Effendy Asmawi Alhajj

Kamis, 22 Maret 2012

ANTARA ISTIGHFAR DAN HAMDALAH







ANTARA
ISTIGHFAR
dan
HAMDALAH



EFFENDY ASMAWI ALHAJJ

bismillahirrahmanirrahim









Antara Istighfar & Hamdalah
oleh : Effendy Asmawi Alhajj



Desain Sampul           : EA’s Computer
Lay Out                      : Mutiara Offset



Hak cipta dilindungi undang-undang
All right reserved
@ 2011  EA
http ://www.effendyasmawi.com
e-mail  : alhajj@effendyasmawi.com



Cetakan I,  April 2011 / J. Awwal 1432


Diterbitkan oleh :
Yayasan Paramakkiya  Kota Batam
PO. Box 1002/BTAMN-Batam 29444
Telp. 0778 – 9172411 HP. 081270030911
Fax . 0778 – 451547












al-ihda


Buat
saudaraku se-iman
dan buat siapapun yang
memandang kebangkitan Islam
dengan keyakinan
bukan
dengan keputusasaan




























اهدناالصراط المستقيم
Ihdinas-shirathal mustaqim
(Tunjukilah kami di jalan yang lurus)










Renungan


Diamlah,
dengarkanlah pembicaraan jangan
dipotong, itulah tingginya
adab dan
kesopanan


*****


Amal kebaikan
secara diam-diam
lebih dapat menjaga keikhlasan hati

*******

maka
cermin kehidupan
akan memberikan isyarat
apa bila kita selalu
menjaga
kebersihan
cermin nurani kita




AWAL KALAM

Alhamdulillah, tulisan ini dapat juga diselesaikan kedati menyisihkan sedikit waktu di sela-sela kegiatan memberikan kegiatan pelatihan mulai Mataram, Melaka, Singapura, Lingga hingga kembali ke Batam.

Tulisan ini terinspirasi  dari peserta pelatihan tersebut, berbagai polah dan tingkah mereka, bukan saja dalam interaksi pembelajaran semata, tapi juga tentang kehidupan syumul  yang inheren.

Tulisan ini amat sederhana, tapi mudah-mudahan dapat memberikan motivasi kepada kita dalam simpai perbaikan kehidupan dalam menggapai nilai-nilai basyariah pada masa yang akan datang..

Semoga bermanfaat, amin.
                                    Batam,   April 2011
                                                   J. Awwal 1432
                                    Penulis,

                                    Effendy Asmawi Alhajj






































TAFAKKUR IFTITAH

AKU HARUS BAGAIMANA ?


Kau ini bagaimana?
kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir
aku harus bagaimana?


kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
kau ini bagaimana?

kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin plan
aku harus bagaimana?


aku kau suruh maju,

aku mau maju kau selimbung kakiku
kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu  aku
kau ini bagaimana?


kau suruh aku takwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
aku harus bagaimana?


aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
aku kau suruh berdisiplin,
 kau mencontohkan
yang lain
kau ini bagaimana?


kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
aku harus bagaimana?




aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya, kau ini bagaimana?


kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
aku harus bagaimana?


aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
aku kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap wallahu a’lam bissawab
kau ini bagaimana?


kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
aku harus bagaimana?


aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau bertindak sendiri semaumu
kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
kau ini bagaimana?


kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
aku harus bagaimana?


kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
kau ini bagaimana?


aku bilang terserah kau, kau tidak mau
aku bilang terserah kita, kau tak suka
aku bilang terserah aku, kau memakiku

kau ini bagaimana?
atau aku harus bagaimana?














DAFTAR  ISI
                                                            halaman

Al-Ihda                                                           5

Renungan                                                        7

Awal Kalam                                                    8

Tafakkur  Iftitah                                             10

  1. Antara Istighfar & Hamdalah             18                                                       
  2. Belajar Tawakkal dari Burung            28                                           
  3. Menyepi Sejenak                                 34

Senarai Rujukan                                              43                                                                                           


















































1. antara
Istighfar & hamdalah


































1. Antara, Istighfar & Hamdalah
Nilai-nilai kesetimbangan adalah nilai yang banyak diajarkan dalam Islam dan menjadi sebuah nilai yang mewarnai setiap nadi kehidupan. Bagaimanapun kesetimbangan merupakan pilihan terbaik dalam kehidupan. Keseimbangan yang dibangun sebagai contoh adalah, keseimbangan jasmani dan rokhani, fikir dan dzikir. bahkan dalam ibadahpun rasul mengajarkan, jangan terlalu sedikit, juga jangan terlalu banyak, yang sedang sedang saja yang sesuai kemampuan, asalkan istiqamah. Dan sesuatu yang setimbang memang dapat menjaga keistiqamahan.
Ketika saya mengikuti forum evaluasi, baik dalam evaluasi diri, maupun evaluasi organisasi, selalu saja yang terpikir pada kita adalah yang nampak dihadapan kita hanyalah kegagalan. Jika kita mengevaluasi diri yang nampak adalah kelemahan saja dan tak satupun catatan sukses yang masuk ke dalam history agenda-agenda kita.
Cobalah kita masuk evaluasi kepanitiaan, nanti yang akan muncul hanyalah keluhan, ketakbecusan, kekurangan dan sebagainya. Sementara itu yang tua-tua [supervisor] juga mengatakan hal senada. Semuanya bicara tentang kegagalan.
Pembicara datang telat, konsumsi tidak sesuai harapan, dana kurang, dsb. Dan tak satupun pujian yang diberikan kepada panitia yang telah bekerja keras memenuhi tuntutan target.
Lalu seharusnya bagaimana ?
Kita telah terbiasa untuk mengucapkan alhamdulilah pada saat saat kesuksesan dan mengucapkan astaghfirullah, ketika menjumpai nilai kesalahan. Tidakkah ini bisa kita gunakan sebagai landasan evaluasi. Kita mengucapkan astaghfirullah ketika ada kekurangan dalam kepanitian misalnya. Akan tetapi besarkan hatimu denagn mengingat kesuksesanmu, agar tak terjadi keputus asaan dan ucapkan, alhamdulillah.
bersyukurlah, apapun yang terjadi
dan  beristighfarlah setiap
kesalahan yang engkau
lakukan

Mencermati keberhasilan dalam sebuah kepanitiaan bagi saya sangat penting untuk kita ungkapkan, karena terkadang seseorang akan begitu bersemangat bekerja ketika ia melihat ada nilai keberhasilan dari apa yang dikerjakannya. Karenanya saya sering mengatakan bahwa apa yang kamu kerjakan ada gunanya ketika banyak orang mengatakan kamu gagal. karena sebenarnya saya hanya ingin membangun keeimbangan. Berkata kamu gagal seringkali hanya akan mematikan motivasi dan berkata kamu berhasil dalam segala hal akan sering menyebabkan kesombongan yang membuat seseorang terbuai dalam kelalaian. Karenanya menyeimbangkan antara alhamdulillah dan astaghfirullah dalam sebuah evaluasi kerja menjadi sesuatu yang dibutuhkan.
Inilah realita kita, kadang di jalan raya saja tatkala kita naik kendaraan kita akan melihat berbagai polah dan sikap masyarakat kita kalau tidak dibarengi istighfar, maka kita akan selalu memaki. Di sinilah aura hamdalah akan bersinar laksana bintang di malam yang terang


Jadi yang mana kuat, istighfar ? atau caci maki atau hamdalah dan atau kesombongan diri ?


Tugas  yang pertama dan utama
dari setiap kita ialah
BERSYUKUR




dengan hasrat
yang membara dan sepenuh jiwa
kita ber-ISTIGHFAR
kepada-NYA




BUAT SIAPAPUN
YANG MEMANDANG KEBANGKITAN ISLAM DENGAN KEYAKINAN
BUKAN  DENGAN
KEPUTUS
ASAAN


























































































2.
BELAJAR TAWAKKAL
DARI BURUNG












































2. Belajar Tawakkal dari Burung

...”antara istighfar dan hamdalah, akan melahirkan tawakkal dan dengan tawakkal melahirkan ihsan dan dengan ihsan akan melahirkan syukur”...

          Asal kata tawakkal adalah menyerahkan atau mewakilkan.
Jadi orang yang bertawakkal pada dasarnya telah menyerahkan urusannya kepada Allah. Biasanya, di saat seseorang menghadapi kondisi yang sangat tipis harapannya, ia akan berkata penuh kepasrahan ; sekarang saya hanya bisa tawakkal kepada Allah saja.
            Umar ra berkata ; ”aku pernah mendengar Rasul saw bersabda, kalau kalian benar-benar bertawakkal kepada Allah niscaya DIA akan memberi kalian rezeki kepada seekor burung yang pergi pada pagi hari dengan perut kosong dan pulang pada sore hari dengan perut kenyang’.”.....
(HR. Tarmidzi).
            Dari hadits tersebut di atas, mari kita belajar makna tawakkal dari burung yang merupakan pengejewantahan makna antara istighfar dan hamdalah.
Pertama ; ketika seekor burung yang keluar dari sarangnya di pagi hari, ia sebenarnya menghadapi ketidakpastian yang amat besar. Ada ribuan burung yang hidup di alam raya ini, serempak keluar dari sarangnya di pagi hari. Bila dipikirkan dengan akal semata, bisa-bisa si burung mengalami stress berat sebelum berangkat ”kerja”.
Makanya si burung menyemangati hatinya dengan rasa yakin dan berserah diri /tawakkal sebelum ia meninggalkan sarangnya. Tanpa sikap itu, daya juangnya akan melemah dan membuatnya enggan keluar dari sarang.
Kedua ; rasa tawakkalnya kemudian  ditunjukkan oleh si burung dengan cara keluar sarang dan berikhtiar mencari makan, sejak pagi hingga senja.
Ketiga ; mungkin karena pengaruh cuaca yang buruk, suatu hari si burung hanya mendapatkan sedikit makanan. Ia tak kecewa atau putus asa, tapi ia tetap keluar dari sarangnya dengan penuh semangat. ” Hidup adalah perjuangan” katanya sambil  bercicit-riang dan mengepakkan sayapnya meninggalkan sarangnya di setiap pagi.
Si burung sungguh telah mengajarkan mnusia untuk tawakkal serta memiliki semangat pantang menyerah.


Luar bisa, ini hakikat makna antara istighfar dan hamdalah yang mendalam sebagai koherensi TASLIM kita kepada-Nya.
SUBHANALLAH










































3
MENYEPI SEJENAK

































  1. Menyepi Sejenak

...”hati yang penuh syukur, bukan saja merupakan kebajikan yang
terbesar melainkan juga
merupakan
induk
segala kebajikan
yang lain (cicero).

Ada saatnya  kesibukan kerja begitu menyita waktu. Dua puluh empat jam sehari terasa masih sangat kurang. Tidur menjadi tak terlalu nyenyak, itupun cuma  dua atau tiga jam dalam semalam. Selesai satu kesibukan muncul kesibukan lain. Begitulah, sambung-menyambung dalam kesibukan kerja, membuat orang terkadang seperti sebuah mesin atau robot.
Berhenti sejenak dari kesibukan menjadi suatu keniscayaan untuk melepas kepenatan jasmani dan rohani.
Shalat 5 waktu dalam sehari semalam merupakan wahana untuk memulihkan kekuatan spritual; mengembalikan ingatan pada Sang Khaliq sekaligus meluruskan kembali orientasi ke akhirat. Kerja dan segala kesibukannya tidak lalu menyebabkan kita lalai mengingati mati dan melupakan negeri akhirat.
Bila dirasa perlu, kita dapat menyepi atau mengasingkan diri (uzlah) di suatu tempat dan waktu tertentu. Kata Umar bin Khatthab ra. ”uzlah adalah istirahat dari setiap pergumulan keburukan”. Pada kesempatan lain beliau berkata ; ” raihlah kebahagianmu bersama uzlah”.
Dengan demikian, esensi  uzlah adalah menenangkan diri guna melakukan  muhasabah atau mawas diri untuk menanggalkan  semua keburukan yang telah kita lakukan.
Untuk maksud ini seseorang bisa memilih tempat yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk manusia. Tempat yang membuat kita merasa nyaman sehingga mampu membebaskan dari segala kesibukan yang melelahkan pikiran dan perasaan.
Bila tempat semacam itu sulit ditemui, bisa saja kita melakukan uzlah di masjid terdekat sambil memperbanyak amalan sunnat ; mulai membaca al-Qur’an, dzikir, istighfar dan mengucap kalimah-kalimah thayyibah lainnya.
Orang-orang yang terperosok ke dalam  kubangan dosa adalah orang-orang yang enggan melakukan uzlah pada mulanya.
Mereka menjadi tak waspada terhadap keburukan-keburukan yang tampaknya  remeh / kecil. Orang-orang itu lupa bahwa dosa besar pada dasarnya adalah akumulasi dari keburukan-keburukan kecil.

Menguasai diri dengan istighfar dan hamdalah adalah anak kunci membuka kebahagiaan – kehidupan.
































Antara istighfar dan hamdalah
sebuah renungan
dalam
menyikapi
makna kehidupan
mengungkapkan betapa
unik dan problematiknya insan
dalam menelusuri
makna
kehidupan
bagi anda yang ingin
mengenal semua itu buku ini
adalah bacaan yang segar sekaligus
metáfora
pelipur lara
dan anda akan menemukan
makna istighfar dan hamdalah
sebagai simpai hidup
yang penuh istiqamah

































SENARAI RUJUKAN



  1. Al-Qur’an & Al-Hadits
  2. Mengubah Takdir, An. Ubaedi, Media Sukses, JKT, 2007
  3. http:www.effendyasmawi.com
  4. Tuhan ¡ Maafkan Aku terlalu sibuk, Effendy Asmawi Alhajj, Btm. 2010
  5. Bingungilogi, Effendy Asmawi Alhajj, Btm, 2002




Memo :
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------








Memo :

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------







Memo :

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guest Book