Effendy Asmawi Alhajj

Kamis, 22 Maret 2012

TUHAN! MAAFKAN AKU TERLALU SIBUK







TUHAN !
MAAFKAN AKU
TERLALU SIBUK



(RENUNGAN SUFISTIK SEORANG GURU)





EFFENDY ASMAWI ALHAJJ





bismillahirrahmanirrahim






Tuhan ! Maafkan Aku Terlalu Sibuk
( RENUNGAN SUFISTIK SEORANG GURU)
oleh : Effendy Asmawi Alhajj



Desain Sampul           : EA’s Computer
Lay Out                      : Mutiara Offset



Hak cipta dilindungi undang-undang
All right reserved
@ 2010  EA
http ://www.hmeasmawi.com



Cetakan I,  September 2010 / Sya’ban 1431


Diterbitkan oleh :
Yayasan Paramakkiya  Kota Batam
PO. Box 1002/BTAMN-Batam 29444
Telp. 0778 – 9172411 HP. 081270030911
Fax, 0778 – 451547












al-ihda


Buat
Sahabatku Para Guru
dimanapun berada


























JADILAH
GURU KEHIDUPAN















Renungan


GURU,
kau simpai makna kehidupan ;
--- dalam kerendahan hati ada ketinggian budi,
--- dalam kemiskinan harta ada kekayaan jiwa,
--- dalam kesempitan hidup ada keluasan ilmu,
hidup ini indah jika Allah selalu di hati. ---------

Nasehat Seorang Guru !
rekreasi terbesar adalah bekerja,
misteri terbesar adalah kematian
kehormatan terbesar adalah kesetiaan
karunia terbesar adalah anak shaleh dan
sumbangan terbesar adalah berpartisipasi. -----

Guru kita mengajarkan ;
EDIT khilaf with muhasabah,
DELETE dosa INSERT  kebaikan
tekan ENTER pilih YES maka akan muncul
di komputer hatimu KAU MANUSIA PILIHAN









G.U.R.U.,
ibarat MENTARI yang sinarmu membuat hatiku sebening XL dan nge-FREN mengajarkan sifat yang FLEXI-bel kau mampu BEBAS-kan manusia dari tirani jahiliyah.
Kesabaran dan keteguhanmu menjadikan Tuhan berSIMPATI padamu, hingga kau dijadikan STAR ONE dan satu-satunya bulan yang mendapat acungan JEMPOL dari-Nya, semakin dekat denganmu, semakin banyak HOKI salah satunya adalah syurga yang kenikmatannya, IM3 (no limits). -----------------------------------------

Jika  hati sejernih air, jangan biarkan ia keruh,
jika hati seputih awan, jangan biarkan ia mendung, jika hati seindah bulan, hiasi ia dengan iman.
GURU PAHLAWAN INSAN CENDEKIA









Nasehat Guru !
harta yang paling menguntungkan adalah sabar,
teman yang paling waspada adalah diam,
bahasa yang paling manis adalah senyum
dan ibadah yang paling indah adalah ikhlas. -----

Peringatan Guru !
dosa dapat menyebabkan kanker hati,
serangan gelisah, impotensi iman, gangguan
keamanan  segala zaman.
Oleh sebab itu tebarkan KEBAJIKAN



















































AWAL KALAM

Alhamdulillah, tulisan ini dapat diselesaikan walaupun suasana terlampau lelah banyaknya aktivitas dan itupun merupakan kebanggaan, bukankah lebih baik lelah banyak aktivitas daripada lelah tanpa aktivitas.

Tulisan ini merupakan rasa ta’dzim melihat Guru yang luar biasa, beraktivitas menghantarkan anak didik di halte pendidikan berikutnya.
Tulisan ini amat sederhana, tapi mudah-mudahan dapat memberikan motivasi kepada kita para GURU dalam simpai sufistik demi perbaikan kehidupan dalam menggapai nilai-nilai insaniyah di masa yang akan datang..

Semoga bermanfaat, amin.
                                    Batam,   September 2010
                                                   Syawal 1431
                                    Penulis,

                                    Effendy Asmawi Alhajj










































RENUNGAN SUFISTIK
SEORANG GURU


Akar kefakiran dicampur dengan akar kerendahan hati, masukkan ke dalam keranjang taubat ditumbuk
dalam lesung ridha
dihaluskan
dengan
rautan kepuasan hati
masukkan ke dalam kendi takwa
hangatkan dengan api cinta
diberi sedikit
air malu
tuangkan dalam
bejana syukur
dinginkan
dengan angin harapan
lalu minum dengan
sendok pujian
a.l.h.a.m.d.u.l.i.l.l.a.h
















































SERINGKALI ;
kita yang memiliki
orang lain yang memanfaatkan






















































DAFTAR  ISI
                                                            halaman

Al-Ihda                                                           5

Renungan                                                        7

Awal Kalam                                                    11

Renungan Sufistik Seorang Guru                   13

Munajat Guru                                                  19
  1. Iftitah                                                  25
  2. Ketika (DIA) memakai kacamata
hitam                                                  29
  1. Tuhan, maafkan Aku                          36
(renungan sufistik)

Memo                                                              47






















































MUNAJAT  SEORANG GURU











































MUNAJAT SEORANG GURU

Ya Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam,
kami  diberi kesempatan merenung
arti kehidupan dan kami
merasa  mengaku beriman

inilah insan,  manusia dunia
sadar sejenak kemudian lupa
masih bangga berbuat dosa
bahkan sambil tertawa

ILAHANA, Tuhan Alam Semesta
jauhkan itu dari kami semua
kami ingin Engkau bersama
walaupun kami masih terbata
ya muqallibal qulub
tsabbit qalbi ala dinika wa ’ala tha’atika
ilahi anta maqshudi, waridhaka mathlubi

ya Rahman
kami ingin mencapai puncak keimanan
bertafakkur-syukur yang Engkau janjikan
itulah dambaan

namun kami terasa malu
bahkan kadang tak tentu
banyak lupa pula  mengingat-Mu
Engkau-lah yang Maha Tahu

pantaslah ujian dan bencana silih berganti
sebagai peringatan tapi kami tak peduli
sedikit sekali yang mengerti
namun itupun masih sirri.

bahkan kami percaya dukun dan paranormal
walaupun kadang tidak masuk akal
jin dijadikan pengawal
tapi itu masih dianggap tawakkal ?

subhanallah
tawakkaltu alallah
laahaula walaaquwata illa billah

ada guru yang berlagak dukun
ada dukun yang berlagak guru

ada pelacur yang berlagak guru
ada guru yang berlagak pelacur

ada guru jadi politisi
politisi jadi guru


inilah guru,  manusia dunia
sadar sejenak kemudian lupa
masih bangga berbuat dosa
bahkan sambil tertawa

astaghfirullahal azdim
alladzi laailahailla huwal hayyul qayyum
wa atubu ilaih.-------------------------------------



ya Allah, ya  Adzim
ya Wasialmaghfirah, anta Rabbuna,
rabbul Arsyistawa,
kami sadar, banyak yang kami kerjakan
melanggar aturan

kami berharap ya Rabb
tuntunlah kami menjadi guru sejati
guru kehidupan
dan itulah dambaan

walhamdulillahi rabbil alamien.





































1.
IFTITAH







































  1. Iftitah



GURU
adalah mereka yang berjuang
mengkader manusia
menjadi
manusiawi
yang cerdas, trampil
dan beradab yang langka
dikenang oleh setiap orang

terpujilah
wahai engkau
ibu- bapak Guru
namamu akan selalu
hidup dalam sanubariku

inilah untaian bait lagu hymne guru
sebagai ekspresi rasa
hormat kita kepadanya



kadang aku bermimpi
bahkan mengigau
ingin menjadikan
guru
yang dirindu
di nusantara bunda pertiwi

apalagi kalau melihat
di hinterland
gairah
pembelajaran
seperti
membangunkan
raksasa tidur
yang masih mendengkur


Guru ibarat orang yang mencari ”puncak-puncak gunung” kehidupan.

Berbagai pengetahuan, sarana, teknologi, ketrampilan sumber daya, dikerahkan untuk mencapai puncak-puncak tersebut.
Sayangnya yang banyak terjadi adalah hasil-hasil atau capaian yang jauh dari sempurna. Bahkan yang sering terjadi, ketika menjelang


ujung-ujung pencarian dan pendakian yang dialami adalah sebuah kondisi yang disebut ”mati dalam hidup”.

Kondisi ini bisa terjadi bukan saja para guru bahkan semua lapisan masyarakat. Kita lupa yang dibutuhkan adalah sebuah kondisi ”hidup dalam hidup” atau ”hidup yang penuh”.

Untuk mencapai kondisi ini, kita sudah mempunyai bekal yang inheren dan built in sejak kelahiran kita, yaitu ”hati nurani”

Membangunkan hati nurani, itulah kunci pokoknya. Kita sering melupakan dan menganggap enteng hati nurani.
Padahal inilah ”modal kehidupan” yang luar biasa. Ketika hati nurani kita terbangun, ”keajaiban-keajaiban hidup” menjadi sesuatu yang biasa anda alami.
Puncak gung kehidupan itu ada di depan mata kita dan jika kita mencapainya dengan hati nurani yang terbangun, kita akan sampai di sana dalam kondisi ”hidup” bukan dalam kondisi ”mati” dan itu adalah tugasmu Guru dalam membangunkannya.










2.
KETIKA (DIA) MEMAKAI
KACAMATA HITAM













































2. Ketika (DIA) Memakai Kacamata Hitam


Kita sering memakai ukuran-ukuran
manusia lalu menerapkannya
pada Tuhan.
Jika kita merasa
berhasil di
hadapan manusia
kita merasa demikian juga
di hadapan-Nya. Ukuran-ukuran
di dunia ini tak selalu
sama dengan ukuran yang di
pakai-Nya. Yang bagi kita besar
bagi-Nya kecil.
Bagi kita tinggi,
bagi-Nya rendah dan seterusnya
Ini perlunya selalu
membersihkan bilik hati
untuk lebih mudah menyamakan
”ukuran” dengan-Nya.

Guru,
tugasmu membersihkan itu

*****



Saya percaya, tak sedikit dari kita tentu pernah menonton salah satu episode kisah konyol Mr. Bean.
Mr. Bean dalam cerita itu sedang berada di pantai untuk berenang. Pantai itu sesungguhnya sepi dan tokoh konyol itu ”cengengesan” sendirian, tampaknya dia senang tak ada orang lain lagi.

Namun sayang, beberapa meter dari tempatnya berdiri, ada seseorang sedang asyik berjemur, menikmati siraman sinar matahari. Untuk melindungi matanya, orang itu memakai semacam ”sun-glasses”.

Rupanya Mr. Bean dibalik semua kekonyolannya itu masih menyimpan sedikit rasa malu. Dia tidak begitu saja melepas celana panjangnya (atau mungkin dia tidak memakai celana dalam, tak jelas dalam episode itu).
Tapi dengan kekonyolannya yang ”jenius” tanpa melepas dulu celana panjangnya, dia memasukkan celana renangnya lalu dengan setengah mati-celana panjangnya dia lepaskan di sela-sela celana renang.
Adegan ini mungkin perlu dimajinasikan lagi untuk menambah kenikmatan menonton Mr. Bean.
Meski cuma cerita rekaan, kombinasi antara mimik konyol Mr.Bean plus upaya kerasnya yang akhirnya berhasil adalah sesuatu yang menyegarkan jiwa kita. Mesti sederhana ini juga refleksi dari misteri penyelenggaraan Ilahi dalam kehidupan nyata.

Sering Tuhan menyelipkan keindahan dalam sesuatu yang tampak konyol dan menyebalkan juga acapkali Tuhan menyelipkan tawa di balik kesedihan.

Setelah berhasil, kembali Mr. Bean cengengesan gembira, merasa menang, lalu menghampiri orang yang sedang berjemur itu. Anehnya, orang itu diam saja, Mr. Bean penasaran dan iseng dia lambaikan tangan di depan orang itu, masih tak bergeming.
Mr. Bean makin bingung dan mencak-mencak sendiri, sebab akhirnya dia tahu orang tersebut ternyata buta karenanya ia memakai kacamata hitam-pekat, berjalan tertatih-tatih dengan tongkat penunjuknya. Mr. Bean kecewa berat, semua usaha dan niat pamernya jadi sia-sia belaka.
Saya sendiri, sebagai penonton terpesona oleh ulah Mr. Bean itu. Tapi, orang berkacamata hitam-pekat itu ternyata tak pernah terpesona oleh Mr.Bean.
Episode itu tak pernah saya lupakan hingga hari ini. Hati saya menangkap pesan dari langit melalui kisah itu dan jika kesempatan memungkinkan, saya selalu membaginya kepada siapa saja.
Jika kita merenungkan kehidupan kesaharian, kita juga akan tertawa konyol, mengingat bahwa kita juga sering konyol dan menjadi Mr. Bean.

Kita sering bertingkah-polah, berusaha punya niat kuat yang semuanya jarang atau bahkan mungkin belum pernah mempesonakan Tuhan-(Sang Penonton).
Kita sering berjuang habis-habisan, at all cost-mempertaruhkan segalanya demi sebuah keinginan atau mungkin nafsu yang mungkin berupa kesuksesan, keberhasilan, kemenangan-yang pada momentum akhirnya, menjadi sia-sia. Kenapa ?
Sang Maha Penonton (Tuhan) belum tentu terpesona dengan semua ”ulah” kita, ini jika kita mau jujur (pernahkah kita merenungkan hal tersebut ?).
Kita selayaknya segera belajar dan mengambil hikmah dari Mr. Bean agar bagaimana membuat Sang Maha Penonton (Tuhan) selalu terpesona kepada kita, walaupun manusia lain tidak terpesona atau dalam bahasa lain DIA tak sempat memakai kacamata hitam-Nya sewaktu melihat kita.

DIA berbicara pada hati nurani kita melalui suara hati-nurani kita, bisa melalui apa saja.
Tapi yang terpenting, membuat manusia lain terpesona dengan diri kita itu tak apa dan tak selalu sulit kita lakukan, akan tetapi membuat DIA terpesona kepada kita, apalagi setiap saat- itu sungguh persoalan luar biasa ! SUBHANALLAH,
         ILAHI ANTA RABBI
                     WA-ANA ABDUK.


















3.
TUHAN, MAAFKAN AKU
TERLALU  SIBUK

(renungan SUFISTIK seorang GURU)








































  1. Tuhan ! Maafkan Aku, Terlalu Sibuk
(RENUNGAN SUFISTIK SEORANG GURU)

…Setiap kali kita berhadapan dengan-Nya, sesungguhnya hanya ada satu pertanyaan dasar. “Siapakah yang kita dahulukan “kita atau “DIA” ? Ini berarti, kita melepaskan semuanya – mengosongkan semuanya-bagi DIA lebih dulu. Ini bisa terjadi, jika kita sudah bisa diam di hadapan-NYA dan tidak sibuk dengan diri kita sendiri.
------ oleh sebab itu, Tuhan ! Maafkan aku, terlalu sibuk !......
*****

Kalau mau Jujur
kita lebih patuh dan taat
pada manusia ketimbang kepada-NYA
kita lebih sigap
dan tergopoh-gopoh
menghadap ketika dipanggil Bos
dibanding ketika DIA yang memanggilnya
bahkan, kita Siap menjalankan
sebuah perintah Bos
meski salah
dan
kadang “gila”
sementara berbagai
perintah-NYA
yang mutlak benar
tak selalu kita laksanakan
Tuhan
maafkan aku
terlau sibuk dengan
urusanku
dan
sedikit
lupa dengan
urusan-MU

astaghfirullahal-adzim
masya Allah
lahaula
walaquwata
illabillahil-aliyil adzim


*****




Jika kita mampu membina relasi yang benar dengan diri kita sendiri, sesungguhnya
kita telah mampu
membina relasi
yang
benar dengan-NYA.
izinkan saya
mengingatkan lagi
hanya Tuhan yang bisa
masuk ke bilik hati (hati nurani) kita
untuk itu bilik hati
tersebut harus bersih dan suci
masalahnya, bilik hati kita itu sering
kotor dan ruwet
akibatnya, kita sendiri
tak mampu berhubungan secara
baik dengan diri kita sendiri. Bilik hati
itu menjadi bersih, ketika
kita sudah
bisa
berdamai dengan diri sendiri
mencintai diri sendiri
dengan wajar
dan setia
membahagiakan
diri sendiri dengan tulus
dan seterusnya

ketika semua itu
bisa dilakukan, berarti
kita sudah melakukannya pula
dengan DIA, saat itulah keindahan
dan keajaiban hidup seolah mengalir begitu saja dari dalam diri kita sendiri
Tuhan, maafkan aku
terlalu sibuk, belum sempat
membersihkan bilik hatiku sendiri
bantulah aku ntuk membersihkannya

*****


Cermin yang baik
adalah cermin yang mampu
dan berani memantulkan dua sisi
wajah kita, baik sisi wajah yang elok
maupun yang bopeng
biasanya, semakin tinggi
posisi dan besar kekuasaan
orang di sekitar kita lebih suka
memberikan cermin
yang hanya memantulkan
satu sisi wajah yang serba elok
tentang kita
sebagai manusia
terlepas segala predikat
kehidupan yang kita sandang
kita perlu cermin yang sempurna
siapapun kita
cermin
sempurna itu
tetap diperlukan
jika cermin
hanya memantulkan
wajah elok kita dan menyimpan
sisi bopengnya, itu bahaya
kita ibarat
menyimpan penyakit
tanpa diketahui dan akan
membuat kita
mati pelan-pelan
DIA
sesungguhnya
telah menyodorkan
cermin sempurna bagi kita
cermin itu tak pernah menipu
cermin itu ada di bilik hati
hati nurani kita
Tuhan
maafkan aku
terlalu sibuk untuk
bercermin sempurna
bahkan aku selalu tergesa-gesa
DASAR
dzaluman jahula
*****
Ibarat mobil
kehendak manusia adalah bensin
tanpa kehendak, kita akan jalan di tempat
atau bahkan berjalan
mundur tanpa
sadar
masalahnya, di zaman modern ini
sering terjadi, kehendak
manusia sangat besar
namun justru
kehidupan semakin tak
karuan dan tanpa arah, ternyata
ada tiga prinsip tentang kehendak
(1). Kita punya kehendak
namun dikuasai
dan dikendalikan oleh harapan kita sendiri
(2). Kita punya kehendak dan kehendak itu sudah biasa dikendalikan oleh
Harapan kita sendiri
(3).kita punya kehendak
dan kehendak itu
sudah takluk
serta dikendalikan
oleh harapan Tuhan
model (1) kita bisa berlari
kencang tapi sering menabrak gunung
model (2) kita sering berlari
lebih kencang namun
mencapai gunung
yang salah
model (3) kita lari
kadang lambat dan kadang
kencang, namun selalu sampai
di puncak gunung yang benar
Tuhan, maafkan aku
terlalu sibuk
kadang
aku
kencang berlari
tapi salah terus atau kadang
aku tak sanggup berlari
sehingga
tak pernah sampai
pada tujuan
yang
Engkau gariskan

walhamdulillahirabbil-alamin






































Tuhan !
Maafkan aku terlalu sibuk
adalah sebuah renungan sufistik seorang GURU yang ingin menjadikan pribadi
setiap guru
bukan saja sebagai GURU
pembelajaran
tapi
mengidolakan (semoga)
menjadi GURU kehidupan yang
 memakai cermin kehidupan dalam
memantulkan wajah
hanya kepada-NYA, Sang
Maha Cermin kehidupan yang selalu
memberikan isyarat
apabila kita  selalu menjaga
 kebersihan cermin di bilik nurani kita
masing-masing, semoga – amin –

demikian renungan sufistik
Effendy Asmawi Alhajj
Batam, subuh Jum’at
1 Syawal 1431 H / 10 September 2010


Memo :
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------








Memo :

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------







Memo :

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guest Book