhlak ’mahmudah’, etika yang luhur, menjaga hawa nafsu sesuai dengan jalan dan pandangan serta hukum yang disyariatkan.

terakhir
ia harus merasa
tiada memiliki apapun
dan juga merasa tidak dimiliki oleh
siapapun kecuali Allah swt.


Berprilaku seperti tersebut di atas umumnya dimiliki oleh orang-orang Sufi.


mereka mendidik hati
dengan mengenal secara dekat
eksistensi Allah dengan penuh lapang
dada dan bersih hati yang akan memantulkan
budi pekerti yang luhur
dan pesona
kasih
sayang terhadap
semua makhluk di dunia.


Seorang Sufi lain, Abuhasan Asy-Syadzily mengatakan ;


aku dipesan guruku
jangan melangkahkan kaki
kecuali untuk mencari keridhaan
Allah dan jangan duduk di suatu tempat
kecuali tempat itu aman dari
murka Allah
jangan
bersahabat
kecuali kepada orang
yang membantu berbuat taat
kepada Allah dan
jangan
memilih sahabat
karib kecuali ia menambahkan
keyakinanmu kepada
Allah


Orang berprilaku sufi bukan berarti ia menjauhi untuk mencari kehidupan dunia. Ia tetap wajib mencari kehidupan harta dan rezeki Allah tetapi semua itu sebagai sarana ibadah kepada Allah.
Rasul saw menganjurkan agar jangan berlebih-lebihan mencintai harta, beliau bersabda ;
cinta pada harta itu
bisa menjadi bibit atau
sumber segala dosa atau kejahatan

Orang boleh kaya di dunia ini, tapi Nabi saw mengingatkan jangan sampai mencintai dunia secara tidak proporsional.

Nabi Sulaiman as adalah sebuah cermin ia orang yang kaya-raya di zamannya, tetapi tidak menjadikan kekayaan itu sebagai pujaan.
Justru ia menjadikan harta kekayaan itu sebagai sarana menunjang ibadah kepada Allah swt.


2
BUNGA-BUNGA
TAQWA


Salah satu tujuan utama manusia ’muttaqin’ ialah ingin mewujudkan cita-cita ”mardhatillah” yang tawajjuh dengan Allah swt, untuk mencapai nilai tersebut, maka mereka milih ;

lahan iman
dan menyiapkan
bibit islam kemudian
memupuk dengan ihsan
disiram dengan air ikhlas
yang akan melahirkan kuntum
bunga-bunga mahabbah
menyebarkan
semerbak
wangi
kalimah-kalimah thayyibah
dalam relungan
dan simpai
huda
Allah swt


Demikian usaha dan ihktiar mereka, memilih dan memelihara kemudian terus berusaha memupuk pribadi dengan amal shaleh terus berpacu meninggalkan amal thaleh (thaleh antonim shaleh) berusaha mengetuk pintu-pintu taubat, mendekati halaman ”mahabbah nur asyiqin” dalam pelukan kerinduan yang mendalam.

a. IMAN –MUKMIN

Iman adalah suatu aplikasi barometer seseorang tentang keyakinan terhadap al-Khaliqul Alam dan mereka dinamakan ”mukmin”.

Untuk mengetahui eksistensi iman ini kita mengenal klassifikasi iman ;
- selalu bertambah – selalu tetap dan – selalu berkurang. -

Untuk itu diperlukan kualitas iman seseorang yang tentu saja diharapkan selalu bertambah.
Maka dengan demikian mereka akan meraih titel ”khaira ummah” (menjadi umat yang terbaik). ...... QS. 3 : 110 ......

Dengan kualitas iman tersebut melahirkan kesadaran untuk hidup dengan islam secara total dan universal. (QS. 2 : 208).

karena memang menerima
islam sebagai suatu
sistem hidup
yang
komprehensif
dituntut oleh al-Qur’an


Kita tidak diperkenankan menerima sebagian dan menolak sebagian lain dari keseluruhan ajaran islam. (QS. 2 : 85).

iman yang melahirkan
sosok mukmin itu
mengantarkan
kita
kepada
SAMI’NA WA ATHA’NA
(kami mendengar & kami tunduk)
terhadap ketentuan Allah swt
(QS. 24 : 51)
maka dengan
demikian akan melahirkan
rahmat bagi kehidupan
(QS. 21 : 107)


b. Islam – Muslim

Islam dengan agama ”tauhid”nya memberikan konsep ideologinya tentang kepatuhan dan ketaatannya sehingga menjadi muslim dengan landasan ketakwaan.

Allah berfirman ;

hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah dan janganlah
kamu mati, kecuali dalam
keadaan muslim
(QS. 3 : 102)


Demikian penegasan Allah agar setiap orang yang beriman benar-benar eksis terhadap keislamannya, sehingga memancarkan ”huda” dalam kepatuhan yang selalu taat terhadap perintah dan larangan-Nya.

bukankah hukum
dan tatanan permainan
diatur oleh Islam yang melahirkan
sosok muslim dengan ikrar dua kalimah
syahadatnya, dengan ketaatannya shalatnya
dengan membayar zakatnya
menahan diri dengan
puasanya
menyaksikan keagungan
lewat menasik hajinya sebagai
rutinitas sakral atau sebagai ketaatan
dan kepatuhan kita kepada-Nya


Menurut Islam, kata DR.Yusuf al-Qaradhawi dalam ”ar-Rasul wal – ilm” dunia keilmuan bukan sekadar seseorang mengisi kepalanya dengan pengetahuan, tapi sekaligus penyandangnya dituntut memiliki kepribadian yang sesuai dengan ilmunya itu.

Dengan begitu ia dapat membedakan antara yang hak dan yang bathil menuju ”shiratalmustaqim” jalan lurus yang dilalui orang-orang yang dianugrahkan nikmat oleh Allah.
(QS. 1 : 7)

didirikan islam itu
atas 5 (lima) dasar yaitu
’persaksian tidak ada Tuhan selain
Allah’ dan Muhammad adalah Rasul Allah
Mendirikan shalat, mengeluarkan
Zakat, berpuasa Ramadhan
dan menunaikan ibadah
H a j i
(HR. Bukhari-Muslim)




c. Ihsan – Muhsin

Ihsan secara maknawi berarti ”berbuat baik”, baik terhadap Khaliq maupun makhluk.

Apabila sifat ihsan sudah menjadi kebiasaan dari setiap insan, apapun amaliah dan tuntutan ia selalu sadar, karena ia yakin seluruh aktivitasnya selalu diawasi dengan ”remote control” nurani yang langsung mendapat pengawasan dari Allah swt.

demikian yang disebutkan Rasul saw
tatkala menjawab sebuah
pertanyaan yang
diajukan
oleh
seseorang yang
berpakaian serba putih
(malaikat Jibril) coba terangkan
tentang ”ihsan” kepadaku ?
Nabi saw menjawab
ihsan adalah
engkau
menyembah Allah
seolah-olah engkau melihat-Nya
dan jika engkau tidak
melihatnya
maka
sesungguhnya Dia Melihatmu
(HR. Bukhari – Muslim)



Demikian gambaran Rasul saw tentang ”ihsan” suatu upaya untuk mengisi kebaikan di setiap dimensi ruang dan waktu.
Sehingga seorang hamba termotivasi untuk selalu berbuat kebajikan, baik terhadap dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, agama, nusa dan bangsa- karena waskat langsung dari Allah swt.

dan berbuatlah ihsan
sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat ihsan
(QS. 2 : 195)



d. Ikhlas – Mukhlis

...” Allah tidak menghargai agama
kalau tidak diamalkan
dan tidak menerima
suatu amal
apabila
tidak
ikhlas melaksanakan”...
( hukama)


alangkah indahnya bila
wajahmu tetap manis walau
problematik kehidupan terasa penuh
getiran – kepahitan


alangkah mulianya
bila hatimu penuh keikhlasan
walau di sekitarmu penuh gemerlapan
kebencian dan kemarahan
(syair Arab)


Ikhlas, berarti suci yakni sesuatu yang kita kerjakan baik ibadah maupun muamalah selalu dilandasi dengan nawa (niat) yang suci hanya karena Allah semata.

Ikhlas, juga berarti tulus, baik terhadap sesama maupun al-Khaliq sebagai manifestasi imany seseorang yang merupakan bimbingan moral dalam setiap aktivitas dan tindakan.


orang yang ikhlas
seperti diuraikan di atas
dinamakan ”mukhlis” yakni orang
yang senantiasa mengharapkan
”mardhatillah” (keridhaan Allah)
dalam beramal tanpa
mengharap
balasan
dan
pujian orang lain
apalagi ”riya’” (unjuk pamer)
ujub (takjub) dan
takabbur (sombong)


Untuk menghindarkan sifat-sifat tersebut diperlukan langkah-langkah antara lain ;

- ’nawa’ (niat yang tulus hanya karena Allah, karena Rasul saw mengingatkan ”setiap amal tergantung dengan landasan niatnya”.-

- ’tawaddhu’ (pengendalian diri) yang terkontrol rapi, suatu sikap stabilitas mental yang sangat positif dalam dinamisitas amaliah yang hanya untuk Allah.-

- ’thabi’iyah’ (pembiasaan) yang memerlukan latihan kontinyu dalam rangka memupuk kebiasaan dalam memaksa pribadi untuk mendekati maqam Khaliq al-Wahidul Qahhar.-

- ’masyiah’ (mempunyai kemauan keras) dalam konstruktivitas amaliah sebagai motivasi, memupuk jiwa mengharap huda dan maghfirah-Nya.-

- ’raja’ dan khauf’ (mengharap yang penuh cemas), untuk menciptakan ’lathifulqalbiyah’ (kelembutan hati) hanya kepada Allah swt semata.

Allah berfirman ;

...”katakanlah, sesungguhnya
shalatku, ibadahku
hidup & matiku
hanya
karena Allah semata
Tuhan Alam Semesta’...
(QS. 6 : 162)



e. Taqwa – Muttaqin

Kata ’taqwa’ mengandung pengertian yang berbeda-beda di kalangan ulama, namun semuanya bermuara pada satu pengertian yakni seorang hamba melindungi dirinya dari kemurkaan Allah swt dengan melaksanakan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang-Nya.

Allah berfirman ;

...”hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah
setiap diri
memperhatikan
yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat)
dan bertakwalah
kepada Allah
sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”...
(QS. 59 : 18)
ketakwaan seorang
hamba kepada Rabbnya
adalah dia senantiasa melindungi
dirinya dari hal-hal yang dia takuti
yang datang dari Allah yaitu
dengan melakukan
ketaatan
kepada-Nya dan
menjauhi kemaksiatan-Nya.


Al-Hafidz Ibnu Rajab berkata ;

’asal takwa’ adalah
seorang hamba membuat
pelindung yang melindungi dirinya
dari hal-hal yang ditakuti
Aku-lah yang patut ditakuti
maka barangsiapa yang takut kepada-Ku
dan tidak menjadikan ILAH selain Aku
(untuk ditakutinya), maka Aku-pun
patut memberikan ampun baginya
(HR.Ahmad)


Ibnu Qayyim berkata ;

hakikat takwa adalah
mentaati Allah
atas dasar
iman
dan
ihtisab
terhadap hal
yang diperintah atau
yang dilarang-Nya.
...”dan hanya kepada-Ku-lah
kamu harus bertakwa”...
(QS. 2 : 41)
...”dan peliharalah
(jagalah) dirimu dari
(azab yang terjadi pada)
hari ketika itu kamu semua
dikembalikan kepada Allah”...
(QS. 2 : 281)


Kedua :
Taat dan beribadah.

Allah berfirman ;

...”hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada
Allah dengan
sebenar-benar
takwa kepada-Nya”...
(QS. 3 : 102)


Mujahid berkata ;

Takwa kepada Allah artinya ; Allah harus ditaati dan pantang dimaksiati, selalu diingat dan tidak dilupakan, diyakini dan tidak dikufuri.

Ketiga :
Membersihkan hati dari noda dan dosa.

Allah berfirman ;

...”dan barangsiapa yang
mentaati Allah
dan
Rasul-Nya dan takut
kepada Allah dan bertakwa
kepada-Nya (membersihkan hati
dan dosa) maka itulah
orang-orang
yang
beruntung”...
(QS. 24 : 5)


Para Mufassir menginterpretasikan makna takwa sebagai berikut ;

1. Memelihara dan menjaga dari syirik
2. Memelihara dan menjaga dari bid’ah
3. Memelihara dan menjaga dari maksiat.

maka takwa yang hakiki
adalah upaya seseorang hamba
dengan sungguh-sungguh untuk meninggalkan
dosa secara menyeluruh dengan usaha
m a k s i m a l i s.


Allah berfirman ;

...”maka bertakwalah kamu
kepada Allah menurut kesanggupanmu”...
(QS. 64 : 16)


Nabi saw bersabda ;

...”bertakwalah kepada Allah dimana saja
kamu berada, barengilah
perbuatan jelek
dengan
kebaikan agar
dapat menghapusnya
berprilakulah kepada sesama
manusia dengan akhlak
yang terpuji”...
(HR. Tarmidzi)


Secara komulatif makna takwa mempunyai makna sebagai berikut ;

a. Takwa adalah sebaik-baik bekal ;

Allah berfirman ;

...” berbekallah, sesungguhnya
sebaik-baik bekal
adalah takwa
dan
bertakwalah
kepada-Ku, hai orang-
orang yang berakal”.....
(QS. 2 : 197)


Ibnu Katsir menerangkan dalam tafsirnya tentang ayat ini ;

sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah ’takwa’ menunjukkan
bahwa tatkala
Allah swt
memerintahkan
kepada hambanya untuk
mengambil bekal dunia maka Allah
menunjuki kepadanya tentang bekal
menuju akhirat (yaitu takwa)
dengan demikian
takwa
adalah teman
terbaik bepergian
menuju akhirat
subhanallah


b. Takwa adalah sebaik-baik pakaian :

Allah berfirman ;

hai anak Adam, sesungguhnya
Kami telah menurunkan
kepadamu
pakaian
untuk menutupi
auratmu dan pakaian
indah untuk perhiasan dan
pakaian takwa itulah
yang terbaik
(QS. 7 : 26)


Imam al-Qurthubi menjelaskan, bahwa takwa adalah sebaik-baik pakaian disebutkan oleh Abul Atakiyah dalam syairnya ;

jika seseorang tidak berpakaian
dengan pakaian takwa sama
halnya dengan tidak
berpakaian
sekalipun pada
lahirnya ia berpakaian


Menurut Qasim bin Malik, maksud pakaian takwa adalah ’al-haya’ (malu).

Sedangkan Ibnu Abbas berpendapat bahwa pakaian takwa adalah amal saleh, wajah yang simpatik dan bisa juga bermakna segala sesuatu yang Allah ajarkan dan tunjukkan.
wallahu a’lam


kebahagiaan
adalah cita-cita setiap insan
maka bunga-bunga takwa
adalah jalan menuju
k e s a n a




3
WASIAT RASUL SAW


Diriwayatkan dari Irbadh bin Sariyah bahwa Rasul saw shalat subuh bersama kami, kemudian memberi nasehat yang cukup baik dan menyentuh hati para pendengarnya.
Lalu salah seorang sahabat berkata ; ya Rasul, apakah ini seperti nasehat terakhir layaknya ? Oleh sebab itu ya Rasul, nasehatilah kami, Rasul bersabda ;

...”aku wasiatkan kepadamu,
agar kamu bertakwa
kepada
Allah
mendengar
dan mentaati
sekalipun kepada
seorang hamba sahaya
keturunan Habsyi. Maka
sesungguhnya barangsiapa
diantara kamu masih hidup
(pada saat itu) maka ia akan
menyaksikan banyak perbedaan
pendapat. Oleh karena itu hendaklah
kamu mengikuti sunnahku dan
sunnah Khulafaurrasyidin
(yang mendapat petunjuk)
gigitlah kuat-kuat
dengan gigi
gerahammu
(peganglah sunnah ini erat-erat)
dan waspadalah kamu
terhadap bid’ah
(hal yang-
diada-adakan)
karena setiap bid’ah
itu adalah sesat”...
(HR. Ahmad).


bertakwalah kepada Allah
dimana saja kamu
berada
barengilah
perbuatan jelek
itu dengan kebaikan
agar dapat menghapusnya
berprilakulah kepada sesama
manusia dengan akhlak
yang terpuji
(HR. Tarmidzi).


...” aku wasiatkan
kepadamu agar bertakwa
kepada Allah dan mengucapkan
takbir (allahu akbar)
atas setiap
kemuliaan”...
(HR. Ahmad)



SENARAI RUJUKAN

1. AL-Qur’anul Karim ;
-Terjemahan Departemen Agama RI
-Tafsir Ibnu Katsir

2. Asmawi, H.M.E
- Islamika / 1996
- Daun Makrifat / 1997

3. Syekh Ahmad Farid
- at-Taqwa, al-Ghayatul Mansyudah
wadduratul mafqudah/Darul Iman
Iskandariyah

4. Asy-Syarqawi, Hasan, DR
- Manhaj Ilmiah Islamy / 1994

5. Nawawi
- al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab
Darul Fikri.

6. Effendy Asmawi Alhajj
- Cinta (dalam perspektif Tasauf)

7. Muhammad Qutb
- Manhajuttarbiyah al-Islamiyah
Darus Syuruq-Cet.8-1408 H


SEKILAS PENULIS

Effendy Asmawi Alhajj

Dilahirkan di Jantur Kutai Kartanegara, 24 November 1964 anak ke-4 dari 9 bersaudara pasangan Bapak Asmawi dan Ibu Khamsiyah ini, mempunyai hobby membaca kemudian memproduksikan kembali dalam tulisan.---------
BUNGA-BUNGA TAQWA ini memberikan gambaran bahwa kebahagiaan adalah cita-cita setiap insan. -------------------------------------
andaikan
penduduk bumi ini
merasakan sedikit saja dari
apa yang diperoleh orang bertakwa
pastilah mereka
gigit jari

Maka bunga-bunga taqwa memberikan kreasi tentang konstruktivitas kehidupan, baik dalam melaksanakan ibadah maupun muamalah, bunga itu mekar, menebar harum semerbak wangi menuju muslih kehidupan – insan muttaqin dengan memupuk ihsan yang disiram dengan air ikhlas menumbuhkan kuntum bunga-bunga mahabbah dalam rangkaian kalimah thayyibah, SUBHANALLAH.---------------------------------



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guest Book