Effendy Asmawi Alhajj

Rabu, 06 Mei 2009

RAMADAN

BEING ME ON MINE
EFFENDY ASMAWI ALHAJJ

bismillahirrahmanirrahim

RAMADHAN
BEING ME ON MINE
oleh : Effendy Asmawi Alhajj

Desain Sampul : EA’s Computer
Lay Out : Mutiara Offset

Hak cipta dilindungi undang-undang
All right reserved
@ 2009 EA
http ://www.hmeasmawi.com
e-mail : effendy@hmeasmawi.com



Cetakan I, Agustus 2009 / Sya’ban 1430

Diterbitkan oleh :
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Batam
PO. Box 1002/BTAMN-Batam 29444
Telp. 0778 – 7020324 HP. 08127002701
Fax, 0778 – 451547

buat shaimin dan shaimat

good luck for you

SELAMAT
MENUNAIKAN IBADAH RAMADHAN

Renungan

Ramadhan,
kau simpai makna kehidupan ;
--- dalam kerendahan hati ada ketinggian budi,
--- dalam kemiskinan harta ada kekayaan jiwa,
--- dalam kesempitan hidup ada keluasan ilmu,
hidup ini indah jika Allah selalu di hati. ---------

keep Ramadhan !
rekreasi terbesar adalah bekerja,
misteri terbesar adalah kematian
kehormatan terbesar adalah kesetiaan
karunia terbesar adalah anak shaleh dan
sumbangan terbesar adalah berpartisipasi. -----

Ramadhan mengajarkan ;
EDIT khilaf with muhasabah,
DELETE dosa INSERT kebaikan
tekan ENTER pilih YES maka akan muncul
di komputer hati anda RAMADHAN MUBARAK

bulan terbesar adalah Ramadhan,
dosa terbesar adalah ketakutan
keberanian terbesar adalah kesabaran
musibah terbesar adalah keputus-asaan
modal terbesar adalah kemandirian
guru terbesar adalah pengalaman .---------------

Ramadhan,
ibarat MENTARI yang sinarmu membuat hatiku sebening XL dan nge-FREN mengajarkan sifat yang FLEXI-bel kau mampu BEBAS-kan manusia dari tirani jahiliyah.
Kesabaran dan keteguhanmu menjadikan Tuhan berSIMPATI padamu, hingga kau dijadikan STAR ONE dan satu-satunya bulan yang mendapat acungan JEMPOL dari-Nya, semakin dekat denganmu, semakin banyak HOKI salah satunya adalah syurga yang kenikmatannya, IM3 (no limits). -----------------------------------------

Jika hati sejernih air, jangan biarkan ia keruh,
jika hati seputih awan, jangan biarkan ia mendung, jika hati seindah bulan, hiasi ia dengan iman.
MARHABAN YA RAMAADHAN


Ramadhan is like a computer ;
he ENTERS our live, SAVES you her heart
FORMATS our problems, SHIFTS you to opprtunities and never DELETES you frim her memory. -------------------------------------------

keep Ramadhan !
harta yang paling menguntungkan adalah sabar,
teman yang paling waspada adalah diam,
bahasa yang paling manis adalah senyum
dan ibadah yang paling indah adalah ikhlas. -----

Warning of Ramadhan !
yang tidak berpuasa,ingat !
dosa dapat menyebabkan kanker hati,
serangan gelisah, impotensi iman, gangguan
keamanan dan zaman. -----------------------------

AWAL KALAM

Alhamdulillah, tulisan ini dapat diselesaikan sebagai rasa suka-cita menyambut kedatangan bulan suci RAMADHAN sekaligus sebagai evaluasi terhadap langkah dinamis kita dalam menyusuri makna dan hakikat puasa kita masing-masing.

Tulisan ini merupakan rasa ta’dzim menyongsong kedatangan Ramadhan. Berpuasalah kamu niscaya SEHAT, menggelitik kita untuk mencoba mencari makna dan merupakan isyarat IMANIYAH dan ILMIYAH kita dalam mencari ”the power of puasa” kita masing-masing.
Tulisan ini amat sederhana, tapi mudah-mudahan dapat memberikan motivasi kepada kita untuk rajin melaksanakan amaliah dan silabus Ramadhan demi perbaikan kehidupan dalam menggapai nilai-nilai takwa.

Semoga bermanfaat, amin.
Batam, Agustus 2008
Sya’ban 1429
Penulis,

Effendy Asmawi Alhajj


RAMADHAN
BE MINE


kita sibuk setiap Ramadhan tiba
berteriak sekuat tenaga
harga semua
bahan
pokok makanan
melambung tinggi, NAIK
namun
kita tidak pernah teriak
tentang ke-NAIK-an
harga diri
kita
di hadapan Allah swt

puasa kita rasanya
hanya sekadar mengubah jadual
makan, minum dan saat istirahat
tanpa menggeser acara buat syahwat
ketika datang lapar dan haus
kitapun manggut-manggut
lalu bersungut
o, beginilah rasanya
dan kita
sudah merasa
memikirkan
saudara-saudara kita
yang melarat

m.a.s.y.a. A.l.l.a.h



DAFTAR ISI
halaman

Al-Ihda 5
Renungan 7
Awal Kalam 11
Ramadhan be Mine 13
Munajat Ramadhan 19
1. Iftitah 25
2. Mengapa Puasa Disyariatkan ? 31
3. Pesan Moral Ibadah Ramadhan 37
4. Ramadhan & Orientasi Hidup 43
5. Puasa dan Nilai Kepekaan 49
6. Puasa dan Kualitas Ibadah 55
7. Ramadhan & Maghfirah Tuhan 61
8. Puasa & Hidup Sederhana 67
9. Ramadhan dan Kebahagiaan 73
10. Ramadhan & Lailatul Qadr 79
11. Ramadhan mnuju Fitri Kehidupan 83
12. Serba – Serbi Ramadhan 91
13. Daftar Pustaka 95



MUNAJAT RAMADHAN




MUNAJAT RAMADHAN

Ya Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam,
kami diberi kesempatan bersua Ramadhan
bulan agung yang dirindukan
bagi insan yang mengaku beriman

berbagai aktivitas dikerjakan
memenuhi tuntutan Ramadhan
coba menggapai tangga ketakwaan
rindu lailatulqadr yang Engkau janjikan

mushalla dan masjid penuh jamaah
bahkan sampai melimpah
semangat beribadah
mengharap maghfirah

tapi ini hanya minggu pertama
kedua dan ketiga lain lagi ceritanya
mulai sepi menjunjung tanda tanya
ada apa di balik itu semua

inilah insan, manusia dunia
sadar sejenak kemudian lupa
masih bangga berbuat dosa
bahkan sambil tertawa




ILAHANA, Tuhan Alam Semesta
jauhkan itu dari kami semua
kami ingin ramadhan bersama
walaupun kami masih terbata

ya muqallibal qulub
tsabbit qalbi ala dinika wa ’ala tha’atika
ilahi anta maqshudi, waridhaka mathlubi

ya Rahman
kami ingin mencapai puncak Ramadhan
lailatulqadr yang Engkau janjikan
itulah dambaan

namun kami terasa malu
puasapun kadang tak tentu
kadang lupa pula mengingat-Mu
Engkau-lah yang Maha Tahu

pantaslah ujian dan bencana silih berganti
sebagai peringatan tapi kami tak peduli
sedikit sekali yang mengerti
namun itupun masih sirri





bahkan kami percaya dukun dan paranormal
walaupun kadang tidak masuk akal
jin dijadikan pengawal
tapi itu masih dianggap tawakkal ?

subhanallah
tawakkaltu alallah
laahaula walaaquwata illa billah

ada kiyai yang berlagak dukun
ada dukun yang berlagak kiyai

ada pelacur yang berlagak pengusaha
ada pengusaha yang berlagak pelacur

ada ustadz jadi politisi
politisi jadi ustadz

inilah insan, manusia dunia
sadar sejenak kemudian lupa
masih bangga berbuat dosa
bahkan sambil tertawa

astaghfirullahal azdim
alladzi laailahailla huwal hayyul qayyum
wa atubu ilaih.-------------------------------------



ya Allah, ya Adzim
ya Wasialmaghfirah, anta Rabbuna,
rabbul Arsyistawa,
kami sadar, banyak yang kami kerjakan
melanggar aturan

kami berharap ya Rabb
tuntunlah kami di Ramadhan yang mubarak ini
sehingga kami mendapatkan ke-fitri-an sejati
bersih laksana bayi
yang baru dilahirkan oleh rahim ibu kehidupan

walhamdulillahi rabbil alamien.






















1.
IFTITAH

































1. Iftitah

Ramadhan
adalah bola api yang dinyalakan Allah
dalam hati kekasih-kekasih-Nya
dan membakar seluruh
isi yang ada
berjuta
kecemasan, bermacam keinginan
berbagai rintangan
dan beragam
kebutuhan

... ”dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”... (QS. 2 : 184)

Sebagai orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kedatangan Ramadhan selalu kita rindukan, bukan saja berbagai fadhilat / keutamaan yang terkandung di dalamnya, tapi juga juga memberikan tips hidup sehat sekaligus sebagai penyeimbang dari makna kehidupan kita.

Ahlan bika ya Ramadhan,
Engkau kembali datang setelah penantian selama setahun penuh. Pada tahun ini telah


meninggal sekian orang dan telah lahir sekian bayi ; sebahagian orang menjadi kaya, sebahagian lainnya menjadi miskin, sebahagian orang berbahagia sementara sebahagian lainnya nistapa dan sebahagian orang mendapat petunjuk sementara sebahagian lainnya tersesat.

Ya Ramadhan,
Engkau datang untuk berkata kepada mata agar berpuasa dari melihat hal-hal yang haram sebelum sang Raja yang Maha Perkasa murka mencampakkannya ke api yang teramat panas (neraka).

Selain itu engkau juga berkata agar mata berpuasa dari memandang yang haram dan memerintahkannya untuk menangis di tengah kegelapan malam.

Engkau juga berkata kepada lisan, wahai lisan, berpuasalah dari ghibah (membicarakan orang lain) dan namimah (mengadu domba), kata-kata keji dan kotor, begitu juga dari ungkapan-ungkapan cabul dan senda gurau.




Lisanmu ! jangan sebut dengannya rahasia
orang lain, setiap kita juga punya
rahasia, sedang manusia
punya lidah.

Jagalah matamu !
Jika ia memperlihatkan kepadamu
aib suatu kaum, maka katakanlah wahai mata
orang lain juga punya mata.

Engkau datang wahai Ramadhan, untuk berkata kepada tangan, wahai tangan, berpuasalah dari memukul, membunuh, mencuri dan korupsi.
Berpuasalah dari perbuatan risywah (suap-menyuap) sebelum datang suatu hari nanti, engkau direbus dalam keadaan terbelenggu, yakni pada hari dimana tidak bermanfaat lagi alasan yang dikemukakan oleh orang-orang zalim, bagi mereka laknat dan tempat kembali yang buruk.

... ”pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka lakukan”....
(QS. Yasin : 65)



Engkau datang wahai Ramadhan, untuk berkata kepada kaki, wahai kaki ! berpuasalah dari berjalan menuju yang haram juga berpuasalah dari berjalan menuju tempat-tempat maksiat lagi sesat dan dari pulang –pergi dalam kemurkaan Rabb langit dan bumi dari jalan-jalan yang tercela, rendah serta hina !

Engkaupun datang untuk berkata kepada perut agar berpuasa dari memakan yang haram dan hasil penipuan sebelum engkau bertemu Allah Yang Maha Mengetahui segala rahasia dari segala yang tersembunyi.

Al-Bukhari dan al-Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r a berkata bahwa Rasul saw bersabda dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman ;
... ”semua amal bani Adam adalah untuknya sendiri kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia tinggalkan makanan, minuman dan syahwatnya hanya karena Aku”...

Puasa adalah perisai menjadikan kita untuk stabil dalam mengarungi makna kehidupan ini.
SUBHANALLAH !














2.
MENGAPA PUASA DISYARIATKAN ?






































2. Mengapa Puasa Disyariatkan ?

Banyak rahasia di balik sesuatu yang disyariatkan Allah swt kepada makhluknya yang mengandung hikmah di balik hukum-hukum yang Allah tetapkan baik yang diketahui oleh manusia atau yang tidak terjangkau oleh akal-pikirannya.

Berkenaan dengan sebahagian hikmah puasa Allah berfirman ;
...” hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”...
( QS. 2 : 283 ).

Jadi puasa adalah jalan menuju ketakwaan kepada Allah swt dan orang yang berpuasa adalah orang yang terdekat dengan Allah.

Saat perut kosong, hati bersih dan ketika hati merasakan kepuasan, saat rongga perut merasakan lapar, matapun tertunduk menangis.





Maka puasa mempunyai implekasi nilai syariat sebagai berikut ;
1. Puasa mempersempit aliran makanan dan darah yang notebene merupakan aliran setan sehingga dengan demikian bisikannya menjadi sedikit.
2. Puasa melemahkan syahwat, hasrat jahat dan keinginan maksiat sehingga ruh menjadi tak ternoda.
3. Puasa mengingatkan orang tentang nilai lapar dan haus yang berorientasi nilai kepada orang-orang yang kurang mampu agar kita selalu peduli dan eksis terhadap mereka.
4. Puasa adalah media pendidikan jiwa, pensucian hati, pengendalian pandangan dan menjaga anggota tubuh dari dosa.
5. Puasa adalah rahasia antara hamba dengan Tuhannya.
Dalam sebuah hadits Qudsi Allah berfirman ;
...” setiap amal bani Adam untuk dirinya kecuali puasa. Ia adalah untukku dan Aku sendiri yang akan membalasnya”...





Para salafus-shaleh mengenal puasa
sebagai media pendekatan kepada Allah, medan pacu dalam kebaikan, musim berbuat kebaikan, maka mereka menangis karena gembira menyambutnya demikian juga tatkala berpisah dengannya.

Para salafus-shaleh tahu benar tentang
puasa, maka mereka mencintai Ramadhan, berusaha keras menjadikan ramadhan sebagai bulan ibadah dan dakwah.
Puasa dijadikan sebagai hal yang amat menyenangkan mata dan menenangkan jiwa sebagai tarbiyah insaniyah.

6. Puasa sebagai alat pemersatu ukhuwah kaum muslimin dalam persaudaraan dan kesetiakawanan.

7. Puasa sebagai penghapus kesalahan dan perisai kejahatan.






8. Puasa itu sehat sebab menjadikan perut kosong dan semua materi yang destruktif, mengistirahatkan pencernaan, membersihkan darah, menormalkan kerja hati, ruh mnjadi cerah, jiwa yang brsih dan akhlak menjadi terbina karenanya.

9. Puasa menjadikan diri menjadi kerdil di hadapan Allah swt, hatinya mudah trenyuh, rasa rakusnya menipis, syahwatnya sirna, sehingga dengan demikian doanya makbul insya Allah.


10. Puasa melahirkan ketaatan terhadap perintahnya dan tuntuk terhadap syariatnya.

11. Puasa adalah ekspremen luar biasa bagi jiwa dalam beribadah, beramal saleh, menghidupkan gerakan infak, sedekah dan berzakat serta berkorban lainnya demi jihad fi sabilillah.
Dengan isyarat inilah syariat puasa menjadi sebuah paket unggulan yang amat luar biasa plus ”lailatul qadr”-nya menjadikan ibadah ini selalu dirindu sebagai manifestasi imany kita kepada-Nya.









3.
PESAN MORAL IBADAH RAMADHAN





































3. PESAN MORAL IBADAH RAMADHAN

Ibadah puasa (shaum) seperti halnya ibadah-ibadah yang lain di dalam Islam, merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah swt.
Dan puasa merupakan ibadah ”riyadhah” untuk olah moral kita dalam mengasah nurani taqarrub kepada-Nya.

Setiap ibadah, baik ibadah shaum ataupun ibadah lainnya di dalamnya terkandung pesan moral.
Bahkan begitu mulianya pesan moral ini sampai Rasul saw menilai harga suatu ibadah itu dinilai sejauh mana kita menjalankan pesan moralnya. Apabila ibadah itu tidak meningkatkan akhlak kita, Rasul menganggap bahwa ibadah itu tidak bermakna. Dengan kata lain, kita tidak melaksanakan pesan moral ibadah itu.

Dalam suatu hadits diriwayatkan bahwa pada bulan Ramadhan ada seorang wanita sedang mencaci maki pembantunya dan Rasul saw mendengarnya. Kemudian beliau menyuruh seseorang untuk membawa makanan dan memanggil perempuan itu.


Lalu Rasul saw bersabda ; makanlah makanan ini, perempuan itu menjawab, saya sedang berpuasa ya Rasul.
Rasul saw bersabda ; ”bagaimana mungkin kamu berpuasa pada hal kamu mencaci-maki pembantumu. Sesungguhnya puasa adalah sebagai penghalang bagi kamu untuk tidak berbuat hal-hal yang tercela.
Betapa sedikitnya orang yang shaum dan betapa banyaknya orang yang kelaparan.

Ketika Rasul saw mengatakan ” betapa sedikitnya orang yang shaum dan betapa banyaknya yang kelaparan ” Nabi menunjukkan kepada kita bahwa orang-orang yang hanya menahan lapar dan dahaga saja, tetapi tidak sanggup mewujudkan pesan moral ibadah itu, tidak lebih sekadar orang-orang yang lapar saja.

Dalam hadits lain, Rasul saw bersabda ; ”banyak sekali orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga”.

Seseorang bisa saja melakukan ibadah puasa, dia sanggup mematuhi seluruh ketentuan fiqih, tapi dia tidak sanggup mewujudkan pesan moral puasa itu.


Oleh sebab itu, kita temukan orang-orang yang tidak sanggup berpuasa, di dalam al-Qur’an, kita diharuskan untuk untuk membayar fidyah buat orang-orang miskin. Jadi pesan moral Ramadhan ialah menyantuni para fakir dan miskin.

Sekali lagi, semua ajaran Islam itu mengandung pesan moral dan pesan moral itulah yang dipandang sangat urgen dalam tatanan akhlak dan ubudiyah kita kepada-Nya.




























































4.
Ramadhan dan Orientasi
Hidup Orang yang Beriman


































4. Ramadhan dan Orientasi Hidup
Orang yang Beriman

Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam a-Bukhari, at-Turmuzi dan Ahmad dari Ibnu Umar, Nabi Muhammad saw bersabda ;
...”bahwa orang mukmin makan dengan satu usus (perut) sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus”...

Hadits ini jangan dipahami secara tekstual, sebab secara kedokteran tidak ada perbedaan mendasar anatomi tubuh manusia, apalagi berdasarkan iman dan kufur.

Pernyataan Nabi ini hanyalah simbolis dan harus dipahami secara kontekstual.
Perbedaan usus (perut) dalam teks (matan) hadits ini menunjukkan perbedaan cara pandang dan sikap hidup antara orang mukmin dan kafir terhadap nikmat Allah.

Orang mukmin tidak melihat apa yang disediakan oleh Allah sebagai tujuan hidup karena itu dalam mencari harta ia akan senantiasa menjaga rambu-rambu dari-Nya.


Ia akan bersifat selektif tidak melakukan penipuan dan sejenisnya.

Orang mukmin akan selalu bersikap istiqamah & qanaah, merasa cukup dengan karunia yang telah diberikan Allah dan selalu bersikap sederhana.

Namun demikian, bukan berarti bahwa orang mukmin tidak memiliki motivasi untuk berusaha dan malas bekerja. Ia akan tetap giat dalam mencari rezeki dari Allah swt.

Islam tidak menghalangi umatnya untuk mencari nikmat sebanyak-banyaknya.
Dalam surah al-Jumuah, 62 : 10, Allah memerintahkan hambanya untuk bertebaran di muka bumi mencari karunia Allah, setelah mereka menunaikan shalat Jum’at akan tetapi di akhir ayat tetap dikunci dengan perintah untuk mengingat Allah sebanyak-banyaknya supaya beruntung.

Menurut Buya HAMKA dalam karyanya Tafsir Al-Azhar Juz 28, dengan selalu mengingat Allah, orang beriman dapat mengendalikan diri sehingga tidak terperosok kepada perbuatan yang tidak diridhai-Nya.


Ia akan selalu menjaga rambu-rambu-Nya.

Dalam sejarah Islam, kesederhanaan dan kerelaan berkorban untuk sesama saudaranya diperlihatkan oleh kaum Anshar Madinah terhadap kaum Muhajirin dari Mekkah.
Kaum Anshar menolong dan lebih mengutamakan kaum Muhajirin, padahal mereka sendiri hidup dalam kesusahan.

Demikian gambaran ukhuwah para sahabat, benar-benar ”ta’awun”/tolong-menolong yang tinggi hanya karena Allah.

Nabi saw mengajarkan kepada kita bahwa kecintaan kepada saudara adalah barometer keimanan seseorang.
Puasa juga merupakan alat pendidikan yang sangat efektif dalam mengarahkan kembali orientasi kehidupan mukmin bahwa harta yang mereka miliki harus mampu berfungsi sosial.

Orang mukmin akan mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Oleh sebab itu harta yang dimilikinya akan dijadikannya sebagai alat untuk membantu saudara-saudaranya yang kurang beruntung.


Dengan demikian seseorang yang beriman, dimanapun ia berada akan selalu menjadi sumber kedamaian dan kebaikan bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Di sinilah pentingnya kita menghidupkan kembali nilai-nilai kesederhanaan dan kebersamaan dalam masyarakat kita.

...”mereka memberikan makanan yang mereka sukai untuk orang miskin, anak yatim dan tawanan perang (mereka berkata) ; sesungguhnya kami memberi makan ini hanya mengharap keridhaan Allah dan tidak menghendaki balasan atau ucapan terima kasih”... (QS. al-Insan : 7 – 10).























5.
Puasa dan Nilai
Kepekaan Kita terhadap sesama




































5. Puasa dan Nilai
Kepekaan Kita terhadap sesama

...”barangsiapa yang berpuasa ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu ”...
(HR. Bukhari- Muslim, at-Tarmizdi, An-Nasa’i dan lainnya).

Rasul saw bersabda : ...” wahai manusia ! siapa yang memperbaiki akhlaknya pada bulan ini, kelak ia akan melintasi shirat (dengan mudah), ketika semua kaki tergelincir pada waktu itu !

Siapa yang meringankan beban hamba sahaya pada bulan ini, maka Allah akan meringankan hisab baginya.

Barangsiapa yang mencegah perbuatan buruk, Allah tidak akan murka dengannya saat bertemu nanti dengan-Nya.

Ibadah puasa merupakan ibadah yang sangat banyak mengandung kebajikan, diantaranya yang sangat penting adalah bahwa ibadah puasa dapat meningkatkan rasa kepekaan dan kepedulian kepada sesama.



Itu sebabnya Nabi saw menyebut bulan Ramadhan sebagai ” syahrul muwasat” (bulan kepekaan terhadap sesama).
HR. Ibn Khuzaimah.

Kepekaan itu timbul karena orang yang berpuasa pasti merasakan lapar dan dahaga seperti yang biasa dirasakan oleh orang-orang yang tidak mampu yakni fakir-miskin dan kaum dhuafa lainnya.

Jadi ibadah puasa sesungguhnya memiliki fungsi penting yaitu mengasah dan mempertajam rohani manusia sehingga ia dapat melihat dan merasakan penderitaan orang lain.

Bukti mengengai kepekaan itu dapat dilihat dari perintah Nabi saw agar kaum muslimin di bulan Ramadhan ini banyak memberi makan atau menyediakan buka bagi orang yang berpuasa.
Rasul saw bersabda ; ...”barangsiapa memberi makan atau menyediakan buka bagi orang yang berpuasa, maka hal itu dapat menjadi tebusan atas dosa-dosanya dan pembebasan dirinya dari api neraka, ia juga beroleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu tidak berkurang pahalanya barang sedikitpun”...


Mendengar pernyataan Rasul saw di atas, para sahabat meminta penjelasan lebih lanjut dari beliau. Mereka berkata, tidak semua orang dari kami memiliki kemampuan untuk memberikan makan kepada orang yang berpuasa ?”
Lalu Rasul saw menjawab : ...” Allah swt telah menyediakan pahala besar untuk kalian. Apakah kalian tidak sanggup menyediakan buka walau hanya sebutir kurma, segelas air putih atau secangkir susus ?”. Kemudian beliaupun menegaskan kepada para sahabat bahwa kepedulian kepada orang yang berpuasa itu dapat membuat seseorang meraih rahmat dan ampunan dari Allah swt...”
(HR. Baihaqy dan Ibn Hibban).

Nabi Muhammad saw sendiri, seperti tersebut dalam Hadits Bukhari, dikatakan sebagai orang yang paling peka terhadap kebaikan dan kepekaannya itu mencapai puncaknya di bulan Ramadhan.
Dikatakan, kepekaan Rasul saw ”ibrat angin kencang” (karrihil mursalah).

Kebaikan Rasul saw, menurut Ibn Hajar al-Asqalani, diserupakan dengan angin karena ada aspek kesamaan antara keduanya.


Dikatakan, angin itu angin syurga yang diutus oleh Allah untuk menurunkan air hujan, sehingga membasahi dan menghidupkan bumi yang kering dan mati.
Kebaikan Nabi sama dengan air hujan itu juga, menyejukkan dan memberikan kesejahtraan bagi seluruh umat manusia.

Kepekaan terhadap sesama ini menjadi problem tersendiri bagi kita sebagai umat dan bangsa. Tanpa kepekaan seperti ini akan timbul kerawanan-kerawanan sosial yang memberikan gap dan perbedaan (disparitas) antara si kaya dan si miskin akan semakin besar.
Dalam situasi demikian, maka penyakit lama akan segera timbul yaitu kecemburuan sosial yang setiap saat dapat menyulut permusuhan dan kerusuhan.
Rasa permusuhan ini tentu dapat mengganggu ketentraman kita sebagai umat dan bangsa.

Untuk itu, kita perlu belajar mengasah dn mempertajam kepekaan sosial kita melalui ibadah puasa.
Ibadah puasa dapat membuat kita sehat, tidk hanya sehat secara pribaadi tapi juga sehat secara sosial – sesama kita. (wallahu a’lam).










6.
Puasa dan Kualitas Ibadah Kita




































6. Puasa dan Kualitas Ibadah Kita

semoga 12 bulan mendatang
penuh keimanan
52 minggu
penuh
ketakwaan, 365 hari
dengan ibadah, 8.760 jam
penuh ke-ihsan-an dan 525.600
menit penuh dengan ke-ikhlas-an.

Saat ini kita sudah melaksanakan ibadah Ramadhan. Bagi banyak Muslim, puasa Ramadhan tahun ini merupakan puasa untuk yang kesekian kalinya.
Alangkah baiknya puasa yang telah dilakukan tersebut dievaluasi agar diketahui kualitas pelaksanaannya.

Ada tiga tingkatan kualitas puasa yang dilakukan kita sebagai orang Muslim.
Pertama ;
Puasa yang dilakukan kebanyakan orang atau disebut ”shaum al-umum”, biasanya puasa yang dilaksanakan kelompok ini sekadar menahan diri dari makan, minum, melakukan hubungan seksual dan segala yang membatalkan puasa dari terbit pajar hingga terbenam matahari.

Kedua ;
Puasa orang-orang shaleh atau disebut pula ”shaum al-khusus”, puasa yang dilakukan kelompok ini bukan semata menahan lapar dan dahaga tapi diiringi dengan memuasakan diri mereka dari segala perbuatan dosa dan hal-hal yang bisa merusak puasa.

Ketiga ;
Puasa para Nabi, Shiddiqin dan muqarrabin. Puasa ini disebut dengan ”shaum khusus bil khusus”.
Mereka yang termasuk kelompok ini berhasil memuasakan diri mereka dari keinginan yang bersifat duniawi dan memikirkan keduniaan serta hati mereka selalu ingat kepada Allah swt.

Selaku orang yang berusaha menjadi muslim sejati, kita tentu berupaya agar puasa Ramadhan tahun ini bergeser dari puasa kebanyakan orang menuju puasa orang shaleh, meskipun belum mencapai kualitas puasa para Rasul.
Untuk itu ada beberapa hal yang harus dipenuhi, antara lain ; kita harus menundukkan pandangan dari melihat yang tercela, dilarang agama dan melihat segala sesuatu yang melalaikan hati dan ingat kepada Allah.

Rasul saw bersabda ;
...”pandangan mata kita bisa dimasuki oleh unsur iblis laknatullah, siapa yang mampu mengendalikan pandangannya karena takut kepada Allah, niscaya Allah rasakan kepada orang itu manisnya iman di dalam hatinya”...

Kita dituntut pula memelihara lisan dari ucapan yang tidak dibolehkan agama, seperti bohong, bergunjing dan fitnah.
Lisan digunakan hanya untuk mengucapkan perkataan yang baik, seperti zikir dan membaca al-Qur’an.

Daripada mengucapkan kata-kata kotor dan dilarang agama lebih baik diam, sebagaimana disabdakan Rasul saw ; ...”siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia mengucapkan perkataan yang baik atau lebih baik diam”... (HR. Bukhari).

Untuk mencapai puasa berkualitas, kita perlu mengendalikan pendengaran dari mendengarkan yang makruh dan diharamkan agama. Hal ini diikuti pula oleh upaya menahan dan mengendalikan seluruh anggota tubuh dari melakukan dosa dan melanggar larangan agama.



Selain itu kita dituntut bersikap sederhana dan tidak berlebih-lebihan ketika berbuka puasa. Ini penting karena orang yang penuh perutnya menjadi berat dan malas beribadah, khususnya mendirikan malam-malam Ramadhan dengan berbagai amalan ibadah.
Karena itu, sikap berlebih-lebihan dalam berbuka tidak disenangi Allah swt.

Puasa Ramadhan seharusnya melatih kita untuk merasakan keprihatinan orang-orang miskin yang biasa lapar dan serba kekurangan.
Secara matematispun dengan berkurangnya frekuensi dan juadual makan seharusnya secara ekonomi, pengeluaran selama ramadhan semakin berkurang.
Andaikan melonjak pengeluaran rumah tangga, labih banyak karena digunakan untuk menyantuni fakir-miskin dan kepentingan di jalan Allah lainnya.

Dengan memperhatikan beberapa pedoman tersebut, mudah-mudahan puasa kita tahun ini lebih berkualitas dari tahun-tahun sebelumnya.
wallahu a’lam.













7.
Ramadhan &
Maghfirah Tuhan



































7. Ramadhan & Maghfirah Tuhan

...” fa-iza azamta fatawakkal alallah”...

Rasul Muhammad saw sebagai teladan terbaik bagi umat manusia telah mengajarkan kepada kita bahwa sejatinya setiap manusia harus memohon ampunan Allah atas segala dosa yang dilakukannya.
Rasul mencontohkan dalam sehari minimal beliau beristighfar sebanyak 100 kali.
Dalam sebuah hadits Rasul saw bersabda ; ...”bertobatlah kamu kepada Allah dan beristighfarlah kepada-Nya, sesungguhnya aku bertobat kepada Allah dalam sehari 100 kali”...

Sebagai manusia yang terbatas usianya, maka wajib bagi kita untuk menyegerakan memohon ampunan kepada Allah swt.
Hal ini disebabkan pada kenyataan bahwa kematian kita tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dimundurkan ataupun dimajukan.
Allah swt mengingatkan ; ...”dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan seseorang apabila telah datang waktu kematiannya dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan”...
(QS. 63 : 11).



Dalam ayat lainnya Allah swt memerintahkan ; ...” dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” ... (QS. 3 : 133).

Bulan ramadhan adalah bulan ampunan Allah, namun tidak semua orang yang berpuasa mendapat ampunan Allah. Paling tidak ada dua hal yang menyebabkan puasa mendatangkan ampunan Allah.

Pertama ;
Berpuasa dengan landasan keimanan dan dalam rangka mencari pahala dan keridhaan Allah. Iman merupakan landasan utama apakah sebuah perbuatan atau amal ibadah bernilai di sisi Allah. Tanpa adanya iman, maka suatu perbuatan atau amal tidak akan bernilai di sisi Allah, artinya puasa yang tidak dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan tidak akan mendatangkan ampunan Allah swt.

Hal ini sejalan dengan perintah puasa sendiri yang Allah nyatakan dalam firman-Nya ;




...”hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”...
(QS. 2 : 183).

Kedua ;
Berpuasa dengan sebenar-benarnya puasa. Maksudnya, puasanya tidak hanya sekadar menahan lapar dan dahaga. Rasul saw bersabda ;
...”dan puasa itu adalah perisai, jika salah seorang diantara kamu berada pada hari puasa, maka janganlah berkata atau berbuat kotor, fasik dan bodoh, jika ada seseorang mencelanya atau hendak membunuhnya, maka katakanlah, saya sedang berpuasa”... (HR. Bukhari – Muslim).

Semoga Allah swt membimbing kita untuk dapat berpuasa dengan landasan keimanan dan berpuasa dengan landasan keimanan yang sebenar-benarnya sehingga kelak di akhir Ramadhan kita mendapatkan ampunan dari Allah swt. --- wallahu a’lam ---







setetes hidayah Allah
jauh lebih berarti
dari kumpulan
mutiara
di laut
yang dipunyai
oleh para saudagar
kehidupan dan hidayah Allah
hanya diberikan kepada
orang-orang
yang selalu
taqarrub
kepada-
Nya

maka bangunlah
pribadimu dengan melaksanakan
seluruh amaliah ramadhan
tanpa sedikitpun
terlewatkan
yang
sudah tentu
melahirkan brilian
ubudiyah kita kepada Allah swt












8.
Puasa dan Hidup Sederhana





































8. Puasa & Hidup Sederhana

...”bertakwa dan taatlah kalian
kepada Allah. Jangan
kalian mentaati
perintah
orang
orang yang suka
berlebih-lebihan yaitu
mereka yang sering melakukan
kerusakan tanpa mau memperbaikinya”...
(QS. 26 : 150 – 152)

Ramadhan adalah bulan pengekangan diri dari segala macam keinginan hawa nafsu negatif dengan mengurangi makanan atau minuman. Karena orang yang terlalu banyak makan dan minum maka nafsu atau keinginannya untuk berbuat hal-hal yang negatif cukup besar. Untuk itulah sebagai langkah kontrol terhadap keinginan-keinginan tersebut Allah mewajibkan berpuasa.
Kewajiban puasa lebih jauh ternyata tidak saja dimaksudkan untuk mengontrol hawa nafsu diri sendiri namun berfungsi juga mengontrol prilaku sosial seseorang.




Orang yang berpuasa akan merasakan kelaparan dan kehausan seperti halnya yang dialami orang-orang miskin.

Dengan berpuasa, seseorang akan menjadi makhluk empatik yang merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Ketika empati ini semakin membesar pada diri seseorang, ia akan cepat menyadari bahwa ternyata kekayaan yang dimiliki, sejatinya bukan hanya untuk diri sendiri tapi ada bagian orang lain yang mesti ditunaikan.

Hidup sederhana menjadi salah satu tujuan utama yang ingin digapai ibadah puasa. Orang yang sederhana dalam penampilannya merupakan titik tolak kesadaran tertinggi dalam kehidupan sosial.
Dengan demikian, sikap atau gaya hidup berlebihan, glamour dan sombong adalah lawan yang harus dimusnahkan dalam sikap hidup keseharian seseorang. Karena orang yang suka berlebihan merupakan tanda sikap individualistik yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan nasib orang lain di sekitarnya.



Gaya hidup berlebih-lebihan inilah yang sering Allah kecam dalam al-Qur’an karena sikap ini adalah awal bencana dalam kehidupan sosial.

Jika dalam diri seseorang telah tertanam ambisi untuk memperkaya diri sendiri ia akan sangat mudah terseret untuk menghalalkan segala cara demi meraih apa yang ia cita-citakan.
Dan ini sangat berbahaya bagi kehidupan sosial. Dampak negatif yang ditimbulkannya tentu cukup besar. Orang akan makin asyik dengan prilaku negatif yang dilakukannya.
Akhirnya, jika gaya hidup berlebih-lebihan terus dipupuk lambat laun ia akan menjadi budaya yang berakar kuat dan sulit dicabut.

Rasul saw adalah suatu teladan mulia yang memperihatkan sikap sederhana. Meskipun beliau memiliki kedudukan terpanang di masyarakat Arab kala itu, beliau sama sekali tidak terobsesi dan beringinan untuk memamerkan kedudukannya.
Rumah beliau sangat sederhana, alas tidurpun hanya pelepah daun kurma yang membekas di pipi beliau setiap kali bangun tidur.



Sikap hidup sederhana ini pulalah yang dibudayakan oleh para Khalifah sepeninggal Rasul saw.

menahan makan dan minum pada sang hari di bulan Ramadhan merupakan cara efektif melatih seseorang menjadi sosok-sosok manusia sederhana dalam kehidupan sosialnya.

Seseorang yang sederhana dalam hidup akan mudah bergaul dengan masyarakat segala lapisan. Interaksi ini pada akhirnya akan mengantarkan pada tercapainya keseimbangan dalam kehidupan sosial.
Jika keseimbangan ini terjadi, maka besar kemungkinan problematika yang sedang dihadapi akan dengan mudah terselesaikan.
Allah swt berfirman ; ...”ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir”... (QS. 3 : 147).
wallahu a’lam














9.
Ramadhan & Kebahagiaan




































9. Ramadhan & Kebahagiaan

hidup ini bukan ditentukan oleh
panjangnya usia kita tapi
banyaknya manfaat
bagi orang
lain
dan itulah
suatu kebahagiaan sejati.

Kebahagiaan, menurut filosof muslim al-Farabi, adalah kebaikan tertinggi (tamamul khairat) yang di atasnya tidak ada lagi sesuatu yang lebih tinggi atau lebih berharga.

Sebagai kebaikan tertinggi, kebahagiaan adalah kebaikan yang dicari untuk dirinya sendiri, ia adalah ”ghiyatul hayat” (tujuan hidup) dan merupakan keinginan terakhir manusia, sehingga apabila seseorang telah berhasil menggapai kebahagiaan itu maka ia tidak membutuhkan lagi sesuatu yang lainnya.

Kebahagiaan sebaga kebaikan tertinggi dibentuk oleh kebaikan-kebaikan yang sangat banyak jumlahnya.




Filosof Aristoteles menyebut beberapa diantaranya ; kecantikan, kesehatan, kekayaan, kekuasaan, kecerdasan, ilmu pengetahuan dan kearifan (wisdom).
Semua nilai ini dipandang sebagai komponen-komponen yang dicari dan dikejar oleh manusia untuk mendapatkan kebahagiaan.

Dalam satu pengertian, seperti banyak dikemukakan para ahli agama, kebahagiaan (saadah) adalah lawan dari penderitaan (syaqawah). Dalam pengertian ini orang yang bahagia adalah ”ahluts-tsawab” (orang yang banyak mendapat pahala dari Allah) sedangkan orang yang menderita adalah ”ahlul iqab” (orang yang mendapat siksa), dengan kata lain, orang yang bahagia adalah orang yang berdasarkan janji Allah dipastikan mendapat syurga, sedangkan orang yang menderita adalah orang yang berdasarkan ancaman Allah pasti masuk neraka.

Dari sudut pandang ini, maka orang yang berpuasa adalah termasuk orang yang bahagia. Betapa tidak ? kepada mereka yang berpuasa dijanjikan oleh Allah pahala yang sangat besar berupa kasih sayang Allah, pengampunan dan


syurga atau pembebasa dari api neraka. Jadi orang yang berpuasa jelas tergolong ”ahlults-tsawab” yaitu orang yang bahagia karena dijanjikan kepadanya syurga nikmat Allah yang terbesar.

Dalam hadits shahih, Rasul saw menjanjikan dua kegembiraan (kebahagiaan) kepada orang yang berpuasa.
Sabda beliau, ”bagi orang yang berpuasa itu ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan pada waktu berbuka puasa dan kegembiraan pada waktu berjumpa dengan Allah swt”... (HR.Bukhari & Muslim).

Kegembiraan yang pertama, menurut Ulama Al-Azhar, Mahmud Syaltut adalah kegembiraan karena kemampuan menjalankan tugas atau kewajiban agama (farhatul qiyam bilwajib). Sedangkan kegembiraan yang kedua dipahami sebagai kegembiraan karena yakin dan optimistis dengan pahala yang berlipat ganda yang disediakan oleh Allah swt (farhatul isiqah bihusnil jaza’).





Bagi Mahmud Syaltut, kedua hal di atas yakni kemampuan menjalankan tugas dan harapan yang besar terhadap pahala dari Allah, merupakan dua faktor yang secara psikologis amat berpengaruh bagi kebahagiaan manusia.
Pertama ;
Kemampuan melaksanakan tugas dapat menimbulkan ketenangan jiwa (thuma’ninatun-nafs).
Kedua ;
Harapan mendapatkan dapat meningkatkan dorongan dan motivasi untuk bekerja dan beramal shaleh.

Maka ketika umat Islam berhasil mengakhiri Ramadhan dengan baik dalam arti mengisinya dengan banyak beribadah dan beramal, mereka akan benar-benar bahagia.
Mereka bahagia karena pahala dan ampunan. Lebih bahagia lagi karena sebentar lagi Idul Fitri akan tiba yang merupakan pangkal tolak untuk memulai hidup baru yang lebih baik.
wallahu a’lam.















10.
Ramadhan & Lailatul Qadr





































10. Ramadhan & Lailatul Qadr

Keselamatan, kesejahtraan dan kedamaian adalah tujuan utama pencarian dan pertemuan kembali dengan ”lailatulqadr” (malam kemuliaan), suatu malam di bulan Ramadhan yang lebih baik daripada seribu bulan.

Firman Allah ; ...:keselamatan/kesejahtraan di malam itu hingga terbit pajar”...
(QS. 97 : 5).

Secara bahasa, keselamatan dan kesejahtraan memang di malam itu saja, karena malam dimulai dari tibanya waktu shalat maghrib hingga terbit pajar.
Namun itu juga berarti mereka yang tidak mendapat keberkahan-Nya di malam itu takkan mendapatkannya di hari dan malam lain, kecuali taubat dan memohon maghfirah agar tahun depan untuk mendapatkannya dan memberikan maghfirah-Nya.

Rasul saw bersabda ; ...”di dalamnya (bulan ramadhan) ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang tidak diberikan kebaikan (di malam itu), maka sungguh dia tercegah dari menerima kebaikan”...

(HR. An-Nasai).
Lailatulqadr memang mulia, sebab dengan mendapat sekali lailatulqadr seakan-akan seumur hidup telah diberkahi karena seribu bulan setara dengan 83 tahun lebih, padahal amat jarang manusia mencapai umur itu.

Manfaat lailatulqadr memang hanya bagi orang tertentu yakni orang-orang yang menjadikan apa yang diturunkan Allah di malam itu yakni Al-Qur’an, sebagai imam kehidupannya.
s.u.b.h.a.n.a.l.l.a.h

























11.
Ramadhan Menuju ke-Fitri-an kehidupan






































11. Ramadhan Menuju kefitirian Kehidupan

----Allahuma sallimna liramadhana wasallim ramadhana lana, wasallimhu minna mautaqabbala.-----

Semoga 12 bulan mendatang
penuh keimanan
52 minggu
penuh
ketakwaan, 365 hari
dengan ibadah
8.760jam
penuh
keikhlasan
dan 525.600 menit
penuh dengan keikhlasan


Manusia pada asalnya suci, bersih tak bernoda, apalagi berdosa.. Demikian bunyi satu hadits yang nabi saw sampaikan ; ...”setiap anak itu terlahir sebagai makhluk yang suci dan bersih”... (HR. Bukhari – Muslim)





Namun faktor lingkunganlah yang kemudian mempengaruhinya, hingga ia menjadi Muslim atau non Muslim.

Inilah yang digambarkan lebih lanjut oleh Nabi saw : ...”maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu sebagai seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi”... (HR. Bukhari – Muslim).

Fitri atau fitrah bermakna suci, bersih dan tak bernoda. Fitrah manusia sejatinya adalah suci karena ia berasal dari Zat Yang Maha Suci, Allah swt.

Kesucian manusia ini lalu Allah kemudian memuliakannya dibanding makhluk-makhluk lainnya.
...”sungguh kami telah muliakan anaak keturunan Adam, lalu Kami tempatkan mereka di daratan dan di lautan, kemudian Kami beri mereka rezeki dari jalan-jalan yang terbaik, Kami unggulkan derajat mereka dibandingkan dengan makhluk-makhluk Kami yang lain”....
( al-Isra’ : 71)




Kelahiran manusia yang suci, lalu berubah menjadi sosok-sosok yang beragam.
Ada yang teguh mempertahankan kesuciannya ada yang berubah menjadi kotor lalu menyucikan diri dan ada pula yang kotor tapi tidak mau membersihkankotoran-kotoran dosa itu hingga kematian menjemputnya.

Semua itu adalah proses yang mesti dialami dan dilalui oleh umat manusia di alam dunia ini.
Dunia adalah ladang proses yang menentukan arah dan tujuan manusia ke tempat asalnya semula, yaitu Allah swt.

Orang-orang yang selalu berusaha membersihkan dirinya dari dosa, maka ia akan berjumpa dengan Allah swt dalam keadaan yang juga bersih dan suci seperti awalnya.
Namun jika jiwa kotor maka ia akan menghadap Allah swt dalam kekotorannya dan sesungguhnya Allah tidak menerima hamba-hamba-Nya yang kotor. Ia akan menerima jiwa-jiwa yang tenang dan bersih :






...”wahai jiwa-jiwa yang bersih dan tenang, kembalilah kepada Tuhan sejatimu dalam keridhaan. Masuklah kalian ke dalam golongan hamba-hamba-Ku yang akan masuk syurga”...
(al-Fajr : 27 -30).

Itulah titik ujung perjalanan umat manusia sesungguhnya.Menjadi hamba-hamba Allah swt yang suci kembali setelah melewati berbagai macam cobaan dan godaan di alam dunia.

Puasa merupakan salaah satu alat untuk membimbing orang-orang beriman ke jalan kesucian hakiki, karena dalam ibadah, seseorang yang berpuasa berpotensi besar mampu meraih kesuciannya kembali dengan catatan bahwa ibadah puasa itu tidak hanya untuk menahan lapar dan dahaga.
Akan tetapi, puasa dilakukan untuk mengekang keinginan-keinginan kotor nafsu yang setiap bergejolak.

Berpuasa dengan demikian adalaha jalan efektif meraih kembali kesucian jiwa yang telah lama ternoda oleh dosa yang selal bergelora.




Nafsu di bulan puasa dikekang semaksimal mungkin untuk itu semua. Ketika nafsu sudah terkontrol jiwa akan mudah terisi penuh dengan sinaran cahaya Allah swt yang suci.

Karena itu, orang yangberpuasa yang sukses hakikatnya ia telah meraih kebahagiaan sejati sebab telah menemukan kesuciannya kembali.
Sabda rasul saw : ...”orang yang berpuasa itu memiliki dua kebahagiaan,pertama ketika berbuka puasa dan kedua kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya”... (HR.Bukhari-Muslim dan lainnya).

Bahagia ketika sukses menyucikan jiwanya dengan berpuasa dan juga bahagia ketika kesucian jiwa itulah yang mampu mempertemukannya dengan Allah yang Maha Suci. (wallahu a’lam).


















































12.
Serba-serbi Ramadhan



































12. Serba-Serbi Ramadhan

PUASA RAMADHAN :
1. Definisi

Puasa atau shaum ialah menahan diri dengan niat beribadah kepada Allah dari perkara yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar shadiq hingga terbenamnya matahari.

2. Hukum

Sesuai kesepakatan (ijma’ Ulama) puasa Ramadhan adalah wajib lelaki dan perempuan yang sesuai dengan syarat yang ditentukan.


3. Rukun

a. Niat
b. Imsak (menahan diri dari yang membatalkan puasa).
c. waktu yakni pada siang hari Ramadhan






4. Adab

a. Makan sahur dan mengakhirkannya
b. Berbuka dan mensegerakannya
c. Menjaga lisan
d. Menahan emosi & syahwat


5. Hal-hal yang Merusak Puasa

a. Makan dan minum dengan sengaja
b. Muntah dengan sengaja
c. Bersetubuh
d. Suntikan yang mengandung makanan
e. Haidh dan Nifas
f. Keluar air mani
g. Murtad


BERPUASALAH !
INSYA ALLAH, SEHAT


Jika bulan puasa tiba
maka seluruh pintu syurga dibuka
dan seluruh pintu neraka ditutup serta
setan-setan dibelenggu (HR. Muslim)



























































DAFTAR PUSTAKA














DAFTAR PUSTAKA

1. Ayo, Buruan Puasa
H.M.E. Asmawi
Perhimpunan KB.PII tahun 2006

2. Ramadhan be agood personality
Effendy Asmawi Alhajj
MUI Kota Batam tahun 2007

3. Misteri Bulan Ramadhan
Yusuf Burhanuddin
QultumMedia tahun 2006

4. RamadhaN bersama Rasul
Atthiyah Muhammad Salim
Citra Media tahun 2007

5. Puasa
Muhammad Rusli Malik
Pustaka Zahra tahun 2003

6. ber-Puasa-lah
Salman Nano
Al-Huda tahun 2006







7. Ramadhan
Agar Puasa tak sekadarlapar dan dahaga
A’idh al-Qarni, DR.M.A
Aqwam tahun 2007

8. 30 Renungan Ramadhan
A’idh al-Qarni, DR
Al-Kautsar tahun 1996

9. Ramadhan dan pencerahan Spritual
Muhammad Iqbal
Erlangga tahun 2005

10. Renungan di Bulan Ramadhan
Aidh Abdullah al-Qarny
Cakrawala tahun 2006

11. Untuk Apa Berpuasa
Agus Mustofa
Padma Press tahun 2006

12. Sahur Bersama Quraish Shihab
Mizan tahun 1977

































Ramadhan,
ibarat MENTARI yang sinarmu membuat hatiku sebening XL dan nge-FREN mengajarkan sifat yang FLEXI-bel kau mampu BEBAS-kan manusia dari tirani jahiliyah.
Kesabaran dan keteguhanmu menjadikan Tuhan berSIMPATI padamu, hingga kau dijadikan STAR ONE dan satu-satunya bulan yang mendapat acungan JEMPOL dari-Nya, semakin dekat denganmu, semakin banyak HOKI salah satunya adalah syurga yang kenikmatannya, IM3 (no limits). -----------------------------------------




Effendy Asmawi Alhajj
http:www.hmeasmawi.com
email : effendy@hmeasmawi.com
Fax :0778 - 451547
HP.08127002701

Penerbit : MUI Kota Batam
PO.Box 1002 / BTAMN-Batam 29444









































Memo :
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------








Memo :

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guest Book